Mitratel Gelontorkan Rp36M Akuisisi Menara Milik XL Axiata

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel mengakuisisi 54 menara milik PT XL Axiata Tbk. (EXCL) senilai Rp36,62 miliar.
Bisnis.com, JAKARTA – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel mengakuisisi 54 menara milik PT XL Axiata Tbk. (EXCL) senilai Rp36,62 miliar.
Mitratel dan XL Axiata melakukan penandatanganan jual beli menara pada Senin 25 September 2023. Adapun, keduanya juga menyepakati kontrak sewa 53 menara bersamaan dengan perjanjian jual beli tersebut. Sisa 1 menara tidak termasuk dalam perjanjian sewa dihuni oleh operator lain.
“Perseroan telah menyelesaikan transaksi pembelian 54 menara telekomunikasi dengan 63 tenant atau tenancy ratio 1,16 kali. Selanjutnya MTEL juga menyepakati untuk menyewakan kembali atas 53 menara telekomunikasi kepada PT XL Axiata Tbk. Nilai transaksi total sebesar Rp36,62 miliar” kata Hendra Purnama, Direktur Investasi Mitratel dalam Keterbukaan Informasi hari ini, Rabu (27/9/2023).
Menurutnya menara XL Axiata yang telah diakuisisi tersebar merata di seluruh Indonesia. Mulai dari Sumatera Bagian Tengah, Sumatera Bagian Selatan, Jawa Barat, Jakarta, Bogor. Bali dan Nusa Tenggara hingga Kalimantan dan Sulawesi.
“Kami selalu meyakini potensi pertumbuhan ekonomi di luar pulau Jawa dan kontribusinya yang menjanjikan terhadap perekonomian nasional. Akuisisi ini merupakan bentuk komitmen kami dalam membantu mitra strategis kami dari industri operator telekomunikasi untuk melakukan ekspansi dengan bisnis model yang lebih efisien,” kata Hendra.
Selain membeli menara milik EXCL, Hendra juga menyampaikan Mitratel telah mengakuisisi 51 Menara milik dua perusahaan lainnya. Penandatangan jual beli telah dilaksanakan pada akhir pekan lalu, Jumat 22 September.
Seluruh menara tersebut berada di Bali, Jakarta, Bogor. Dari pembelian 51 menara ini, MTEL mendapatkan 79 tenant baru. Artinya, tenancy ratio dari 51 menara baru ini adalah sebesar 1,55 kali.
“Kami meyakini divestasi aset menara dan fiber optik milik operator telekomunikasi akan terus berlangsung. Ini merupakan langkah strategis industri telekomunikasi untuk mencapai pertumbuhan secara cepat, efisien dan efektif. Mitratel selalu siap menjadi mitra strategis mereka untuk meraih pertumbuhan berkelanjutan secara bersama sama,” pungkas Hendra.
**
Anda dapat membaca berita terkait pada:
https://market.bisnis.com/read/20230927/7/1698893/mitratel-gelontorkan-rp36-miliar-akuisisi-menara-milik-xl-axiata.
Anda dapat melihat portfolio Mitratel pada halaman berikut:
https://www.mitratel.co.id/portfolio-mtel/
Laba Bersih Mitratel Tembus Rp1.02T, Tumbuh 14.7%

Mitratel membukukan kinerja positif dan pertumbuhan yang berkelanjutan pada Semester I-2023. Laba bersih mencapai Rp1,02 triliun, meningkat 14,7% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 892 miliar.
JAKARTA, 28 Juli 2023 – Fokus membangun infrastruktur telekomunikasi, terutama di luar Pulau Jawa, memberikan dampak positif terhadap kinerja PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel. Akuisisi menara dan perluasan jaringan serat optik yang gencar
dilakukan perseroan dalam beberapa waktu terakhir, tidak hanya berhasil meningkatkan pangsa pasar dan pendapatan, namun juga membantu pertumbuhan ekosistem industri telekomunikasi di tanah air.
Mitratel membukukan kinerja positif dan pertumbuhan yang berkelanjutan pada Semester I-2023. Laba bersih mencapai Rp1,02 triliun, meningkat 14,7% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 892 miliar. Pertumbuhan laba ditopang oleh kenaikan
jumlah tenant, monetisasi bisnis serta peningkatan efisiensi kinerja perusahaan.
Perseroan mencatatkan pendapatan pada periode Semester I-2023 sebesar Rp 4,13 triliuntumbuh 10,8%. Segmen bisnis Tower memiliki kontribusi terbesar terhadap pendapatan sebesar 93,2%. Sedangkan segmen bisnis Mitratel lainnya (tower related business) semakin berkurang kontribusinya dengan porsi 6,8% terhadap keseluruhan pendapatan.
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko yang akrab disapa Teddy, mengatakan kinerja keuangan perseroan pada Semester I-2023 on the track dengan rencana bisnis yang telah dicanangkan. Pertumbuhan pendapatan merupakan hasil dari strategi perseroan dalam melakukan ekspansi menara, penambahan tenant, serta monetisasi segmen bisnis lainnya, seperti Tower Fiberization“. Kami mulai memetik hasil dari ekspansi yang tercermin pendapatan yang tumbuh secara stabil dan berkelanjutan,” ujarnya.
Mitratel pada akhir Semester I-2023 memiliki 36.719 menara meningkat 27,6% dari periode yang sama tahun lalu. Terdapat penambahan menara baru sejumlah 1.301 yang mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan dengan kepemilikan menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara. Sejalan dengan peningkatan jumlah menara, jumlah tenant meningkat 24,6% menjadi 54.718 tenant.
Lokasi menara telekomunikasi Mitratel sebanyak 15.354 di Jawa dan 21.365 menara berada di luar Jawa atau sekitar 58% dari total menara. Dari sisi tenancy, penambahan tenant di luar jawa sebesar 26%, lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang sebesar 22%.
“Kami meyakini tenancy ratio di luar Jawa akan terus meningkat seiring pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang mendorong operator seluler di Indonesia untuk terus berekspansi,” ujar Teddy.
Pada akhir Juni 2023 total aset fiber optic milik Mitratel tercatat 27.269 km termasuk hasil dari akuisisi fiber sepanjang 6.012 km pada akhir 2022. Hal ini menjadi pendorong penambahan pendapatan sebesar Rp86 miliar dari bisnis tower fiberization.
Mitratel juga sedang menggarap bisnis Power as a Service (PaaS). Teddy mengatakan model bisnis PaaS ini adalah penyediaan sumber energi baik untuk catu daya utama (main power) maupun sebagai cadangan (Backup Power) ke perangkat-perangkat aktif operator telekomunikasi.
Kombinasi dari pertumbuhan pendapatan dan peningkatan efisiensi mendorong EBITDA Mitratel pada Semester I-2023 mencapai Rp3,35 triliun, meningkat 16,1% secara yoy. Rasio EBITDA Margin membaik menjadi 81,2% dibandingkan setahun sebelumnya 77,5%.
Mitratel pada akhir Juni 2023 membukukan kenaikan aset sebesar 1,3% menjadi Rp56,79 triliun yang dikontribusi oleh akuisisi dan pembangunan menara baru secara organik. Debt to equity ratio (DER) tercatat 47,3% yang mencerminkan rasio utang yang sehat.
“Bisnis menara memang masih menghadapi sejumlah tantangan seperti suku bunga tinggi, inflasi dan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi. Tetapi kami sudah menyiapkan sejumlah strategi dan mitigasi agar perseroan tetap tumbuh sehat dan berkelanjutan sehingga dapat terus memberikan nilai tambah bagi para shareholders,” tutup Teddy
***
Anda dapat membaca berita terkait pada:
https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/11168/tumbuh-14-7-mitratel-raih-laba-rp1-02-t-di-semester-i-2023
Anda dapat melihat portfolio Mitratel pada halaman berikut:
https://www.mitratel.co.id/portfolio-mtel/
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) Collaborates with BAZNAS to Distribute 3,467 Sacrificial Meat Packages

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) cooperates with the Republic of Indonesia’s National Amil Zakat Agency (BAZNAS) in distributing 3,467 packages of sacrificial meat with a total value of IDR 1.137 billion to people spread across Mitratel’s operational areas (4 areas and 11 regions) throughout Indonesia.
The collaboration ceremony was held at the Telkom Landmark Tower Building, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Tuesday (20/6/2023), attended by Commissioners, Directors and Mitratel employees as well as the Chairman of BAZNAS of the Republic of Indonesia and their staff. At that moment, 3,467 packages of sacrificial meat were symbolically handed over under the name of the Mitratel Sharing program for sacrificial animals in 2023, Signals of Kindness Spread #PotentialEverywhere.
“This moment is full of meaning in expressing our gratitude to God Almighty for all the gifts and blessings that have been given. Through the Mitratel Sharing Qurban meat program this year, it is hoped that religious values can be enlivened through Sacrificial Worship, a form of Mitratel’s social responsibility and Mitratel’s concern in building positive relationships with the community and stakeholders,” said Theodorus Ardi Hartoko or who is familiarly called Teddy Hartoko as the Main Director of Mitratel.
Meanwhile, Chairman of BAZNAS RI Prof Dr KH Noor Achmad, said the cooperation established between BAZNAS and Mitratel was an impetus for the successful implementation of effective and efficient sacrifices.
Prof Noor said, with this assistance, it would be very useful for people in need. It is hoped that this program from Mitratel can inspire other parties to roll out similar programs, so that the reach of assistance can be wider.
“This program is very good, hopefully it can be an example for other parties to take similar steps. BAZNAS invites the public to take advantage of the momentum of Eid al-Adha to do good, to share with others by making sacrifices,” he said.
Telecommunication Sector is Still Prospective, Mitratel (MTEL) Expand 5G Services
This 5G network is believed to accelerate digital transformation and the growth of Indonesia’s digital sector.

IDXChannel – Currently the use of 5G technology in Indonesia is predicted to be more attractive, referring to GSM Association (GSMA) research entitled The Mobile Economy Asia Pacific 2022.
This research states that the business consolidation of telecommunications operator companies will accelerate the adoption of 5G. Telecommunication tower is one of the main elements of the 5G ecosystem that can spur the adoption of 5G technology in Indonesia.
Meanwhile, according to Kearney’s study, 5G penetration in 2025 is projected to reach 27.2 percent, or higher when compared to the 5G penetration potential in 2024 of 13.4 percent. Indonesia is entering a new round of information technology because 5G cellular networks have started operating commercially throughout Indonesia since May 24, 2021.
This 5G network is believed to accelerate digital transformation and the growth of Indonesia’s digital sector. The implementation of 5G will encourage the increase in smart cell needs.
Then, the profit of telecommunication operator companies using 5G has an impact on revenue growth.
Research Analyst of PT BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis said PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk, (Mitratel) prepares digital infrastructure to make it easier for telecommunication operators to expand 5G services.
Mitratel transformed into a digital infrastructure company (Digital InfraCo) and the largest telecommunications tower (tower) in Southeast Asia because the number of towers in the first quarter of 23 was 36,439 units.
“In addition to the tower outside Java Island, the massive availability and distribution of Mitratel towers on Java Island is a competitive advantage that attracts telecommunication operators to rent towers with a collocation partnership scheme that benefits telecommunication operator companies for 5G network expansion, especially in big cities,” said Niko to the media, written Monday (6/19/2023).
In the first quarter of/2023 Mitratel controlled a market share of 45 percent in the national tower industry. Niko said the expansion of telecommunications operator companies will drive revenue growth, net profit and Mitratel EBITDA above 10 percent by 2023.
“The potential for revenue growth is supported by tower rental demand from Indosat operator Ooredoo Hutchison, XL Axiata and Smartfren in the second quarter to fourth quarter of this year. Financial growth will be a positive catalyst for the targeted stock price,” explained Niko.
In addition, Mitratel took the initiative to provide the latest business segment, namely fiberization and power to the tower services that provide the management of electrical energy sources to towers connected to the PLN electricity network (on grid).
Mitratel also has another business portfolio related to the tower which recorded revenue worth Rp128 billion as of March 2023. This portfolio provides telecommunication infrastructure management services, non-telecommunication, and project solutions.
Mitratel’s business growth is also driven by the expansion of fiber portfolios, including fiber optic acquisitions. The digital infrastructure ecosystem in Mitratel’s portfolio supports the business expansion of customers, namely MNO companies. Mitratel expanded its portfolio in the fiber optic sector by building 8,876 km organically in January-March this year.
Robertus Hardy, Senior Research Analyst of PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia said, this year’s economic condition is believed to still be a positive catalyst for the telecommunications sector compared to other sectors.
For the telecommunications sector, he continued, communication and public data spending will grow this year, especially with the addition of 5G service demands in big cities.
Robertus observed Mitratel as a leader in his sector because it has the most towers in Southeast Asia. “Therefore, Mitratel has the potential to spend capital expenditure (capex) to increase the tower,” said Robertus.
This is believed to have an impact on MTEL’s financial growth in 2023. Mitratel’s income this year, continued Robert, is estimated to be worth Rp8,59 trillion, net profit of Rp2,08 trillion and EBITDA of Rp6,82 trillion and dividend yield is pegged to 2.3 percent.
(SAN)
Source:
https://www.idxchannel.com/economics/sektor-telekomunikasi-masih-prospektif-mitratel-mtel-perluas-layanan-5g
Mitratel’s Two Portfolio Accelerate Digital Infrastructure Growth

Jakarta, (Thursday, 11 May 2023)- Digital transformation is a necessity that Mitratel must carry out as a digital society is being formed in line with mobile broadband technology which is increasingly massive in growth and strengthening Indonesia’s digital economy. This can be created thanks to the support of digital infrastructure provided by digital infrastructure companies (Digital InfraCo). PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) or Mitratel, for example, is spurring digital infrastructure development, such as acquiring telecommunications towers and fiber optic cables in 2022 and developing value-added services that support national digital infrastructure.
Theodorus Ardi Hartoko, Main Director of Mitratel, said the availability of telecommunication towers and digital infrastructure supporting these towers strengthens the connectivity provided by cellular operators which has a positive impact on digitalization in all sectors. “Mitratel is optimistic that the development of digital infrastructure that is being intensified by Mitratel will further accelerate digital transformation and make it easier for the public to access digital platforms,” said Teddy, Theodorus’ nickname, in Jakarta, Thursday (11/5/2023).
Mitratel has a complete portfolio as a digital infrastructure service provider company, namely tower leasing and other businesses in the tower ecosystem (Tower Related Business). “The Tower Leasing portfolio continues to be a driver of the company’s growth, driven by tenant and collocation income,” said Teddy, Theodorus’ nickname in Jakarta, Thursday (11/5/2023). Tower Leasing as of March 2023 recorded revenue of IDR 1.73 trillion or grew by 18.8% compared to the first quarter of 2022.
The other business portfolio related to towers includes fiberization services to the tower (Fiber to The Tower), Managed Service and Project solutions. In addition, Mitratel is also initiating the Power to The Tower, Edge Infra Solution and Active Equipment Services businesses. During the first quarter of 2023, the Tower Related Business portfolio recorded a revenue portion of 6% in that period. Apart from that, the fiber optic network segment contributed to a revenue portion of 2%. Currently, Mitratel has succeeded in accelerating its fiber network ownership of up to 26 thousand km as a result of organic and inorganic expansion.
Power To The Tower and Edge Infra Solution are new business initiatives that are being prepared as new growth engines for the company. The commercialization of our services is accelerated in line with the cellular network service development program from MNO. “Our entire portfolio strengthens Mitratel’s capacity to provide reliable and proven digital infrastructure in providing the best service (service excellence) to our customers, namely cellular operators,” said Teddy.
The Power to The Tower business model is the provision of energy sources both on grid sites (connected to the main energy source) and off grid (networks not connected to PLN electricity).The impact of the availability of digital infrastructure, such as the availability of telecommunication towers and fiberization, is the acceleration of digitalization which makes it easier for the public to adopt the latest digital solutions so that it can encourage increased activity and national economic productivity. “In this case Mitratrel will try to always make the maximum contribution to the development of digital transformation in Indonesia,” concluded Teddy. (*)
Kuartal I Tahun 2023 Laba Bersih Mitratel tumbuh 9% Menjadi Rp501 Miliar, Karena Berhasil Monetisasi Aset

Jakarta, Rabu, 3 Mei 2023 – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel pada kuartal I tahun 2023 membukukan laba bersih senilai Rp501 miliar atau tumbuh sebesar 9,1% dari Rp 459 miliar di periode yang sama tahun 2022. Laba bersih Perseroan ini ditopang pendapatan yang naik 9,9% menjadi Rp2,06 triliun dari Rp1,87 triliun (year on year/yoy).
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko, mengatakan pendapatan dari penyewaan menara telekomunikasi atau Tower Leasing masih menjadi faktor pendorong pertumbuhan utama Perseroan di kuartal pertama 2023 itu. “Kontribusi pendapatan terbesar berasal dari pendapatan segmen Tower Leasing yang mencatatkan pendapatan sebesar Rp1,73 triliun atau tumbuh sebesar 18,8% dibandingkan kuartal pertama tahun 2022. Pertumbuhan pendapatan ini didorong oleh penambahan tenant dan kolokasi, termasuk akuisisi menara Indosat pada kuartal pertama tahun ini,” ujar Teddy, sapaan akrab Theodorus, di Jakarta pada Rabu (3/5/2023).
Selain dari segmen Tower leasing, pendapatan Mitratel juga ditopang dari segmen Reseller sebesar Rp154 miliar, Fiber sebesar Rp 34 miliar, dan Tower-Related Business Rp128 miliar. Kinerja fundamental Mitratel di kuartal pertama tahun ini tetap tumbuh seiring dengan digencarkannya program monetisasi aset dari aksi korporasi organik dan inorganik yang dituntaskan pada 2022. “Tahun ini, kami melanjutkan pertumbuhan bisnis organik dan inorganik untuk mengkreasikan pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan,” tutur Teddy.
Pada 2022, Mitratel mengakuisisi menara telekomunikasi dan serat kabel optik (fiber optic). Dampak positif dari akuisisi menara itu adalah pertumbuhan pendapatan Tower Leasing dan memperoleh pendapatan terbaru dari fiber optic. Mitratel pada kuartal pertama tahun ini mengantongi pendapatan senilai Rp34 miliar dari segmen Fiber. Pada kuartal pertama tahun lalu, segmen ini belum mencatatkan pendapatan. Mitratel berhasil mencatatkan perkembangan yang pesat di portofolio fiber hingga Maret 2023. Kunci pertumbuhan protofolio baru ini didorong kemitraan strategis yang mengakselerasi go to market, mendapatkan pesanan dari operator selular serta aksi korporasi inorganik dengan mengakuisisi asset fiber sepanjang 6.012 km, sehingga pada akhir Maret 2023, Mitratel memiliki total aset kabel serat optil (fiber optic) sepanjang 25.509 km.
Mitratel juga sedang menggarap bisnis Power To The Tower. Teddy mengatakan model bisnis Power to The Tower ini adalah penyediaan sumber energi on grid (terkoneksi dengan sumber energi utama) maupun off grid (jaringan yang tidak terhubung ke listrik PLN) di lokasi (site) menara telekomunikasi.
Perseroan memproyeksikan pasar atas bisnis Power To The Tower akan tumbuh sampai dengan tahun 2026 dengan (compound annual growth rate/CAGR) sebesar 6%. ”Mitratel melihat ini sebagai peluang dalam membangun ekosistem penyewaan menara yang lebih komprehensif dan berinisiatif menjadi pemain utama dalam bisnis ini,” ujar Teddy, sapaan akrab Theodorus, di Jakarta pada Rabu (3/5/2023).
Adapun, EBITDA Mitratel pada tiga bulan pertama di tahun ini mampu tumbuh 16,2% (yoy), dengan didukung disiplin atas pengelolaan biaya operasi.
Teddy memproyeksikan pendapatan Mitratel hingga akhir tahun 2023 tumbuh sebesar 11% dibandingkan pendapatan di tahun 2022 senilai Rp7,73 triliun. “Mitratel menerapkan beragam strategi pemasaran untuk merespon perubahan dan memenuhi permintaan konsumen. Beberapa strategi itu diantaranya membentuk tim pemasaran yang dibekali analytical tools agar memudahkan konsumen, yakni operator telekomunikasi, untuk menyewa menara yang selaras dengan rencana dan ekspansi bisnis mereka di pulau Jawa dan luar Pulau Jawa,” sebut Teddy.
Mitratel pada kuartal pertama 2023 memiliki 36.439 menara yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Pada periode kuartal pertama ini, Mitratel telah membangun 105 menara baru dan mengakuisisi 997 menara. Mitratel tercatat sebagai perusahaan penyedia menara terbesar di Asia Tenggara dari sisi jumlah kepemilikan menara.
Lokasi menara telekomunikasi Mitratel sebanyak 15.278 menara di Jawa dan 21.161 menara berada di luar Jawa atau sekitar 58% dari total menara. “Pertumbuhan penambahan tenant di luar Jawa sebesar 25,3%, lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang sebesar 21,9%. Hal ini menunjukkan bahwa strategi Mitratel untuk ekspansi dan mengoptimalkan pertumbuhan di luar Jawa sesuai dengan strategi ekspansi dari operator seluler di Indonesia,” ungkap Teddy. Saat ini, Mitratel memiliki 36.439 menara sehingga Mitratel merupakan perusahaan infrastruktur digital (Digital InfraCo) yang independen dan terbesar di Asia Tenggara serta di posisi ke-12 secara global.
Adapun, Mitratel pada kuartal pertama tahun ini membukukan kenaikan aset sebesar 2,40% atau menjadi Rp57,42 triliun dari Rp56,07 triliun pada akhir tahun 2022. Kenaikan itu ditopang aset tidak lancar yang naik 4,02%, menjadi Rp50,12 triliun dari Rp48,18 triliun. Sedangkan, aset lancar mengalami perubahan sehingga nilainya menjadi Rp7,29 triliun dari Rp7,88 triliun
Mitratel telah menyiapkan beberapa strategi bisnis yang mencakup operational excellence, service excellence, creating value business, creating shared value, digitalisasi berbasis analytical tools dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia. Teddy mengatakan program bisnis Mitratel ini akan menjadi tema di tahun ini untuk memastikan Mitratel dapat memberikan value yang maksimal bagi seluruh pemegang saham. (*)
RUPST Mitratel Putuskan Besaran Dividen 99% dan Opsi Buyback Saham

Jakarta, Jumat (14/4/2023) – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau “Mitratel” menyetujui pembagian dividen yaitu dividen tunai sebesar 70% dari laba bersih atau sejumlah Rp 1.249.547.501.295 atau sebesar Rp 15,1178 per saham dan dividen spesial sebesar 29% dari laba bersih atau sejumlah Rp 517.669.679.108 atau sebesar Rp 6,2631 per saham. Hal ini ditetapkan manajemen Mitratel pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Four Seasons Hotel, Jakarta pada Jumat, 14 April 2023.
Dividen tunai dan dividen spesial akan dibayarkan secara sekaligus selambat-lambatnya pada tanggal 17 Mei 2023 kepada seluruh pemegang saham yang terdaftar pada daftar pemegang saham Mitratel per tanggal 4 Mei 2023. Pembayaran dividen akan dilakukan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan pajak, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan ketentuan pasar modal lainnya yang berlaku.
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko yang akrab disapa Teddy, mengatakan pembagian dividen merupakan bentuk komitmen Mitratel untuk memberikan value terbaik kepada para pemegang saham.
“Mitratel menetapkan total dividend payout ratio yakni 99% tersebut mempertimbangkan struktur modal dan likuiditas yang optimal Mitratel untuk melanjutkan pertumbuhan bisnis organik dan inorganik di periode mendatang. Mitratel pada 2023 ini akan terus berusaha untuk memperluas jangkauan pasar dan memperkokoh pangsa pasar Mitratel di industri menara telekomunikasi,” imbuh Teddy di Jakarta kepada wartawan, Jumat (14/4/2023).
Rencana bisnis Mitratel ini semakin untuk menegaskan Mitratel sebagai perusahaan infrastruktur telekomunikasi independen yang bertumbuh dengan cepat dengan kepemilikan menara terbesar di Asia Tenggara yang dilengkapi layanan pendukung dalam ekosistem menara seperti Tower Fiberization, Power-as-a-service, dan infrastructure-as-a-serviceuntuk mendukung peningkatan layanan dari operator seluler. Mitratel menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp7 triliun untuk menunjang rencana pengembangan usaha organik dan inorganik di tahun ini.
Selain membagikan dividen, Mitratel juga mendapat persetujuan atas pembelian saham perseroan (buyback) yang telah dikeluarkan dan tercatat di BEI dengan jumlah sebanyak-banyaknya sebesar Rp1.500.000.000.000 belum termasuk biaya komisi Anggota Bursa Efek dan biaya lainnya, dengan mana pembelian kembali saham tidak akan melebihi 7,88% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor dalam Perseroan yang akan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
“Beberapa hal yang mendasari Mitratel memutuskan untuk membeli kembali saham adalah mempertimbangkan fleksibilitas yang memungkinkan Mitratel memiliki mekanisme untuk menjaga stabilitas harga saham Mitratel, untuk mendukung tingkat harga saham yang mencerminkan nilai atau kinerja perseroan yang sebenarnya, dan upaya mengoptimalkan excess kas perseroan untuk meningkatkan return kepada pemegang saham perseroan,” tutur Teddy.
Rencana pembelian kembali saham ini tidak memberikan dampak material negatif terhadap kegiatan usaha perseroan lantaran aksi korporasi ini mempertimbangkan kegiatan usaha perseroan, kondisi keuangan, kebutuhan modal kerja dan sumber pendanaan yang cukup untuk melakukan aksi korporasi tersebut.
Pembelian kembali saham diharapkan dapat memberikan keyakinan kepada investor atas nilai saham sesuai fundamental perseroan. Pembelian kembali saham perseroan juga memberikan fleksibilitas bagi perseroan dalam mengelola modal jangka panjang, di mana saham treasuri (saham hasil buyback) dapat dijual di masa mendatang dengan nilai yang optimal jika perseroan memerlukan penambahan modal.
Di samping dua mata acara penting tersebut, Mitratel pada RUPST ini juga menyetujui Laporan Tahunan dan Mengesahkan Laporan Keuangan Tahun Buku 2022 penunjukan kantor akuntan publik untuk memeriksa laporan keuangan perseroan untuk tahun buku 2023 termasuk audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan, Laporan Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan serta persetujuan atas perubahan susunan pengurus perseroan, sehingga susunan Dewan Komisaris dan Direksi Mitratel sebagai berikut:
Dewan Komisaris
- Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen: Rico Usthavia Frans
- Komisaris Independen: M Ridwan Rizqi R Nasution
- Komisaris: Herlan Wijanarko
- Komisaris: Henry Yosodiningrat
- Komisaris: Yusuf Wibisono
Direksi
- Direktur Utama: Theodorus Ardi Hartoko
- Direktur Keuangan & Manajemen Risiko: Ian Sigit Kurniawan
- Direktur Operasi & Pembangunan: Hastining Bagyo Astuti
- Direktur Bisnis: Agus Winarno
- Direktur Investasi : Hendra Purnama
CAGR Mitratel Tumbuh Dua Digit, Melampaui Industri

JAKARTA – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau “Mitratel” mencatatkan tingkat rata-rata pertumbuhan majemuk tahunan (compound annual growth rate/CAGR) melonjak dua digit pada periode 2017-2022 jauh melampaui CAGR-nya emiten menara telekomunikasi lainnya. Analis merekomendasikan beli saham Mitratel lantaran kinerja finansialnya berpotensi tumbuh di periode mendatang ditambah manajemen Mitratel pun telah berancang-ancang memberikan dividen lebih tinggi dalam RUPS Tahunan 2022.
Theodorus Ardi Hartoko, Direktur Utama Mitratel menjelaskan dengan pertumbuhan CAGR dua digit ini mengindikasikan kinerja finansial Mitratel tumbuh secara berkesinambungan serta menjadi landasan yang kokoh untuk menunjang pertumbuhan bisnis perseroran di masa mendatang.
“Kami terus mendorong monetisasi aset dalam mengakselerasi pertumbuhan berkelanjutan yang didukung oleh menara yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk dari hasil akuisisi. Kami juga berinovasi dalam pengembangan ekosistem bisnis menara, termasuk diantaranya fiber optic yang akan menciptakan model bisnis yang berkesinambungan di era digital. Kami optimistis kinerja ke depan akan lebih baik,” ujar Theodorus Ardi Hartoko kepada wartawan di Jakarta pada Senin (10/4/2023).
Teddy sapaan akrabnya menjabarkan Mitratel juga membukukan CAGR EBITDA sebesar 27%. Raihan perseroan ini diakui lebih tinggi dari CAGR EBITDA rata-rata industri. “Pertumbuhan CAGR Mitratel melonjak dua digit lantaran Perseroan berhasil meningkatkan kinerja finansial yang optimal,” sebut Teddy.
Ia kembali menyatakan Mitratel pada tahun ini telah mencanangkan roadmap pertumbuhan organik dan inorganik dengan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 7 triliun untuk mendukung tranformasi digital serta mengembangkan ekosistem bisnis Menara dengan menambah jumlah Menara telekomunikasi, membangun fiber optic dan infrastruktur pendukung lainnya yang berpotensi ke depan meningkatkan pendapatan dan laba bersih perseroan.
Valuasi Lebih Murah
Pada kesempatan berbeda, Robertus Hardy, Senior Research Analyst PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, mengatakan saham infrastruktur telekomunikasi merupakan saham yang prospektif di tahun ini karena menyongsong masa pemilihan umum pada 2024. Hal ini diproyeksikan berdampak terhadap lonjakan lalu lintas data.
Selain itu, kinerja emiten infrastruktur telekomunikasi didukung adopsi teknologi 5G yang diharapkan lebih luas, penetrasi fixed broadband, dan persaingan penyedia layanan telekomunikasi untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. “Dengan demikian, kami menginisiasi industri ini dengan peringkat Overweight dengan MTEL sebagai pilihan utama. Selain neraca yang relatif lebih sehat dengan hanya 33,0% net gearing per Desember 2022 jika dibandingkan TOWR dan TBIG yang masing-masing 309,5% dan 224,3%,” tutur Robertus dalam risetnya.
Oleh karena itu, lanjut Robertus, MTEL tidak hanya memiliki peluang untuk membayar dividen yang lebih tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan untuk membelanjakan lebih banyak anggaran Capex belanja modal untuk meningkatkan jumlah aset menara, melalui build-to-suite maupun akuisisi.
Aset MTEL memiliki valuasi yang murah, yaitu rasio enterprise value (EV)/tower per Desember 2022 itu senilai Rp2 miliar. “Ini lebih dari 35% diskon dari TOWR dan TBIG yang EV/tower masing-masing sebesar Rp3,1 miliar dan Rp3,3 miliar,” ucap Robertus.
Kemudian, Mitratel tidak memiliki eksposur risiko fluktuasi mata uang asing lantaran seluruh pinjaman dalam denominasi rupiah. Utang perseroan di tahun lalu itu turun menjadi Rp 15,29 triliun dari Rp 18,07 triliun. Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) pada 2022 turun menjadi 0,45 kali dari sebelumnya 0,54 kali. Dengan demikian, Mitratel memiliki ruang yang cukup longgar untuk berekspansi karena DER-nya semakin turun dan ekuitasnya di tahun lalu naik sebesar 0,5% atau menjadi Rp 33,80 triliun.
Perseroan optimistis prospek bisnis di tahun 2023 akan tetap mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata industri, hal ini berdasarkan strategi dan model bisnis Mitratel yang solid, dengan didukung oleh pertumbuhan organik seperti peningkatan kolokasi (tenancy ratio), dan dibarengi aksi organik serta inorganik untuk memacu Mitratel untuk mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih.
Menurut data, CAGR pendapatan Mitratel pada 2017-2022 melonjak sebesar Rp 14%. Kemudian, CAGR laba bersih Mitratel melonjak sebesar 34% atau melampaui CAGR laba bersih TOWR dan TBIG di periode 2017-2022 itu, yang masing-masing sebesar 10% dan minus 6%.
Ke depannya, beberapa langkah strategis akan terus dilakukan MTEL. Perusahaan akan fokus untuk memberikan solusi dari hulu ke hilir kepada pelanggan seperti layanan fiber to the tower, power to the tower, dan energy as a service. MTEL diyakini agresif untuk memonetisasi aset menara telekomunikasi, “Kami menyukai Mitratel karena posisinya sebagai pemimpin di sektor menara telekomunikasi dengan kepemilikan tower sebanyak 35.418 yang dikelola per Desember 2022,” tutur Robertus.
Per data Desember 2022, Indonesia memiliki 127,8 pengguna seluler per 100 penduduk. Dengan lebih banyak dari populasi 275 juta orang per September 2022, Indonesia adalah negara terbesar keempat di dunia setelah India (1,42 miliar), Cina (1,41 miliar), dan AS (333 juta). Oleh karena itu, potensi pasar yang sangat besar ini berhasil menarik beberapa perusahaan penyedia menara telekomunikasi besar untuk berinvestasi agar memperkuat pangsa pasar di segmen ini. (*)
Mitratel akan menggelar 25 ribu fiber optic, siap mendukung operator perluas 5G di Indonesia

JAKARTA, Selasa (4/4/2023) – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel mencanangkan peta jalan (roadmap) pertumbuhan organik dan inorganik yang berdampak terhadap kinerja fundamental sekaligus mendukung transformasi digital di Indonesia. Mitratel pada 2023 berencana mengembangkan ekosistem bisnis menara dengan menambah jumlah menara telekomunikasi, membangun fiber optic, serta infrastruktur pendukung lainnya, yang akan meningkatkan pendapatan dan laba bersih di periode mendatang.
Hingga akhir tahun 2022, Mitratel memiliki 35.418 menara telekomunikasi sehingga Mitratel tercatat sebagai perusahaan yang memiliki menara terbanyak di Asia Tenggara. Untuk semakin memperkuat fundamental bisnisnya, Perseroan menganggarkan belanja modal (capital
expenditure/capex) di tahun 2023 ini senilai 7 Triliun Rupiah untuk menunjang rencana pengembangan usaha organik dan inorganik, seperti akuisisi menara telekomunikasi dan fiber optic. “Mitratel siap merealisasikan rencana bisnis dan mengoptimalkan berbagai peluang bisnis di tahun 2023, yakni memonetisasi aset menara yang tersebar di berbagai lokasi strategis di seluruh Indonesia. Kami juga telah menyiapkan model bisnis terbaru, yaitu Fiber to the Tower dan Power to the Tower, yang memberikan layanan bernilai tambah kepada operator telekomunikasi yang menjadi pelanggan Mitratel,” ujar Theodorus Ardi Hartoko, Direktur Utama Mitratel di Jakarta, Selasa (4/4/2023).
Mitratel optimistis menjaga pangsa pasar di industri menara telekomunikasi, setelah perseroan menguasai pangsa pasar sekitar 40% di tahun 2022. “Kebutuhan akan menara telekomunikasi di Indonesia masih tinggi, karena secara rata-rata 1 menara telekomunikasi di Indonesia menjangkau populasi sebanyak 2.700 jiwa, atau lebih tinggi dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand, sehingga hal ini mengisyaratkan bahwa dibutuhkan lebih banyak menara bagi operator telekomunikasi untuk memperluas jaringan dan layanan selulernya,” tutur Teddy.
Perseroan juga telah bersiap apabila operator telekomunikasi (mobile network operator/MNO) berekspansi untuk memperluas layanan 5G. Perseroan memproyeksikan penetrasi 5G pada 2025 sebesar 27,2%, lebih tinggi dari potensi penetrasi 5G dibanding 2024 sebesar 13,4%. “Kami memiliki menara terbanyak di Indonesia dan lokasinya tersebar di seluruh Indonesia, yakni 58% menara tersebar di luar Pulau Jawa dan yang 42% di Pulau Jawa serta memiliki fiber optic sepanjang 16.641 km,” sebut Teddy.
Hingga akhir tahun 2022, Perseroan berhasil mendapatkan pesanan (order) untuk membangun 25 ribu km fiber optic dari MNO atau 30% dari total fiber roll out MNO di tahun 2022. Hal ini menegaskan perseroan telah dipercaya sebagai penyedia solusi infrastruktur digital (Digital InfraCo) independen yang memiliki menara telekomunikasi terbanyak yang dilengkapi solusi pendukung digital lainnya, yakni fiber optic.
Tumbuh di Atas Industri
Pada kesempatan terpisah, Niko Margaronis, research analyst PT BRI Danareksa Sekuritas, menjabarkan pendapatan Mitratel di tahun 2023 ini berpotensi tumbuh sekitar 11-12%. “Pasca IPO, Mitratel semakin profesional dan independen. Selain Telkomsel, operator telekomunikasi lainnya, yakni XL, Indosat Hutchison, dan Smartfren melakukan kemitraan bisnis dengan Mitratel.
Kepercayaan konsumen semakin tinggi kepada Mitratel sehingga pendapatannya berpeluang tumbuh sekitar 11% hingga 12% di tahun 2023,” ujar Niko.
Kehadiran MTEL yang kuat yakni 58 % aset menara MTEL terletak di luar Jawa, dibandingkan TOWR dan TBIG masing-masing 39 % dan 41 %, berpotensi membuat MTEL lebih menarik bagi operator telekomunikasi untuk memperluas jaringannya masing-masing.
Dalam kinerja 2022 tercatat pendapatan Mitratel pada tahun 2022 tumbuh 12,5% atau menjadi Rp7,72 triliun dari Rp6,87 triliun di tahun 2021. Pada periode ini, laba bersih Mitratel senilai Rp1,78 triliun atau melonjak sebesar 29,3% dibandingkan Rp 1,38 triliun, sedangkan EBITDA naik sebesar 18,5%, menjadi Rp6,14 triliun dari Rp5,18 triliun. Hal ini terlihat kinerja Mitratel dan tercatat tumbuh cepat dan kepemilikan Menara terbanyak di atas industri sebanyak 35.418 site dibanding TOWR sebanyak 29.794 site dan jumlah tower TBIG sebanyak 21.758 site.
Niko menyebutkan sejumlah faktor pendorong pertumbuhan bisnis Mitratel, antara lain memperoleh pendapatan dari monetisasi aset yang berasal dari akuisi tower dan fiber optic, serta penyewaan menara kolokasi di luar Pulau Jawa. Nico mencermati alokasi belanja modal Mitratel yang senilai 7 triliun Rupiah itu akan digunakan untuk membiayai rencana bisnis organik. Porsinya sebesar 60% dari jumlah total capex. Kemudian, sekitar 40% dari capex Mitratel ini akan digunakan untuk mendanai akuisi menara telekomunikasi dan fiber optic. “Dana hasil IPO dan arus kas Mitratel yang sehat akan mendorong kinerja fundamental Mitratel untuk meningkatkan pendapatan dan mengoptimalkan sumber pendapatan baru di tahun ini,” ucap Niko.
BRI Danareksa Sekuritas menyebutkan skala bisnis dan jumlah tower Mitratel lebih dominan dibandingkan emiten menara telekomunikasi lainnya. Kinerja fundamental Mitratel diyakini pelaku pasar berdampak terhadap harga saham Mitratel. ”Kami memproyeksikan harga saham Mitratel hingga akhir tahun 2023 di rentang Rp930 – Rp950,” imbuh Niko. (*)
ASPIMTEL Berkomitmen Meningkatkan Kualiatas Infrastruktur Jaringan Menara Telekomunikasi sebagai Landasan Ekonomi Digital Nasional.

Asosiasi Pengembang Infrastruktur dan Menara Telekomunikasi (“ASPIMTEL”) melaksanakan Musyawarah Nasional (MUNAS) tanggal 15 Maret 2023. Theodorus Ardi Hartoko yang akrab disapa Teddy Hartoko terpilih sebagai Ketua Umum ASPIMTEL periode 2023-2026. Munas yang diselenggarakan di Bali tersebut mengambil tema Optimalisasi Peran Industri Infrastruktur & Menara Telekomunikasi Pada Era Digital & 5G”. Hal ini sejalan dengan salah visi dan misi ASPIMTEL yaitu ikut menumbuh kembangkan percepatan pencapaian era digital dan 5G.
Seperti yang telah disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo, dimana perkembangan ekonomi digital dan industri 4.0 Indonesia merupakan yang tercepat di Asia Tenggara dan akan menjadi kekuatan tersendiri bagi Indonesia untuk mewujudkan visinya. Ekonomi digital di Indonesia dan Industri 4.0 diperkirakan akan berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 133 miliar dollar AS pada tahun 2025. Kemajuan industri tersebut akan mengantarkan Indonesia menuju sepuluh besar kekuatan ekonomi global pada tahun 2030.
Transformasi ekonomi digital perlu dioptimalkan karena menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan tumbuh 20 persen dari tahun 2021 menjadi USD146 miliar pada tahun 2025 dan diprediksi akan terus meningkat (Kemenkeu, 2022). Saat ini, kontribusi ekonomi digital Indonesia masih relatif kecil terhadap perekonomian nasional, namun pertumbuhannya sangat pesat.
Untuk mendukung hal tersebut dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital besar yang diperhitungkan di pasar global, pemerintah perlu melakukan penyesuaian kebijakan pembangunan infrastruktur nasional. Tidak hanya pembangunan infrastruktur darat dan laut, namun infrastruktur pendukung aktivitas ekonomi digital juga perlu dukungan dari pemerintah. Ini ditandai dengan diterbitkannya omnibus law dalam bentuk Undang-undang Cipta Kerja.
Kehadiran menara telekomunikasi tanpa disadari telah berjasa dalam memenuhi kebutuhan layanan data selular dan menjamin adanya konektivitas sebagai unsur utama dalam kegiatan ekonomi digital. Menara telekomunikasi menjadi syarat utama agar sinyal yang dipancarkan perangkat Base Transceiver Station (BTS) dapat menjangkau masyarakat seluas-luasnya.
Theodorus Ardi Hartoko, Ketua Umum ASPIMTEL terpilih periode 2023-2026 yang baru saja dilantik dalam Munas ASPIMTEL tanggal 15 Maret 2023 menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan ekonomi digital dilihat dari jumlah penggunaan layanan data yang terus berkembang pesat. Keberadaan menara telekomunikasi sama pentingnya dalam membangun konektivitas bagi ekonomi digital lainna seperti jalan tol, gardu listrik, atau infrastruktur vital lainnya, terlebih dalam menghadapi era 5G. Untuk mendukung adanya percepatan implementasi 5G di Indonesia, selain kesiapan spektrum, Operator Seluler dan device, menara telekomunikasi menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan dari ecosystem 5G tersebut. Oleh karena itu, keberadaan menara telekomunikasi menjadi salah satu milestone penting dalam hal adopsi teknologi 5G dan mendorong adanya peningkatan kualitas, produktivitas serta otomasiautomasi, di dalam operasional industry serta menyukseskan inisiatif pemerintah yakni Making Indonesia 4.0
Dalam kesempatan yang sama setelahnya, juga telah ditunjuk Rudolf Nainggolan yang juga menjabat Direktur Utama PT. Gihon Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Gihon), sebagai Wakil Ketua Umum dan Indra Gunawan yang menjabat Direktur PT. Sarana Menara Nusantara, Tbk. (Protelindo) sebagai Sekretaris Jenderal.
Teddy Hartoko yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur Utama PT. Dayamitra Telekomunikasi, Tbk. (Mitratel) berkomitmen akan membawa ASPIMTEL untuk lebih berperan dalam mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam pembangunan infrastruktur menara telekomunikasi melalui 3 aspek.
Pertama adalah aspek bisnis, Penyedia Infratruktur khususnya tower harus segera bertransformasi menuju penyedia infrastruktur digital atau beyond tower provider. Hal ini akan menumbuhkembangkan industri infrastruktur telekomunikasi di Indonesia secara berkelanjutan;
Kedua adalah aspek regulasi, Aspimtel berkomitmen melakukan koordinasi dan komunikasi kepada Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam pengawalan pembangunan infrastruktur dan menara telekomunikasi dengan tujuan agar pemerintah dapat menetapkan regulasi sederhana yang dapat diimplementasikan dan disosialisasikan kepada seluruh masyarakat terkait pentingnya menara telekomunikasi untuk mendukung pertumbuhan industri ekonomi digital di seluruh wilayah Indonesia;
Ketiga adalah aspek lingkungan, pengembangan dan pembangunan infratruktur harus mampu memberikan dampak positif terhadap kelestarian lingkungan diantaranya penggunaan teknologi untuk mengurangi emisi karbon (green energy) dan penggunaan material yang ramah lingkungan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
“Program ASPIMTEL ke depan harus dapat memenuhi 3 aspek di atas untuk mendukung tumbuhnya industri ekonomi digital yang efisien dan merata diseluruh wilayah Indonesia”