Beban Terkendali, Laba Mitratel Naik 33% Jadi Rp 459,4 M
Jakarta, CNBC Indonesia – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel membukukan pendapatan Rp 1,87 triliun sepanjang kuartal pertama tahun ini. Angka ini lompat 21,51% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 1,54 triliun.
Beban pokok tercatat Rp 952,36 miliar. Kenaikannya masih proporsional, hanya sekitar 16,7% dibanding kuartal pertama tahun lalu, Rp 816,05 miliar.
Sehingga, kenaikan beban pokok yang masih di bawah kenaikan pendapatan membuat MTEL mampu mencatat kenaikan laba kotor 26,81% secara tahunan menjadi Rp 917,81 miliar dari sebelumnya Rp 723,74 miliar.
MTEL membukukan penghasilan usaha lainnya sebesar Rp 12,11 miliar. Pemasukan ini yang membuat perusahaan mampu menekan pos beban usaha menjadi Rp 104 miliar dari sebelumnya Rp 111,12 miliar.
Alhasil, laba usaha mengalami kenaikan 32,84% secara tahunan menjadi Rp 813,81 miliar dari sebelumnya Rp 612,62 miliar.
Kenaikan itu juga yang membuat MTEL membukukan laba bersih Rp 459,4 miliar. Nilai ini naik 33,86% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 343,19 miliar.
Sumber :
https://www.cnbcindonesia.com/market/20220510115443-17-337746/beban-terkendali-laba-mitratel-naik-33-jadi-rp-4594-m
Laba Bersih Tembus Rp 1,38 Triliun, Mitratel Siap Bagi Dividen
Suara.com – Emiten Anak Usaha Telkom Group (TLKM), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Jumat (22/4/2022). Dalam rapat ini terdapat beberapa agenda yang akan dibahas salah satunya adalah pembagian dividen.
Sebelumnya pemanggilan rapat telah dilakukan melalui situs web PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), PT Bursa Efek Indonesia, dan situs web Perseroan pada tanggal 31 Maret 2022 lalu.
Adapun pemegang saham yang berhak menghadiri dan memberikan suara dalam rapat, namanya harus tercatat dalam Daftar Pemegang Saham perseroan atau rekening efek di KSEI pada 30 Maret 2022 pukul 16.15 WIB yang lalu.
RUPST kali ini akan digelar secara virtual melalui fasilitas Electronic General Meeting System yang disediakan oleh KSEI, terkait pedoman pencegahan dan pengendalian Covid-19. Fasilitas e-Proxy ini tersedia bagi pemegang saham yang berhak untuk hadir dalam RUPST sejak tanggal pemanggilan RUPST, yaitu 31 Maret 2022 sampai dengan Kamis, 21 April 2022 pukul 12.00 WIB.
Berikut agenda RUPST tahun 2021;
- Persetujuan atas Laporan Tahunan Perseroan Tahun Buku 2021, termasuk Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris.
- Pengesahan atas Laporan Keuangan Perseroan Tahun Buku 2021 dan Pembebasan Tanggung Jawab Anggota Direksi dan Dewan Komisaris.
- Penetapan Penggunaan Laba Bersih Perseroan Tahun Buku 2021.
- Penetapan Remunerasi (gaji/honorarium, fasilitas dan tunjangan) untuk Tahun 2022, serta Tantiem untuk Tahun Buku 2021 bagi Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan.
- Penunjukan Kantor Akuntan Publik untuk memeriksa Laporan Keuangan Perseroan untuk Tahun Buku 2022 termasuk Audit Pengendalian Internal atas Pelaporan Keuangan.
- Laporan Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan.
- Persetujuan atas Perubahan Anggaran Dasar Perseroan.
- Persetujuan atas Perubahan Susunan Anggota Direksi Perseroan.
- Persetujuan atas Perubahan Susunan Anggota Dewan Komisaris Perseroan.
Pada saat yang sama RUPST juga akan membahas rencana terkait penggunaan laba bersih Perseroan pada tahun 2021, salah satunya yakni untuk dibagikan sebagai dividen. Perseroan akan meminta persetujuan dari para pemegang saham atas 70% dari laba bersih untuk dibagikan sebagai dividen beserta besaran dan juga tanggal pembayarannya.
Pembagian dividen ini sejalan dengan kinerja cemerlang Perseroan selama 2021 dengan mengantongi laba bersih sebesar Rp 1,38 triliun, jumlah ini melesat 129,4% dari periode yang sama tahun lalu yaitu Rp 602 miliar. Lonjakan laba bersih anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) tersebut sejalan dengan pertumbuhan pendapatannya. Sepanjang 2021, pendapatan Mitratel tumbuh 11% menjadi Rp 6,87 triliun dibandingkan tahun 2020 yang sebesar Rp 6,18 triliun.
Untuk tahun ini, Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margonis mengatakan, Mitratel menjanjikan kinerja yang lebih apik pada tahun 2022 sejalan dengan besarnya jumlah aset menara yang dimiliki oleh perseroan. Hingga saat ini Mitratel memiliki lebih dari 28.200 menara dengan 42.500 tenant yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia, khususnya 58% atau 16,200 menara berada di luar pulau Jawa. Sesuai dengan program pemerintah untuk pengembangan infrastruktur telekomunikasi di luar pulau Jawa.
“Ditambah dengan lengkapnya layanan fiber optik membuat competitiveness dari Mitratel semakin besar dan ini akan membawa beberapa perusahaan provider jaringan internet yang besar seperti Indosat, XL dan Smartfren untuk bekerjasama dengan Mitratel,” papar Niko
Sumber :
https://www.suara.com/bisnis/2022/04/22/094538/laba-bersih-tembus-rp-138-triliun-mitratel-siap-bagi-dividen
Mitratel Catatkan Kinerja Cemerlang Tahun 2021, Laba Bersih Melonjak 129,4%
- Total Pendapatan meningkat 11% YoY menjadi Rp 6,87 triliun.
- EBITDA meningkat 23,9% YoY menjadi Rp 5,18 triliun. Marjin EBITDA mencapai 75,5% di tahun 2021.
- Laba bersih dibukukan sebesar Rp 1,38 triliun meningkat 130%
- Total sites meningkat 53% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi 206 sites.
- Total tenant meningkat 39% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 594 tenant
Jakarta – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (IDX: MTEL) atau Mitratel mencatatkan kinerja cemerlang pada tahun 2021. Laba bersih Mitratel tahun 2021 melonjak 129,4% menjadi Rp 1,38 triliun dibandingkan tahun 2020 yang sebesar Rp 602 miliar.
Lonjakan laba bersih anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (IDX: TLKM) tersebut sejalan dengan pertumbuhan pendapatannya. Sepanjang 2021, pendapatan Mitratel tumbuh 11% menjadi Rp 6,87 triliun dibandingkan tahun 2020 yang sebesar Rp 6,18 triliun.
Sementara itu, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Mitratel pada 2021 mencapai Rp 5,18 triliun, meningkat 23,9% dibandingkan tahun 2020 yang sebesar Rp 4,18 triliun. Margin EBITDA naik menjadi 75,5% dari 67,6%.
Adapun margin laba bersih Mitratel pada 2021 mencapai 20,1%, meningkat dibandingkan tahun 2020 yang sebesar 9,7%.
“Mitratel yang baru melantai di bursa kurang lebih 4 bulan lalu atau tepatnya tanggal 22 November 2021, berhasil membukukan laba bersih tahun 2021 sebesar Rp 1,38 triliun atau melonjak 129,4%, ini menandakan bahwa Mitratel memiliki profitabilitas yang tinggi dan dapat mengembalikan value dari investasi shareholders,” kata Corporate Secretary Mitratel, Hendra Purnama, dalam siaran pers.
Mitratel berencana membagikan dividen dengan rasio maksimum sebesar 70% dari laba bersih tahun buku 2021. Rasio dividen tersebut akan diusulkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham tahunan (RUPST) yang akan dilaksanakan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Menurut Hendra Purnama, laba bersih perseroan pada 2021 ditopang oleh pertumbuhan organic dan inorganic melalui strategi sales yang agresif dengan memanfaatkan keunggulan portofolio Mitratel yang tersebar secara luas di lokasi-lokasi atraktif.
Sepanjang tahun lalu, Mitratel telah menambah sebanyak 796 tower dan 2.376 tenant secara organic. Selain itu, perseroan melakukan strategi pertumbuhan inorganic yang agresif melalui akuisisi tower Telkomsel sebanyak 8.139 tower dan 8.215 tenant, serta konsolidasi aset tower Telkom sebanyak 798 tower dan 1.432 tenant.
Mitratel merupakan perusahaan tower provider dengan pertumbuhan kinerja terbaik di Indonesia. Terbukti, secara tingkat pertumbuhan tahunan (Compound Annual Growth Rate/CAGR) pendapatan perseroan mencapai 14% selama periode 2017-2021. CAGR EBITDA sebesar 29% dan CAGR laba bersih mencapai 36%.
Mitratel memastikan likuiditas neraca dan ketersediaan kas untuk mendukung strategi operasional perusahaan. Hal itu ditunjukkan oleh neraca keuangan perseroan pada 2021. Nilai aset hingga akhir 2021 mencapai Rp 57,72 triliun, meningkat 128,3% dibandingkan tahun 2020 yang sebesar Rp 25,28 triliun. Liabilitas naik 40,7% menjadi Rp 24,08 triliun dari Rp 17,12 triliun. Ekuitas melonjak 312,2% menjadi Rp 33,64 triliun dari Rp 8,16 triliun.
Sementara itu, secara operasional, Mitratel terus mencatat pertumbuhan tower dan tenant, yang ditopang oleh kesehatan finansial bisnis perusahaan. Jumlah tower hingga akhir 2021 mencapai 28.206 unit, naik 52,7% dibandingkan tahun 2020 yang sebanyak 18.473 unit. Jumlah tenant tahun 2021 naik 39,3% menjadi 42.594 dari tahun 2020 yang sebanyak 30.570.
Untuk menjaga pertumbuhan berkelanjutan, Mitratel memiliki empat strategi.
Pertama, perseroan akan terus memacu pertumbuhan organic. Mitratel akan melakukan langkah agresif untuk menangkap peluang permintaan menara baru (B2S) dan colocation dari MNO melalui peningkatan kapasitas dan cakupan layanan.
Kedua, strategi M&A untuk melengkapi pertumbuhan organic. Perseroan akan melakukan konsolidasi industri dengan memanfaatkan kekuatan neraca dan arus kas perusahaan, serta memaksimalkan sinergi Telkom Group.
Ketiga, ekspansi ke layanan baru. Perseroan akan mengembangkan portofolio layanan infrastruktur digital yang lengkap untuk mendukung pengembangan infrastruktur penting dari MNO seperti Fiber, Edge infra solution, power-to-tower dan digital services (seperti IoT).
Keempat, meningkatkan efisiensi operasional. Perseroan akan mengimplementasikan inisiasi efisiensi biaya di berbagai area, seperti biaya operasi dan pemeliharaan untuk meningkatkan profitabilitas dan arus kas. Perseroan juga akan melakukan transformasi digital operasional dengan meningkatkan operational business process melalui integrasi sistem IT.
Dengan demikian, Mitratel bakal terus bertumbuh dan mempertahankan reputasi perusahaan untuk bisnis yang berkelanjutan, sekaligus berkontribusi pada masyarakat dan lingkungan. “Tahun ini, kami menargetkan peningkatan pendapatan sebesar 10% (melampaui rata-rata pertumbuhan industry) dengan 750 pembangunan menara dan 3.000 kolokasi secara organic, serta tambahan 3.000 tower secara inorganic,” jelas Direktur Investasi yang juga merangkap sebagai Corporate Secretary Mitratel, Hendra Purnama.
Mitratel menjadi bagian dari value chain layanan seluler melalui penyediaan layanan konektivitas infrastruktur telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah menara telekomunikasi perseroan sekitar 28% dari populasi tower di Indonesia. Hal ini untuk memperkuat ekosistem digital Indonesia dan siap untuk berkompetisi secara global. Perseroan sebagai enabler pengembangan 5G melalui penyediaan layanan infrastruktur telekomunikasi.
Strategi Bisnis Baru Bisa Kerek Pendapatan Mitratel 14,41 Persen pada 2022
JAKARTA, KOMPAS.com – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel siap menerapkan sejumlah strategi bisnis seperti merger, akuisisi, ekspansi dan efisinesi untuk meraih pertumbuhan kinerja yang positif pada tahun-tahun mendatang.
Menurut Piyush Choudhary dan Rishabh Dhancholia, analis HSBC Global Research dalam laporan riset yang diumumkan baru-baru ini, memproyeksikan kinerja Mitratel akan tumbuh positif pada tahun 2022.
“Pendapatan Mitratel kami perkirakan akan mencapai Rp 7,94 triliun pada tahun 2022 atau meningkat sekitar 14,41 persen dibandingkan dengan proyeksi pendapatan Mitratel hingga akhir tahun 2021 yang sebesar Rp 6,94 triliun,” ujar kedua analis dalam siaran pers, Jumat (24/12/2021).
Piyush dan Rishabh memperkirakan, laba operasi Mitratel juga akan naik 6,18 persen menjadi Rp 3,09 triliun pada tahun 2022, dari estimasi laba pada tahun 2021 sebesar Rp 2,91 triliun.
Adapun laba bersih Mitratel diproyeksikan bakal tumbuh 22,52 persen, menjadi Rp 1,85 triliun pada 2022 dibandingkan dengan perkiraan capaian laba Prrseroan hingga akhir tahun 2021 sebesar Rp 1,51 triliun.
Pertumbuhan organik Mitratel
Piyush dan Rishabh mengungkapkan, sebagai perusahaan menara dengan kepemilikan 28.030 menara, Mitratel diyakini siap mencapai pertumbuhan organik yang cepat. Apalagi, Mitratel memiliki hubungan yang erat dengan Telkomsel, operator jaringan seluler (MNO) terbesar di Indonesia.
Anak perusahaan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) itu, juga dinilai memiliki potensi kolokasi yang lebih tinggi jika dibandingkan perusahaan sejenis. Hal itu antara lain karena lokasinya yang khas, dimana 57 persen di antaranya berada di luar Jawa.
Selain itu, Mitratel memiliki potensi kapasitas yang lebih tinggi, karena rasio tenancy-nya lebih rendah dibandingkan perusahaan sejenis.
“Perluasan cakupan MNO dan densifikasi jaringan akan mendorong pertumbuhan organik MTEL,” kata Piyush dan Rishabh.
Pesanan B2S Telkomsel
Sebagai informasi, pertumbuhan anorganik MTEL positif di tahun sebelumnya, perseroan membeli 13.965 menara pada 2019-2021.
Pun demikian dengan neraca Mitratel yang mencatatkan biaya utang yang relatif rendah, arus kas yang kuat, serta pengalamannya melakukan akuisisi yang menawarkan sinergi, memposisikan Mitratel untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan anorganik ke depan.
Di sisi lain, Mitratel juga diuntungkan dengan pesanan built-to-suit (B2S) dari Telkomsel yang memiliki jangkauan jaringan terluas, termasuk memimpin pasar di wilayah di luar Jawa. Adapun rekam jejak pertumbuhan organik portofolio menara B2S diperluas menjadi 12.893 per Juni 2021.
“Mitratel akan terus mendapat manfaat dari pertumbuhan organic yang didorong oleh perluasan cakupan di wilayah di luar Jawa oleh MNO lain dan kebutuhan kapasitas operator seiring lonjakan permintaan data,” jelas keduanya.
2.700 menara B2S hingga 2023
Di tahun 2020 hingga tahun 2023, MTEL juga diperkirakan akan menambah 2.700 menara B2S. Secara khusus, perusahaan mengakuisisi 13.965 menara selama 2019-2021 sehingga portofolio menara anorganik menjadi 15.137 menara (54 persen dari portofolio menara).
“Mitratel akan terus menjajaki akuisisi menara. Dengan arus kas yang kuat serta pengalaman dalam melakukan akuisisi, membuat Mitratel berada pada posisi yang baik untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan anorganik. Kami juga memperkirakan Mitratel akan mengakuisisi 6.000 menara lagi selama 2022-2023,” kata kedua analis itu.
Sumber :
Kompas.com
Laba Bersih Mitratel Diprediksi Tembus Rp 1,3 T Selama Tahun Ini
Laba bersih PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel diperkirakan meningkat di tahun ini. Hal ini seiring dengan kinerja emiten menara yang cakupannya semakin luas di luar Pulau Jawa dan hubungannya yang erat dengan Telkomsel.
Niko Margaronis, Analis BRI Danareksa Sekuritas mengemukakan, dua faktor itu akan menjadi kekuatan Mitratel untuk mencetak kinerja perusahaan yang makin baik di tahun ini.
Dia memproyeksikan, pendapatan Mitratel tahun ini bisa mencapai Rp 6,8 triliun atau tumbuh 10 persen dari tahun 2020. Sedangkan laba bersihnya diperkirakan akan melesat 116,4 persen year on year (yoy) ke Rp 1,3 triliun. Bahkan di tahun depan, revenue dan laba bersih perseroan ditaksir akan mencapai Rp 7,8 triliun dan Rp 1,78 triliun.
Mitratel tercatat punya lebih dari 28.030 unit menara saat ini dengan 42.016 penyewaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 57 persen dari total menara tersebut terletak di luar pulau Jawa.
“Mungkin sebelumnya, captive market Mitratel di luar Pulau Jawa hanya Telkomsel karena 10 tahun lalu wilayah ini belum menarik bagi operator lainnya. Tetapi sejak 2018, XL sudah mengumumkan mulai ekspansi ke luar Jawa. Sehingga Mitratel akan semakin menarik karena rasio kolokasinya akan naik ke depan,” jelas Niko dalam keterangannya, Kamis (23/12).
Peningkatan kolokasi tersebut, lanjut Niko, terutama akan terjadi di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan demikian, keuntungan Mitratel akan semakin bertambah karena perseroan sudah memiliki menara di tiga pulau ini.
Sementara itu, Telkomsel tercatat telah mengalihkan 10.050 menara telekomunikasi miliknya ke Mitratel. Operator telekomunikasi nomor wahid di Indonesia ini masih memiliki ribuan menara lagi yang berpeluang dilepas ke Mitratel.
Menurut Niko, faktor ini akan membuat Mitratel semakin menarik karena sebelumnya menara-menara tersebut bersifat single tenant atau hanya bisa dipakai Telkomsel. Namun, dengan diakuisisi Mitratel maka sudah bisa dipasarkan untuk digunakan operator lainnya.
“Ini tentu akan membawa untung besar bagi Mitratel,” ujarnya.
Hingga kuartal III 2021, Danareksa Sekuritas memperkirakan pendapatan Mitratel akan tumbuh sekitar 2-3 persen dibanding kuartal sebelumnya. Proyeksi ini didasarkan pada laporan Telkom Group yang mencatatkan peningkatan pendapatan menara dari eksternal sebesar dua digit secara tahunan dan naik sekitar 2 persen dibanding kuartal II.
Menurut Niko, pertumbuhan pastinya kemungkinan bisa lebih tinggi karena belum ada data pendapatan Mitratel yang bersumber dari Telkomsel. Perkiraannya, revenue yang didapat dari Telkomsel akan naik lebih besar lagi karena pendapatan dua kompetitor terbesarnya yakni Tower Bersama dan Sarana Nusantara Infrastruktur yang bersumber dari Telkomsel tidak naik signifikan.
Sedangkan laba bersihnya diperkirakan bisa tumbuh lebih tinggi yakni sekitar 5 persen. “Bottomline bisnis menara yang punya levarage rendah pasti kenaikan marginnya akan lebih tinggi,” katanya.
Senada, Mandiri Sekuritas juga memandang prospek pertumbuhan Mitratel sangat menarik mengingat tren konsolidasi di industri menara dan terus bertumbuhnya permintaan atas akses internet.
“Menara telekomunikasi saat ini merupakan salah satu infrastruktur utama dalam penyediaan akses internet nasional,” jelas Kresna Hutabarat, Analis Mandiri Sekuritas, terpisah.
Mandiri Sekuritas memperkirakan pendapatan perseroan hingga ujung tahun bisa mencapai Rp 6,71 triliun atau tumbuh 8,5 persen dari tahun lalu. Selain itu, EBITDA ditaksir naik 19,8 persen (yoy) jadi Rp 5 triliun dan laba bersihnya akan melesat 127,2 persen (yoy) ke Rp 1,36 triliun.
Sumber :
KumparanBisnis