ASPIMTEL Berkomitmen Meningkatkan Kualiatas Infrastruktur Jaringan Menara Telekomunikasi sebagai Landasan Ekonomi Digital Nasional.
Asosiasi Pengembang Infrastruktur dan Menara Telekomunikasi (“ASPIMTEL”) melaksanakan Musyawarah Nasional (MUNAS) tanggal 15 Maret 2023. Theodorus Ardi Hartoko yang akrab disapa Teddy Hartoko terpilih sebagai Ketua Umum ASPIMTEL periode 2023-2026. Munas yang diselenggarakan di Bali tersebut mengambil tema Optimalisasi Peran Industri Infrastruktur & Menara Telekomunikasi Pada Era Digital & 5G”. Hal ini sejalan dengan salah visi dan misi ASPIMTEL yaitu ikut menumbuh kembangkan percepatan pencapaian era digital dan 5G.
Seperti yang telah disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo, dimana perkembangan ekonomi digital dan industri 4.0 Indonesia merupakan yang tercepat di Asia Tenggara dan akan menjadi kekuatan tersendiri bagi Indonesia untuk mewujudkan visinya. Ekonomi digital di Indonesia dan Industri 4.0 diperkirakan akan berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 133 miliar dollar AS pada tahun 2025. Kemajuan industri tersebut akan mengantarkan Indonesia menuju sepuluh besar kekuatan ekonomi global pada tahun 2030.
Transformasi ekonomi digital perlu dioptimalkan karena menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan tumbuh 20 persen dari tahun 2021 menjadi USD146 miliar pada tahun 2025 dan diprediksi akan terus meningkat (Kemenkeu, 2022). Saat ini, kontribusi ekonomi digital Indonesia masih relatif kecil terhadap perekonomian nasional, namun pertumbuhannya sangat pesat.
Untuk mendukung hal tersebut dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital besar yang diperhitungkan di pasar global, pemerintah perlu melakukan penyesuaian kebijakan pembangunan infrastruktur nasional. Tidak hanya pembangunan infrastruktur darat dan laut, namun infrastruktur pendukung aktivitas ekonomi digital juga perlu dukungan dari pemerintah. Ini ditandai dengan diterbitkannya omnibus law dalam bentuk Undang-undang Cipta Kerja.
Kehadiran menara telekomunikasi tanpa disadari telah berjasa dalam memenuhi kebutuhan layanan data selular dan menjamin adanya konektivitas sebagai unsur utama dalam kegiatan ekonomi digital. Menara telekomunikasi menjadi syarat utama agar sinyal yang dipancarkan perangkat Base Transceiver Station (BTS) dapat menjangkau masyarakat seluas-luasnya.
Theodorus Ardi Hartoko, Ketua Umum ASPIMTEL terpilih periode 2023-2026 yang baru saja dilantik dalam Munas ASPIMTEL tanggal 15 Maret 2023 menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan ekonomi digital dilihat dari jumlah penggunaan layanan data yang terus berkembang pesat. Keberadaan menara telekomunikasi sama pentingnya dalam membangun konektivitas bagi ekonomi digital lainna seperti jalan tol, gardu listrik, atau infrastruktur vital lainnya, terlebih dalam menghadapi era 5G. Untuk mendukung adanya percepatan implementasi 5G di Indonesia, selain kesiapan spektrum, Operator Seluler dan device, menara telekomunikasi menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan dari ecosystem 5G tersebut. Oleh karena itu, keberadaan menara telekomunikasi menjadi salah satu milestone penting dalam hal adopsi teknologi 5G dan mendorong adanya peningkatan kualitas, produktivitas serta otomasiautomasi, di dalam operasional industry serta menyukseskan inisiatif pemerintah yakni Making Indonesia 4.0
Dalam kesempatan yang sama setelahnya, juga telah ditunjuk Rudolf Nainggolan yang juga menjabat Direktur Utama PT. Gihon Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Gihon), sebagai Wakil Ketua Umum dan Indra Gunawan yang menjabat Direktur PT. Sarana Menara Nusantara, Tbk. (Protelindo) sebagai Sekretaris Jenderal.
Teddy Hartoko yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur Utama PT. Dayamitra Telekomunikasi, Tbk. (Mitratel) berkomitmen akan membawa ASPIMTEL untuk lebih berperan dalam mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam pembangunan infrastruktur menara telekomunikasi melalui 3 aspek.
Pertama adalah aspek bisnis, Penyedia Infratruktur khususnya tower harus segera bertransformasi menuju penyedia infrastruktur digital atau beyond tower provider. Hal ini akan menumbuhkembangkan industri infrastruktur telekomunikasi di Indonesia secara berkelanjutan;
Kedua adalah aspek regulasi, Aspimtel berkomitmen melakukan koordinasi dan komunikasi kepada Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam pengawalan pembangunan infrastruktur dan menara telekomunikasi dengan tujuan agar pemerintah dapat menetapkan regulasi sederhana yang dapat diimplementasikan dan disosialisasikan kepada seluruh masyarakat terkait pentingnya menara telekomunikasi untuk mendukung pertumbuhan industri ekonomi digital di seluruh wilayah Indonesia;
Ketiga adalah aspek lingkungan, pengembangan dan pembangunan infratruktur harus mampu memberikan dampak positif terhadap kelestarian lingkungan diantaranya penggunaan teknologi untuk mengurangi emisi karbon (green energy) dan penggunaan material yang ramah lingkungan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
“Program ASPIMTEL ke depan harus dapat memenuhi 3 aspek di atas untuk mendukung tumbuhnya industri ekonomi digital yang efisien dan merata diseluruh wilayah Indonesia”
Transformation into a Digital Infrastructure Company, This is what Mitratel has done
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) or Mitratel plans to transform into a digital infrastructure company
KONTAN.CO.ID – JAKARTA . The tower issuer, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk ( MTEL ) or Mitratel plans to transform into a digital infrastructure company . One of them is by developing a fiber optic network.
Mitratel Investment Director Hendra Purnama explained that Mitratel plans to build an ecosystem as a digital infrastructure company , not just a tower company.
This year, a subsidiary of PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk introduced a new product, namely fiber optics. Hendra said this segment was chosen because it was an important element in the development of the 5G network.
“For this year’s target, we mentioned the guidelines reaching 6,000 km, but the demand for fiber optic is very high,” explained Hendra in a virtual discussion held by Henan Putihrai Sekuritas, Tuesday (5/7).
He said that in the first quarter of this year, Mitratel has pocketed a fiber optic contract of 2,117 kilometers (km). Therefore, it is currently conducting a review.
“We are currently reviewing it and we will announce it again. We are planning to revise our target to be even higher. We will be more aggressive,” he said.
Indeed, the EBITDA margin, continued Hendra, will not be as high as the tower. However, the prospect of fiber optic development is quite good in the market to support 5G. In a previous report, Hendra explained that all the fiber optics currently being built are orders from mobile network operator (MNO) aka cellular operator.
To build the optical fiber, Mitratel has prepared a capital expenditure allocation ( capex) of around Rp 500 billion. In total, the capex allocation for 2022 is IDR 9.9 trillion.
Currently, the optical fiber is being built in North Sumatra, DKI Jakarta, West Java, Central Java, East Java, West Kalimantan, North Sulawesi, West Sulawesi, South Sulawesi, Bali and the Riau Islands.
Saat ini, fiber optik tersebut tengah dibangun di Sumatra Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Bali, dan Kepulauan Riau.
Reporter: Yuliana Hema | Editor: Handoyo .
Sumber :
https://investasi.kontan.co.id/news/transformasi-menjadi-perusahaan-digital-infrastructure-ini-yang-dilakukan-mitratel
Transformasi Menjadi Perusahaan Digital Infrastructure, Ini yang Dilakukan Mitratel
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten menara, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel berencana bertransformasi menjadi perusahaan digital infrastructure. Salah satunya dengan mengembangkan jaringan fiber optik.
Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama menjelaskan Mitratel berencana membangun ekosistem sebagai digital infratructure company, bukan hanya sekadar sebagai perusahaan menara.
Tahun ini, anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk ini mengenalkan produk baru yakni fiber optik. Hendra bilang segmen ini dipilih lantaran elemen penting dalam perkembangan jaringan 5G.
“Untuk target tahun ini, kita sempat menyebut guideline mencapai 6.000 km, tapi permintaan atas fiber optic sangat tinggi,” jelas Hendra dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Henan Putihrai Sekuritas, Selasa (5/7).
Dia menyampaikan dengan kuartal pertama tahun ini, Mitratel telah mengantongi kontrak fiber optic sebesar 2,117 kilometer (km). Oleh karena itu, pihaknya sedang melakukan peninjauan kembali.
“Kita sekarang lagi peninjauan kembali dan kami akan umumkan lagi. Kita berencana merevisi target kami untuk jadi lebih tinggi. Kita akan lebih agresif lagi,” ucap dia.
Memang secara EBITDA margin, lanjut Hendra, tidak akan setinggi dari menara. Namun prospek perkembangan fiber optik ini cukup bagus di pasar untuk mendukung 5G. Dalam pemberitaan sebelumnya, Hendra menjelaskan seluruh fiber optik yang dibangun saat ini merupakan pesanan dari mobile network operator (MNO) alias operator seluler.
Untuk membangun fiber optik tersebut, Mitratel menyiapkan alokasi belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 500 miliar. Secara total, alokasi capex untuk tahun 2022 adalah sebesar Rp 9,9 triliun.
Saat ini, fiber optik tersebut tengah dibangun di Sumatra Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Bali, dan Kepulauan Riau.
Reporter: Yuliana Hema | Editor: Handoyo .
Sumber :
https://investasi.kontan.co.id/news/transformasi-menjadi-perusahaan-digital-infrastructure-ini-yang-dilakukan-mitratel