CAGR Mitratel Tumbuh Dua Digit, Melampaui Industri
JAKARTA – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau “Mitratel” mencatatkan tingkat rata-rata pertumbuhan majemuk tahunan (compound annual growth rate/CAGR) melonjak dua digit pada periode 2017-2022 jauh melampaui CAGR-nya emiten menara telekomunikasi lainnya. Analis merekomendasikan beli saham Mitratel lantaran kinerja finansialnya berpotensi tumbuh di periode mendatang ditambah manajemen Mitratel pun telah berancang-ancang memberikan dividen lebih tinggi dalam RUPS Tahunan 2022.
Theodorus Ardi Hartoko, Direktur Utama Mitratel menjelaskan dengan pertumbuhan CAGR dua digit ini mengindikasikan kinerja finansial Mitratel tumbuh secara berkesinambungan serta menjadi landasan yang kokoh untuk menunjang pertumbuhan bisnis perseroran di masa mendatang.
“Kami terus mendorong monetisasi aset dalam mengakselerasi pertumbuhan berkelanjutan yang didukung oleh menara yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk dari hasil akuisisi. Kami juga berinovasi dalam pengembangan ekosistem bisnis menara, termasuk diantaranya fiber optic yang akan menciptakan model bisnis yang berkesinambungan di era digital. Kami optimistis kinerja ke depan akan lebih baik,” ujar Theodorus Ardi Hartoko kepada wartawan di Jakarta pada Senin (10/4/2023).
Teddy sapaan akrabnya menjabarkan Mitratel juga membukukan CAGR EBITDA sebesar 27%. Raihan perseroan ini diakui lebih tinggi dari CAGR EBITDA rata-rata industri. “Pertumbuhan CAGR Mitratel melonjak dua digit lantaran Perseroan berhasil meningkatkan kinerja finansial yang optimal,” sebut Teddy.
Ia kembali menyatakan Mitratel pada tahun ini telah mencanangkan roadmap pertumbuhan organik dan inorganik dengan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 7 triliun untuk mendukung tranformasi digital serta mengembangkan ekosistem bisnis Menara dengan menambah jumlah Menara telekomunikasi, membangun fiber optic dan infrastruktur pendukung lainnya yang berpotensi ke depan meningkatkan pendapatan dan laba bersih perseroan.
Valuasi Lebih Murah
Pada kesempatan berbeda, Robertus Hardy, Senior Research Analyst PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, mengatakan saham infrastruktur telekomunikasi merupakan saham yang prospektif di tahun ini karena menyongsong masa pemilihan umum pada 2024. Hal ini diproyeksikan berdampak terhadap lonjakan lalu lintas data.
Selain itu, kinerja emiten infrastruktur telekomunikasi didukung adopsi teknologi 5G yang diharapkan lebih luas, penetrasi fixed broadband, dan persaingan penyedia layanan telekomunikasi untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. “Dengan demikian, kami menginisiasi industri ini dengan peringkat Overweight dengan MTEL sebagai pilihan utama. Selain neraca yang relatif lebih sehat dengan hanya 33,0% net gearing per Desember 2022 jika dibandingkan TOWR dan TBIG yang masing-masing 309,5% dan 224,3%,” tutur Robertus dalam risetnya.
Oleh karena itu, lanjut Robertus, MTEL tidak hanya memiliki peluang untuk membayar dividen yang lebih tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan untuk membelanjakan lebih banyak anggaran Capex belanja modal untuk meningkatkan jumlah aset menara, melalui build-to-suite maupun akuisisi.
Aset MTEL memiliki valuasi yang murah, yaitu rasio enterprise value (EV)/tower per Desember 2022 itu senilai Rp2 miliar. “Ini lebih dari 35% diskon dari TOWR dan TBIG yang EV/tower masing-masing sebesar Rp3,1 miliar dan Rp3,3 miliar,” ucap Robertus.
Kemudian, Mitratel tidak memiliki eksposur risiko fluktuasi mata uang asing lantaran seluruh pinjaman dalam denominasi rupiah. Utang perseroan di tahun lalu itu turun menjadi Rp 15,29 triliun dari Rp 18,07 triliun. Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) pada 2022 turun menjadi 0,45 kali dari sebelumnya 0,54 kali. Dengan demikian, Mitratel memiliki ruang yang cukup longgar untuk berekspansi karena DER-nya semakin turun dan ekuitasnya di tahun lalu naik sebesar 0,5% atau menjadi Rp 33,80 triliun.
Perseroan optimistis prospek bisnis di tahun 2023 akan tetap mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata industri, hal ini berdasarkan strategi dan model bisnis Mitratel yang solid, dengan didukung oleh pertumbuhan organik seperti peningkatan kolokasi (tenancy ratio), dan dibarengi aksi organik serta inorganik untuk memacu Mitratel untuk mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih.
Menurut data, CAGR pendapatan Mitratel pada 2017-2022 melonjak sebesar Rp 14%. Kemudian, CAGR laba bersih Mitratel melonjak sebesar 34% atau melampaui CAGR laba bersih TOWR dan TBIG di periode 2017-2022 itu, yang masing-masing sebesar 10% dan minus 6%.
Ke depannya, beberapa langkah strategis akan terus dilakukan MTEL. Perusahaan akan fokus untuk memberikan solusi dari hulu ke hilir kepada pelanggan seperti layanan fiber to the tower, power to the tower, dan energy as a service. MTEL diyakini agresif untuk memonetisasi aset menara telekomunikasi, “Kami menyukai Mitratel karena posisinya sebagai pemimpin di sektor menara telekomunikasi dengan kepemilikan tower sebanyak 35.418 yang dikelola per Desember 2022,” tutur Robertus.
Per data Desember 2022, Indonesia memiliki 127,8 pengguna seluler per 100 penduduk. Dengan lebih banyak dari populasi 275 juta orang per September 2022, Indonesia adalah negara terbesar keempat di dunia setelah India (1,42 miliar), Cina (1,41 miliar), dan AS (333 juta). Oleh karena itu, potensi pasar yang sangat besar ini berhasil menarik beberapa perusahaan penyedia menara telekomunikasi besar untuk berinvestasi agar memperkuat pangsa pasar di segmen ini. (*)
Mitratel akan menggelar 25 ribu fiber optic, siap mendukung operator perluas 5G di Indonesia
JAKARTA, Selasa (4/4/2023) – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel mencanangkan peta jalan (roadmap) pertumbuhan organik dan inorganik yang berdampak terhadap kinerja fundamental sekaligus mendukung transformasi digital di Indonesia. Mitratel pada 2023 berencana mengembangkan ekosistem bisnis menara dengan menambah jumlah menara telekomunikasi, membangun fiber optic, serta infrastruktur pendukung lainnya, yang akan meningkatkan pendapatan dan laba bersih di periode mendatang.
Hingga akhir tahun 2022, Mitratel memiliki 35.418 menara telekomunikasi sehingga Mitratel tercatat sebagai perusahaan yang memiliki menara terbanyak di Asia Tenggara. Untuk semakin memperkuat fundamental bisnisnya, Perseroan menganggarkan belanja modal (capital
expenditure/capex) di tahun 2023 ini senilai 7 Triliun Rupiah untuk menunjang rencana pengembangan usaha organik dan inorganik, seperti akuisisi menara telekomunikasi dan fiber optic. “Mitratel siap merealisasikan rencana bisnis dan mengoptimalkan berbagai peluang bisnis di tahun 2023, yakni memonetisasi aset menara yang tersebar di berbagai lokasi strategis di seluruh Indonesia. Kami juga telah menyiapkan model bisnis terbaru, yaitu Fiber to the Tower dan Power to the Tower, yang memberikan layanan bernilai tambah kepada operator telekomunikasi yang menjadi pelanggan Mitratel,” ujar Theodorus Ardi Hartoko, Direktur Utama Mitratel di Jakarta, Selasa (4/4/2023).
Mitratel optimistis menjaga pangsa pasar di industri menara telekomunikasi, setelah perseroan menguasai pangsa pasar sekitar 40% di tahun 2022. “Kebutuhan akan menara telekomunikasi di Indonesia masih tinggi, karena secara rata-rata 1 menara telekomunikasi di Indonesia menjangkau populasi sebanyak 2.700 jiwa, atau lebih tinggi dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand, sehingga hal ini mengisyaratkan bahwa dibutuhkan lebih banyak menara bagi operator telekomunikasi untuk memperluas jaringan dan layanan selulernya,” tutur Teddy.
Perseroan juga telah bersiap apabila operator telekomunikasi (mobile network operator/MNO) berekspansi untuk memperluas layanan 5G. Perseroan memproyeksikan penetrasi 5G pada 2025 sebesar 27,2%, lebih tinggi dari potensi penetrasi 5G dibanding 2024 sebesar 13,4%. “Kami memiliki menara terbanyak di Indonesia dan lokasinya tersebar di seluruh Indonesia, yakni 58% menara tersebar di luar Pulau Jawa dan yang 42% di Pulau Jawa serta memiliki fiber optic sepanjang 16.641 km,” sebut Teddy.
Hingga akhir tahun 2022, Perseroan berhasil mendapatkan pesanan (order) untuk membangun 25 ribu km fiber optic dari MNO atau 30% dari total fiber roll out MNO di tahun 2022. Hal ini menegaskan perseroan telah dipercaya sebagai penyedia solusi infrastruktur digital (Digital InfraCo) independen yang memiliki menara telekomunikasi terbanyak yang dilengkapi solusi pendukung digital lainnya, yakni fiber optic.
Tumbuh di Atas Industri
Pada kesempatan terpisah, Niko Margaronis, research analyst PT BRI Danareksa Sekuritas, menjabarkan pendapatan Mitratel di tahun 2023 ini berpotensi tumbuh sekitar 11-12%. “Pasca IPO, Mitratel semakin profesional dan independen. Selain Telkomsel, operator telekomunikasi lainnya, yakni XL, Indosat Hutchison, dan Smartfren melakukan kemitraan bisnis dengan Mitratel.
Kepercayaan konsumen semakin tinggi kepada Mitratel sehingga pendapatannya berpeluang tumbuh sekitar 11% hingga 12% di tahun 2023,” ujar Niko.
Kehadiran MTEL yang kuat yakni 58 % aset menara MTEL terletak di luar Jawa, dibandingkan TOWR dan TBIG masing-masing 39 % dan 41 %, berpotensi membuat MTEL lebih menarik bagi operator telekomunikasi untuk memperluas jaringannya masing-masing.
Dalam kinerja 2022 tercatat pendapatan Mitratel pada tahun 2022 tumbuh 12,5% atau menjadi Rp7,72 triliun dari Rp6,87 triliun di tahun 2021. Pada periode ini, laba bersih Mitratel senilai Rp1,78 triliun atau melonjak sebesar 29,3% dibandingkan Rp 1,38 triliun, sedangkan EBITDA naik sebesar 18,5%, menjadi Rp6,14 triliun dari Rp5,18 triliun. Hal ini terlihat kinerja Mitratel dan tercatat tumbuh cepat dan kepemilikan Menara terbanyak di atas industri sebanyak 35.418 site dibanding TOWR sebanyak 29.794 site dan jumlah tower TBIG sebanyak 21.758 site.
Niko menyebutkan sejumlah faktor pendorong pertumbuhan bisnis Mitratel, antara lain memperoleh pendapatan dari monetisasi aset yang berasal dari akuisi tower dan fiber optic, serta penyewaan menara kolokasi di luar Pulau Jawa. Nico mencermati alokasi belanja modal Mitratel yang senilai 7 triliun Rupiah itu akan digunakan untuk membiayai rencana bisnis organik. Porsinya sebesar 60% dari jumlah total capex. Kemudian, sekitar 40% dari capex Mitratel ini akan digunakan untuk mendanai akuisi menara telekomunikasi dan fiber optic. “Dana hasil IPO dan arus kas Mitratel yang sehat akan mendorong kinerja fundamental Mitratel untuk meningkatkan pendapatan dan mengoptimalkan sumber pendapatan baru di tahun ini,” ucap Niko.
BRI Danareksa Sekuritas menyebutkan skala bisnis dan jumlah tower Mitratel lebih dominan dibandingkan emiten menara telekomunikasi lainnya. Kinerja fundamental Mitratel diyakini pelaku pasar berdampak terhadap harga saham Mitratel. ”Kami memproyeksikan harga saham Mitratel hingga akhir tahun 2023 di rentang Rp930 – Rp950,” imbuh Niko. (*)
ASPIMTEL Berkomitmen Meningkatkan Kualiatas Infrastruktur Jaringan Menara Telekomunikasi sebagai Landasan Ekonomi Digital Nasional.
Asosiasi Pengembang Infrastruktur dan Menara Telekomunikasi (“ASPIMTEL”) melaksanakan Musyawarah Nasional (MUNAS) tanggal 15 Maret 2023. Theodorus Ardi Hartoko yang akrab disapa Teddy Hartoko terpilih sebagai Ketua Umum ASPIMTEL periode 2023-2026. Munas yang diselenggarakan di Bali tersebut mengambil tema Optimalisasi Peran Industri Infrastruktur & Menara Telekomunikasi Pada Era Digital & 5G”. Hal ini sejalan dengan salah visi dan misi ASPIMTEL yaitu ikut menumbuh kembangkan percepatan pencapaian era digital dan 5G.
Seperti yang telah disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo, dimana perkembangan ekonomi digital dan industri 4.0 Indonesia merupakan yang tercepat di Asia Tenggara dan akan menjadi kekuatan tersendiri bagi Indonesia untuk mewujudkan visinya. Ekonomi digital di Indonesia dan Industri 4.0 diperkirakan akan berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 133 miliar dollar AS pada tahun 2025. Kemajuan industri tersebut akan mengantarkan Indonesia menuju sepuluh besar kekuatan ekonomi global pada tahun 2030.
Transformasi ekonomi digital perlu dioptimalkan karena menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan tumbuh 20 persen dari tahun 2021 menjadi USD146 miliar pada tahun 2025 dan diprediksi akan terus meningkat (Kemenkeu, 2022). Saat ini, kontribusi ekonomi digital Indonesia masih relatif kecil terhadap perekonomian nasional, namun pertumbuhannya sangat pesat.
Untuk mendukung hal tersebut dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital besar yang diperhitungkan di pasar global, pemerintah perlu melakukan penyesuaian kebijakan pembangunan infrastruktur nasional. Tidak hanya pembangunan infrastruktur darat dan laut, namun infrastruktur pendukung aktivitas ekonomi digital juga perlu dukungan dari pemerintah. Ini ditandai dengan diterbitkannya omnibus law dalam bentuk Undang-undang Cipta Kerja.
Kehadiran menara telekomunikasi tanpa disadari telah berjasa dalam memenuhi kebutuhan layanan data selular dan menjamin adanya konektivitas sebagai unsur utama dalam kegiatan ekonomi digital. Menara telekomunikasi menjadi syarat utama agar sinyal yang dipancarkan perangkat Base Transceiver Station (BTS) dapat menjangkau masyarakat seluas-luasnya.
Theodorus Ardi Hartoko, Ketua Umum ASPIMTEL terpilih periode 2023-2026 yang baru saja dilantik dalam Munas ASPIMTEL tanggal 15 Maret 2023 menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan ekonomi digital dilihat dari jumlah penggunaan layanan data yang terus berkembang pesat. Keberadaan menara telekomunikasi sama pentingnya dalam membangun konektivitas bagi ekonomi digital lainna seperti jalan tol, gardu listrik, atau infrastruktur vital lainnya, terlebih dalam menghadapi era 5G. Untuk mendukung adanya percepatan implementasi 5G di Indonesia, selain kesiapan spektrum, Operator Seluler dan device, menara telekomunikasi menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan dari ecosystem 5G tersebut. Oleh karena itu, keberadaan menara telekomunikasi menjadi salah satu milestone penting dalam hal adopsi teknologi 5G dan mendorong adanya peningkatan kualitas, produktivitas serta otomasiautomasi, di dalam operasional industry serta menyukseskan inisiatif pemerintah yakni Making Indonesia 4.0
Dalam kesempatan yang sama setelahnya, juga telah ditunjuk Rudolf Nainggolan yang juga menjabat Direktur Utama PT. Gihon Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Gihon), sebagai Wakil Ketua Umum dan Indra Gunawan yang menjabat Direktur PT. Sarana Menara Nusantara, Tbk. (Protelindo) sebagai Sekretaris Jenderal.
Teddy Hartoko yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur Utama PT. Dayamitra Telekomunikasi, Tbk. (Mitratel) berkomitmen akan membawa ASPIMTEL untuk lebih berperan dalam mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam pembangunan infrastruktur menara telekomunikasi melalui 3 aspek.
Pertama adalah aspek bisnis, Penyedia Infratruktur khususnya tower harus segera bertransformasi menuju penyedia infrastruktur digital atau beyond tower provider. Hal ini akan menumbuhkembangkan industri infrastruktur telekomunikasi di Indonesia secara berkelanjutan;
Kedua adalah aspek regulasi, Aspimtel berkomitmen melakukan koordinasi dan komunikasi kepada Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam pengawalan pembangunan infrastruktur dan menara telekomunikasi dengan tujuan agar pemerintah dapat menetapkan regulasi sederhana yang dapat diimplementasikan dan disosialisasikan kepada seluruh masyarakat terkait pentingnya menara telekomunikasi untuk mendukung pertumbuhan industri ekonomi digital di seluruh wilayah Indonesia;
Ketiga adalah aspek lingkungan, pengembangan dan pembangunan infratruktur harus mampu memberikan dampak positif terhadap kelestarian lingkungan diantaranya penggunaan teknologi untuk mengurangi emisi karbon (green energy) dan penggunaan material yang ramah lingkungan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
“Program ASPIMTEL ke depan harus dapat memenuhi 3 aspek di atas untuk mendukung tumbuhnya industri ekonomi digital yang efisien dan merata diseluruh wilayah Indonesia”
Mitratel Tuntaskan 2022 dengan Performansi Finansial Triple Double Digit Growth
Jakarta (01/03/2023) – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) pada 2022 mencatatkan kinerja gemilang dengan membukukan triple double digit growth meliputi pendapatan senilai Rp7,72 triliun atau meningkat sebesar 12,5% dari pencapaian tahun 2021 sebesar Rp6,87 triliun, laba bersih melonjak sebesar 29,3% atau menjadi Rp1,78 triliun dari Rp1,38 triliun pada tahun sebelumnya. Sementara EBITDA melonjak 18.5% menjadi Rp6.142 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp5.185 triliun.
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko, mengatakan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih perseroan yang naik dua digit ini merefleksikan keberhasilan program pengembangan bisnis organik dan inorganik, yang berdampak positif terhadap kinerja keuangan. Selain itu perusahaan juga terus fokus dalam melakukan efisiensi biaya operasional sehingga profitabilitas disisi marjin meningkat.
“Pendapatan yang tumbuh 12,5% dan laba bersih melonjak 29,3% di tahun 2022 merupakan hasil nyata dari eksekusi strategi dan rencana-rencana bisnis Mitratel. Teddy merincikan pendapatan dari segmen penyewaan menara di 2022 masih mendominasi dengan nilai Rp6,37 triliun, atau naik 17,4%. Pendapatan sewa menara ini merupakan pertumbuhan yang berkelanjutan didorong oleh menara baru (built to suit) dan kolokasi, termasuk dari hasil akuisisi menara telekomunikasi Telkomsel di Juli 2022,” ungkap Teddy.
Total penambahan menara baru yang dimiliki oleh Mitratel pada tahun 2022 adalah sebanyak 7.212 menara dan penambahan jumlah tenant (penyewa) sebesar 9.412. Dimana 6.000 menara baru tersebut datang dari proses akuisisi menara operator Telkomsel. Selain itu Mitratel juga mengembangkan jaringan fiber opticsebagai bagian penting dari ekosistem menara, dan telah memiliki fiber optic sepanjang 16.641 km, dimana 6.012 km diantaranya merupakan hasil akuisisi. Strategi organik dan aksi korporasi di tahun 2022 ini yang menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan kinerja perusahaan.
Mitratel merupakan perusahaan menara telekomunikasi independen dengan pertumbuhan menara dan pelanggan terbesar selama periode 2017 – 2022 dibandingkan dengan kompetitor. Bahkan sejak tahun 2010-2022 CAGR untuk pertumbuhan organik adalah sebesar 45%. Selain itu, pengembangan bisnis seperti fiber optic, energy as service serta edge infra solution melengkapi usaha Mitratel untuk menjadi Digital Infraco yang memberikan layanan dan solusi terlengkap untuk semua operator telekomunikasi di Indonesia.
Mitratel juga tidak memiliki eksposur risiko fluktuasi mata uang asing, mengingat seluruh pinjaman dalam denominasi rupiah. Bahkan utang perseroan turun menjadi Rp15,29 triliun dari Rp 18,07 triliun. Alhasil, rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) pada 2022 turun menjadi 0,45 kali dari sebelumnya 0,54 kali (yoy). “Mitratel tetap memiliki ruang yang cukup longgar untuk ekspansi karena DER-nya semakin turun dan ekuitas perseroan mencatatkan peningkatan 0,5% menjadi Rp. 33,808 triliun,” tutur Teddy.
Perseroan optimis prospek bisnis di tahun 2023 akan tetap mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata industri, hal ini berdasarkan strategi dan model bisnis Mitratel yang solid, dengan didukung oleh pertumbuhan organik seperti peningkatan kolokasi (tenancy ratio), dan dilengkapi aksi inorganik yang akan memacu Mitratel untuk mencatatkan pertumbuhan positif pada pendapatan maupun peningkatan laba bersih.
”Kami meyakini kinerja perseroan di tahun 2023 ini akan terus bertumbuh dengan fokus pada monetisasi aset, efisiensi biaya, dan akan semakin memperkuat kepemimpinan Mitratel di industri menara,” tutur Teddy, sapaan akrab Theodorus, di Jakarta, Selasa (7/3/2023).
“Ke depannya, beberapa langkah strategis akan terus kami lakukan. Kami akan fokus untuk memberikan solusi end to end bagi pelanggan kami seperti layanan fiber to the tower dan energy as a service. Kami juga akan lebih agresif untuk memonetisasi aset menara kami yang berjumlah lebih dari 35.400 dan tersebar di seluruh Indonesia. Kami yakin di tahun 2023 Mitratel akan tetap menjadi market leader dengan penguasaan pangsa pasar yang lebih baik dibandingkan kompetitor” tambah Teddy.
Mitratel akan terus menjaga pertumbuhan dan fundamental perusahaan dengan menjadi perusahaan menara telekomunikasi yang unggul baik dari sisi kinerja operasional maupun keuangan. Perseroan berkeyakinan mampu melanjutkan momentum pertumbuhan di tahun 2023 ini dengan tumbuh double digit, atau jauh di atas industri yang diperkirakan hanya tumbuh dikisaran 4%. Pertumbuhan Perseroan akan dicapai melalui agresivitas kegiatan organik, inorganik, dan pengembangan bisnis lainnya untuk memberikan layanan terbaik kepada seluruh operator dalam mengembangkan jaringan telekomunikasi, menuju Digital Infrastructure Company.***
Tuntaskan Transaksi Akuisisi, Mitratel Tambah 997 Menara, Buka Lebar Peluang Untuk Semua Operator
Jakarta (01/03/2023) – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) mengakuisisi menara telekomunikasi milik PT Indosat Ooredoo Hutchison (“IOH”). Pembelian menara ini akan semakin memperkuat fundamental bisnis Mitratel serta meningkatkan potensi pertumbuhan dalam jangka panjang.
Mitratel telah melakukan penandatanganan perjanjian jual beli (Sales and Purchase Agreement / SPA) dengan PT Indosat Ooredoo Hutchison pada 1 Maret 2023 untuk pembelian 997 menara dengan total nilai sebesar Rp. 1.648.400.000.000 atau satu triliun enam ratus empat puluh delapan miliar empat ratus juta rupiah.
Direktur Utama Mitratel Teddy Hartoko mengatakan, aksi korporasi ini merupakan salah satu bentuk strategi dan komitmen Mitratel untuk memperkuat fundamental sekaligus memberikan nilai tambah bagi seluruh Mobile Network Operator (MNO) dan usaha untuk menjadi end to end Digital Infrastructure Company. ”Aksi ini merupakan kesempatan bagi Mitratel untuk mendapatkan aset menara telekomunikasi dengan spesifikasi dan lokasi yang strategis dalam rentang waktu yang singkat. Dengan demikian potensi kolokasi untuk seluruh MNO akan terbuka semakin luas. Ditambah dengan solusi end to end yang kami tawarkan seperti fiber to the tower dan energy as a service, kami yakin Mitratel dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan MNO.”
Teddy menuturkan, tahun 2023 Mitratel akan fokus untuk monetisasi aset melalui peningkatan kolokasi. Mitratel sebagai Tower Provider Independen akan terus agresif memonetisasi asetnya melalui order dari seluruh MNO seiring ekspansi jaringan MNO termasuk di luar Jawa. Peningkatan permintaan kolokasi dari MNO tentunya akan berdampak pada tumbuhnya Tenancy Ratio yang pada gilirannya meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Per 9M2022 Mitratel memiliki lebih dari 35 ribu menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh kota dan kabupaten di Indonesia dengan komposisi 42% yang berada di Pulau Jawa, dan 58% berada diluar pulau Jawa dan menjadikan Mitratel sebagai pemilik menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara.
Kedepannya, Mitratel dan IOH berkomitmen untuk terus saling mendukung pengembangan bisnis dan layanan melalui beberapa kerjasama yang mengikuti perjanjian jual beli menara ini.
***
Mitratel Akuisisi Tower Indosat, Peluang Operator Expansi Jaringan semakin Terbuka
JAKARTA-PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL)/Mitratel dan Indosat Ooredoo Hutchison(IOH) menandatangani perjanjian penjualan bersyarat (Conditional Sales PurchaseAgreement/CSPA) menara telekomunikasi milik IOH sebanyak 997 menara telekomunikasi.Aksi korporasi perseroan ini akan menambah aset dan tenant Mitratel, antara lain IOH danpenyewa Menara dari mitra bisnis lainnya. Adapun, transaksi antara Mitratel dan IOH itudiproyeksikan rampung pada kuartal I/2023.
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko menuturkan kolaborasi ini dapat memperkuatdan memantapkan posisi MTEL sebagai pemilik menara telekomunikasi terbesar di AsiaTenggara yang independent dan terpercaya. Teddy, demikian sapaan akrabnya, mengapresiasi kolaborasi perseroan dengan IOH. “Kerjasama ini memperkokoh Mitratel sebagai pemilikmenara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara. Penambahan sebanyak 997 menaratelekomunikasi ini memperkuat ekosistem Mitratel di bisnis menara telekomunikasi sertamenciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi seluruh operator telekomunikasi serta mengakselerasi peluang pertumbuhan kolokasi menara Mitratel serta menyokongserangkaian usaha Mitratel untuk pengembangan bisnis menjadi end-to-end DigitalInfrastructure Company. Dan tidak kalah pentingnya adalah bahwa akuisisi juga merupakan penegasan bahwa Mitratel adalah perusahaan penyedia Menara yang independent dan sangat dipercaya oleh operator seluler di Indonesia ,” ujar Teddy di Jakarta, Sabtu (18/2/2023).
Kesepakatan tersebut diyakini memberikan manfaat untuk pertumbuhan bisnis berkelanjutanuntuk Mitratel dan IOH. “Mitratel berupaya menjadi perusahaan yang berorientasi padaLeading Sustainable Growth. Perjanjian CSPA dengan IOH melanjutkan pertumbuhananorganik di tahun-tahun sebelumnya,” ucap Teddy.
Pada 2022, misalnya, Mitratel mengakuisisi menara telekomunikasi sebanyak 6.088 unit dan6.012 kilometer (km) fiber optic. Akuisisi ini merupakan usaha Mitratel untuk memantapkan posisi sebagai konsolidator infrastruktur telekomunikasi (menara dan fiber) utama di Indonesia.
Sejalan dengan akuisisi menara, MTEL juga menjalankan program peningkatan tenancy ratio melalui penyediaan konektivitas berkapasitas tinggi dengan penggelaran fiber optic danlayanan satelit, serta penyediaan daya (power to tower) yang akan memberikan dukunganpenuh kepada operator telekomunikasi.
Kedepan, pertumbuhan pendapatan Mitratel diyakini akan tumbuh di atas rata-rata industri dengan adanya aksi korporasi akusisi ini yang dibarengi dengan peningkatan tenancy ratio. Perseroan juga meyakini tingkat profitabilitas yaitu margin EBITDA kian meningkat seiringpeluang pertumbuhan kolokasi menara.
Secara konsolidasi, Mitratel pada Sembilan Bulan pertama 2022 mencetak margin EBITDAsebesar 78,5%, atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 75,7%. Bahkan margin EBITDAdari segmen penyewaan menara telekomunikasi tercatat sebesar 85.2%.
Lebih lanjut Teddy menjelaskan, akuisisi ini merupakan kesempatan yang baik untukmendapatkan ratusan aset menara telekomunikasi dengan spesifikasi dan lokasi strategisdalam rentang waktu yang cukup singkat yang tidak dapat dicapai dengan pengembanganorganik.
“Fokus Mitratel bergerak untuk meningkatkan fundamental melalui monetisasi aset. Mitratel sebagai Tower Provider akan terus agresif memonetisasi asetnya sehingga membuka peluang pertumbuhan bisnis di masa mendatang,” imbuh Teddy
Mitratel dan Indosat Ooredoo Hutchison Menandatangi Perjanjian Transaksi Penjualan dan Sewa Kembali Bersyarat 997 Menara Telekomunikasi
Penandatanganan perjanjian transaksi menara telekomunikasi merupakan bagian dari percepatan ekosistem digital untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia
Jakarta, 15 Februari 2023 – PT Dayamitra Telekomunikasi, Tbk. (Mitratel) dan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) menandatangani perjanjian penjualan dan sewa kembali 997 menara telekomunikasi untuk jangka waktu 10 tahun ke depan. Aksi ini merupakan langkah penting bagi Mitratel untuk memperkuat dominasinya dalam kepemilikan tower di Asia Tenggara. Dengan tambahan 997 menara hasil akuisisi ini menara Mitratel akan menjadi lebih dari 36 ribu.
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko, mengatakan, “Kami senang dapat berkolaborasi dengan IOH dan memantapkan posisi kami sebagai pemilik menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara. Penambahan sebanyak 997 menara telekomunikasi ini pada akhirnya juga akan memperkuat ekosistem kami di bisnis menara serta menciptakan nilai yang lebih besar bagi seluruh operator telekomunikasi yang akan memperluas layananannya serta merupakan bentuk komitmen kami untuk terus berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.”
Transaksi ini diperkirakan akan selesai pada kuartal pertama tahun 2023. Mitratel dan Indosat Ooredoo Hutchison ke depan akan terus bekerjasama dan berkolaborasi dalam memperkuat dan memperluas layanan digital di Indonesia.
Fundamental terbukti kuat, Mitratel akan fokus monetisasi aset.
Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko atau biasa disapa Teddy, terus melakukan berbagai aksi korporasi untuk mendorong capaian kinerja yang positif di tahun 2023. Berbagai aksi korporasi yang telah dijalani oleh Mitratel baik secara organik maupun non organik pada tahun tahun sebelumnya, berhasil menjadikan Mitratel sebagai pemilik tower terbesar di Asia Tenggara dan dijuluki sebagai Raja Menaradengan jumlah kepemilikan menara lebih dari 35.000.
Teddy menuturkan, fokus Mitratel kini mulai bergerak untuk meningkatkan fundamental melalui monetisasi aset. Mitratel sebagai Tower Provider Independen akan terus aggressive memonetisasi asetnya melalui order dari seluruhMobile Network Operator (MNO) seiring ekspansi jaringan MNO termasuk di luar Jawa. Peningkatan permintaan kolokasi dari MNO tentunya akan berdampak pada tumbuhnya Tenancy Ratio yang pada gilirannya meningkatkan profitabilitas perusahaan.
“Kami yakin nilai perusahaan akan meningkat pesat di tahun 2023, yang didukung oleh kinerja finansial yang baik. Mitratel optimis dengan dominasi pasar yang kuat, Langkah ekspansi bisnis yang kami lakukan secara organik dan non organik akan berdampak pada kinerja finansial kami di tahun ini” kata Teddy.
Walaupun menjadi perusahaan menara dengan jumlah terbesar, tenancy ratio Mitratel masih tertinggal dibandingkan kompetitor. Namun demikian saat ini Mitratel berhasil mencatatkan EBITDA Margin yang sejajar dengan kompetitor. Sehingga dalam jangka pendek sampai menengah kinerja Mitratel diharapkan sudah mampu untuk melampaui kompetitor.
“Setelah Mitratel menjadi pemilik menara terbanyak di Asia Tenggara, kami terus berusaha menjaga agar fundamental perusahaan selalu terjaga dengan memiliki kinerja yang baik dan solid, serta tumbuh di atas rata-rata industri. Masih banyak peluang bisnis yang dapat dijalankan dan pastinya berpotensi memberikan keuntungan, sehingga bisnis ini dapat tumbuh berkelanjutan. Kami akan fokus untuk memberikan solusi end-to-end bagi pelanggan kami dimana sebagai contoh saat ini Mitratel sudah menyiapkan layanan Fiber-to-the-Tower (FTTT), Energy-as-a-Service (EaaS), dan layanan berbasis satelit, hal ini sulit direplikasi oleh kompetitor lainnya”
“Saya yakin bisnis infrastruktur telekomunikasi masih terus tumbuh dan berkembang serta menjanjikan bagi para investor. Para investor dapat melihat dan mempertimbangkan statistik yang terkait dengan bisnis tower ini di Mitratel, seperti banyaknya jumlah menara, pertumbuhan pendapatan dan tingkat keuntungan yang signifikan, sehingga dapat membuat keputusan yang tepat saat melakukan investasi. Tidak sulit untuk membayangkan pertumbuhan kapitalisasi pasar Mitratel ke depan, dimana saat ini masuk 30 perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar, ambisi kami masuk ke 20 besar atau bahkan 10 besar” ujar Teddy. ***
Akuisisi 6.012km Fiber Optik, Mitratel Akselerasikan Transformasi Digital Infraco
JAKARTA – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk “MTEL” Kembali melakukan aksi korporasi dengan mengakuisisi fiber optik sepanjang 6.012 km milik PT Sumber Cemerlang Kencana Permai (SCKP) & PT Trans Indonesia Superkoridor (TIS). Penandatanganan Perjanjian Jual Beli (Sales & Purchase Agreement/SPA) akuisisi fiber optik dilaksanakan pada 19 Desember 2022.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan, Mitratel telah melakukan penandatanganan perjanjian pengikatan jual beli aset fiber optik antara Mitratel sebagai pembeli, dan PT Sumber Cemerlang Kencana Permai (SCKP) & PT Trans Indonesia Superkoridor (TIS) sebagai penjual. Fiber optik yang diakuisisi sepanjang 6.012 km tersebar di 86 kota & kabupaten di Indonesia yang menghubungkan 2.436 tower.
Aksi pembelian fiber optik yang merupakan bagian dari proses fiberisasi diyakini akan berdampak positif pada kinerja dan transformasi Mitratel menuju Digital Infraco. Akuisisi fiber optik juga berpotensi membuka peluang bisnis baru sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Mitratel menargetkan menjadi Perusahaan Infrastruktur Digital Terkemuka (Digital Infraco) pada tahun 2023 lewat penguatan infrastruktur layanan jaringan 5G yang salah satunya melalui proses fiberisasi.
“Akuisisi fiber optik menjadi salah satu langkah yang tepat dalam mendukung percepatan proses fiberisasi yang juga merupakan bagian dari percepatan menuju adopsi 5G yang menjadi target utama Mitratel dalam beberapa tahun kedepan sebagai upaya untuk mendukung kedaulatan digital Indonesia,” ungkap Theodorus Ardi Hartoko selaku Direktur Utama Mitratel yang akrab disapa Teddy.
Melalui aksi ini juga diharapkan Mitratel dapat meneruskan momentum dalam kelanjutan komitmen memperkuat pengelolaan aset dan lini bisnis yang dapat mendorong pertumbuhan kinerja organisasi yang lebih ideal, produktif, efektif, dan efisien. Sehingga, Mitratel akan terus memperkuat nilai tambah perusahaan di setiap fokus inovasi produk dan layanan yang dihadirkan baik secara organik maupun inorganik.
Akuisisi ini merupakan bukti komitmen Mitratel untuk tetap menjadi yang terbesar dan terlengkap serta memberi kemudahan bagi operator telekomunikasi dalam mengembangkan jangkauan layanannya. Saat ini Mitratel telah menjadi yang terbesar, terlengkap dan terluas jangkauannya di Indonesia. Penambahan kepemilikan fiber optik akan mempermudah operator telekomunikasi untuk melakukan ekspansi layanannya dimanapun lokasinya karena Mitratel juga telah memiliki layanan konektivitas satelit.
“Dengan kemudahan konektivtas yang kami tawarkan, operator telekomunikasi hanya perlu menentukan lokasi yang diinginkan dan semua kebutuhan infrastrukturnya dapat dipenuhi oleh Mitratel,” kata Teddy yang selalu tampil bugar karena hobi olahraga nya.
Komisaris, Direksi dan Karyawan Mitratel Borong 23.841.500 Lembar Saham MTEL
Jakarta, 16 Desember 2022. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) menyampaikan bahwa Komisaris, Direksi, dan karyawan MTEL melaksanakan hak opsi pada program Management and Employee Stock Ownership Plan(MESOP) tahap I sejumlah 23.841.500 lembar saham. Harga pembelian saham MESOP MTEL tahap I tersebut adalah Rp720 per lembar saham.
Program MESOP MTEL didasarkan pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/POJK.04/2019 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2015 tentang Penambahan Modal Perusahaan Terbuka dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Sedangkan penetapan harga didasarkan pada Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia No. Kep-00101/BEI/12-2021 tentang Perubahan Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat.
Pelaksanaan program MESOP MTEL tahap I telah dilakukan pada tanggal 1 November 2022 sampai dengan 12 Desember 2022 dengan persetujuan pra-pencatatan saham tambahan dalam rangka pelaksanaan MESOP MTEL tahap I pada tanggal 18 Februari 2022.
Pelaksanaan program MESOP MTEL tahap I ini tidak menimbulkan dampak dilusi yang material kepada pemegang saham atas kepemilikan saham dalam perseroan. Total jumlah saham MESOP MTEL tahap I yang dieksekusi oleh manajemen dan karyawan adalah sebesar 0,028% dari total jumlah saham.
Antusiasme manajemen dan karyawan MTEL dalam Program MESOP ini merupakan bentuk kepercayaan kepada perusahaan. “Keberhasilan program ini merupakan bentuk nyata dari kepercayaan, rasa memiliki dan optimisme terhadap keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang. Kami memiliki fundamental bisnis yang kuat dan sejumlah program untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan. Selain penambahan tower baru yang disertai program peningkatan tenancy ratio, kami juga memperkuat pembangunan ekosistem bisnis tower, seperti menyediakan connectivity berkapasitas tinggi melalui penggelaran fiber optic dan layanan satelit, serta penyediaan daya (power to tower)” ungkap Theodorus Ardi Hartoko selaku Direktur Utama.