Akuisisi 6.000 Menara Telkomsel, Mitratel Tingkatkan Valuasi

JAKARTA – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) optimistis konsolidasi menara Telkom Group dan operator yang terjadi di industri seluler saat ini akan membawa dampak positif bagi perusahaan penyedia menara.
Bagi Mitratel sebagai market leader kepemilikan menara telekomunikasi yang terbesar di Asia Tenggara, langkah konsolidasi tersebut akan membantu dan membuka kesempatan bagi semua operator dalam melakukan ekspansi bisnisnya.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan bahwa tumbuhnya kebutuhan mobile data, berkembangnya teknologi 5G dan IoT (Internet of Things) serta aksi merger operator seluler membawa dampak semakin berkembangnya industri Menara telekomunikasi di Indonesia. Hal ini merupakan potensi pasar yang cukup bagus untuk terus bertumbuh.
Dengan kepemilikan 34.800 menara yang diraih setelah akuisisi 6.000 menara Telkomsel yang lokasinya strategis, tersebar di seluruh Indonesia dan mayoritas berada di luar Jawa ditambah Mitratel menyediakan solusi total melalui skema bundling yang terdiri dari tower leasing, connectivity, dan power to tower menjadikan Mitratel memiliki kekuatan penuh dalam menjawab peluang tersebut.
“Dengan mapping tersebut, kami optimistis strategi ini akan disambut positif oleh semua operator. Apalagi, ditambah 32% menara Mitratel merupakan prioritas utama tenant dari operator seluler,” kata Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/8/2022).
Teddy Hartoko panggilan akrabnya menambahkan pasca akuisisi menara Telkomsel, pihaknya lebih agresif meningkatkan tenancy ratio dan perluasan layanan termasuk bisnis pendukung agar dapat meningkatkan nilai lebih bagi bisnis pelanggan.
“Skema bisnis dan total solusi yang kami tawarkan kepada para operator tidak memerlukan investasi yang besar sehingga customer menjadi dimudahkan dan efisien,” jelasnya.
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Ririek Adriansyah mengatakan konsolidasi bisnis konektivitas akan memperbesar valuasi anak-anak usaha Telkom. Hal itu sudah dilakukan dengan bisnis menara telekomunikasi yakni menggabungkan menara Telkomsel ke dalam Mitratel.
“Dengan penggabungan ini, unlocking bisnis sektor telekomunikasi di bawah Telkom Group dapat terlaksana,” ujarnya.
Ririek menambahkan langkah mengkonsolidasikan bisnis anak usaha Telkom merupakan realisasi dari 5 strategi besar yang dikenal dengan Five Bold Moves, untuk menjadi industri telekomunikasi kelas dunia dengan target antara lain mendorong transformasi bisnis, meningkatkan kapitalisasi pasar (market cap) dengan valuasi Rp 500-700 triliun, unlocking bisnis serta EBITDA yang harus terus bertumbuh.
Pada kesempatan tersebut, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan langkah penggabungan bisnis menara di anak usaha Telkom dinilai tepat.
Ia menjelaskan strategi bisnis akusisi menara Telkomsel oleh Mitratel tersebut justru membuat efisien dan meningkatkan valuasi, serta daya saing perusahaan.
Hal ini terlihat ke depan pengelolaan menara telekomunikasi milik Mitratel bisa disewakan ke semua operator seluler. Selain itu, langkah bisnis akuisisi menara yang dilakukan oleh Mitratel, menjadi revenue stream baru bagi Telkom Group serta ditambah masuknya permodalan (Mitratel) dari investor.
“Pengelolaan Menara yang tadinya cost center, saat ini bisa jadi profit center karena juga bisa diisi oleh operator lain,” paparnya.
Tiko juga menyatakan UU Cipta Kerja memungkinkan dan mendorong penggunaan infrastruktur menara untuk layanan bersama (infrastruktur sharing). Selain menara, juga fiber optik bisa digunakan bersama oleh operator. Menurutnya, level persaingannya saat ini bukan lagi di penguasaan infrastruktur, tapi kualitas layanan kepada pelanggan.
Sumber:
Okezone
Telkom Kejar Market Cap Rp700 T, Bakal Salip BRI Nih!

Jakarta, CNBC Indonesia – TelkomGroup tengah melakukan konsolidasi. Konsolidasi yang dilakukan berupa penggabungan menara Telkomsel ke PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel.
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Ririek Adriansyah mengatakan konsolidasi bisnis konektivitas akan memperbesar valuasi anak-anak usaha Telkom. “Dengan penggabungan ini, unlocking bisnis sektor telekomunikasi di bawah Telkom Group dapat terlaksana,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (24/8/2022).
Ririek menyebut, langkah mengkonsolidasikan bisnis anak usaha Telkom merupakan realisasi dari 5 strategi besar, yang mana salah satunya untuk menjadi industri telekomunikasi kelas dunia dengan target antara lain mendorong transformasi bisnis, meningkatkan kapitalisasi pasar (market cap) dengan valuasi Rp 500-700 triliun, unlocking bisnis, serta EBITDA yang harus terus bertumbuh.
Sementara, Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, tumbuhnya kebutuhan mobile data, berkembangnya teknologi 5G dan IoT (Internet of Things), serta aksi merger operator seluler membawa dampak semakin berkembangnya industri Menara telekomunikasi di Indonesia. Hal ini merupakan potensi pasar yang cukup bagus untuk terus bertumbuh.
Menurutnya, dengan kepemilikan 34.800 menara yang diraih setelah akuisisi 6000 menara Telkomsel, Mitratel memiliki peluang yang besar.
“Dengan mapping tersebut, kami optimistis strategi ini akan disambut positif oleh semua operator. Apalagi, ditambah 32% menara Mitratel merupakan prioritas utama tenant dari operator seluler,” tuturnya.
Pasca akuisisi menara Telkomsel, pihaknya lebih agresif meningkatkan tenancy ratio dan perluasan layanan termasuk bisnis pendukung agar dapat meningkatkan nilai lebih bagi bisnis pelanggan. “Skema bisnis dan total solusi yang kami tawarkan kepada para operator tidak memerlukan investasi yang besar sehingga customer menjadi dimudahkan dan efisien,” jelasnya.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, langkah penggabungan bisnis menara di anak usaha Telkom dinilai tepat. Ia menjelaskan strategi bisnis akuisisi menara Telkomsel oleh Mitratel tersebut justru membuat efisien dan meningkatkan valuasi, serta daya saing perusahaan.
Hal ini terlihat dari pengelolaan menara telekomunikasi milik Mitratel bisa disewakan ke semua operator seluler. Selain itu, langkah bisnis akuisisi menara yang dilakukan oleh Mitratel, menjadi revenue stream baru bagi Telkom Group serta ditambah masuknya permodalan (Mitratel) dari investor. “Pengelolaan Menara yang tadinya cost center, saat ini bisa jadi profit center karena juga bisa diisi oleh operator lain,” ucapnya.
Tiko juga menyatakan UU Cipta Kerja memungkinkan dan mendorong penggunaan infrastruktur menara untuk layanan bersama (infrastruktur sharing). Selain menara, juga fiber optik bisa digunakan bersama oleh operator. Menurutnya, level persaingannya saat ini bukan lagi di penguasaan infrastruktur, tapi kualitas layanan kepada pelanggan.
Market cap di atas Rp 100 triliun sudah tergolong big cap. Untuk saat ini, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memiliki market cap Rp 964 triliun, disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan market cap Rp 645 triliun. Adapun market cap TLKM saat ini Rp 462 triliun.
Sumber:
CNBC Indonesia
Mitratel Tawarkan Skema Bisnis yang Atraktif untuk Semua Operator Telekomunikasi
Jakarta, 5 Agustus 2022 – PT Dayamitra Telekomunikasi, Tbk (MTEL) atau Mitratel semakin memantapkan langkah menuju Digital Infrastructure Company dan siap menawarkan skema bisnis yang atraktif untuk seluruh operator telekomunikasi. Skema bisnis yang dimaksud adalah solusi total yang terdiri dari tower leasing, connectivity dan power to tower.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko atau akrab disapa Teddy mengatakan bahwa Mitratel telah menyediakan skema bisnis yang atraktif berupa tower leasing, connectivity dan power yang bisa ditawarkan kepada operator telekomunikasi dengan skema bundling dan total solution. Jadi operator telekomunikasi hanya perlu menentukan tower yang diinginkan dan kami akan menyiapkan semua sarana penunjangnya. Hal ini diharapkan dapat memudahkan operator untuk meningkatkan layanannya kepada masyarakat di seluruh Indonesia.
“Setelah akuisisi 6.000 menara maka jumlah kepemilikan menara Mitratel sampai 31 Juli 2022 menjadi lebih dari 34.800 menara atau menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Pengalihan kepemilikan ini memberikan dampak potensi yang sangat besar kepada operator telekomunikasi untuk memperkuat dan memperluas layanannya karena tower-tower tersebut sebelumnya eksklusif hanya untuk Telkomsel dan sekarang dapat dimanfaatkan oleh semua operator dan skema bisnis yang sangat menarik” ujar Teddy.
Teddy melanjutkan bahwa pasca akuisisi menara ini Mitratel akan meningkatkan tenancy ratio secara agresif dan perluasan layanan termasuk portfolio bisnis pendukung (tower ecosystem) agar dapat menciptakan nilai yang lebih besar bagi pelanggan. Mitratel berinisiatif untuk mengimplementasikan marketing analytics dalam aktivitas pemasaran dan penjualan, memanfaatkan solusi small cell untuk 5G, serta memperkuat kemitraan dengan pemilik lahan. Pada akhirnya hal ini akan mendorong Mitratel sebagai Tower Provider pilihan utama pelanggan bukan hanya karena ketersediaan tower di setiap titik kebutuhan pelanggan tetapi juga karena memberikan nilai lebih dalam mendukung bisnis pelanggan dan juga lingkungan sekitar menara.
“Dengan semakin luas jangkauan dari layanan operator yang memanfaatkan tower Mitratel, maka pada akhirnya akan memacu pemanfaatannya untuk menggerakkan perekonomian nasional, termasuk pengembangan start up dan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di seluruh Indonesia,” pungkas Teddy
Mitratel Akuisisi 6.000 Menara Telkomsel
Jakarta, 2 Agustus 2022, PT Dayamitra Telekomunikasi, Tbk (Mitratel) dan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) telah menandatangani Perjanjian Jual Beli (Sales & Purchase Agreement/SPA) untuk pengalihan kepemilikan 6.000 menara telekomunikasi milik Telkomsel kepada Mitratel, (29/7). Skema pengalihan berupa Penjualan dan Penyewaan Kembali (Sales & Leased Back ) dengan pengalihan 6.000 unit menara telekomunikasi, sehingga total menara telekomunikasi yang dimiliki Mitratel mencapai lebih dari 34.800 menara. Selain kesepakatan pengalihan kepemilikan menara telekomunikasi, disepakati juga Komitmen Pesanan Pembangunan Menara baru dari Telkomsel kepada Mitratel sejumlah 1.000 menara dalam tiga tahun ke depan serta beberapa inisiatif bisnis lainnya seperti penggunaan IoT (Internet of Thing), layanan Green Energy dan New Ecosystem Tower Business lainnya.
Kesepakatan kedua perusahaan ini menyusul aksi korporasi sebelumnya yang telah diselesaikan pada tahun 2020 dan 2021 total sebanyak 10.050 unit menara telekomunikasi.
Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam mengatakan “Dengan disepakatinya perjanjian jual beli untuk pengalihan kepemilikan 6.000 menara telekomunikasi kepada Mitratel, Telkomsel semakin memantapkan upaya transformasi perusahaan melalui pengembangan portofolio perusahaan di bisnis digital secara lebih konsisten, menyeluruh dan memperkuat komitmen perusahaan dalam menghadirkan inovasi layanan yang lebih beragam, guna membuka lebih banyak peluang bernilai tambah bagi ekosistem gaya hidup digital masyarakat Indonesia secara lebih inklusif. Telkomsel sebagai perusahaan telekomunikasi digital terdepan di Indonesia juga berharap dapat lebih mendorong akselerasi penguatan struktur perusahaan yang lebih ideal dalam memastikan implementasi tiga pilar digital yang sedang dijalankan, yakni sebagai penyedia digital connectivity, digital platform dan digital service yang andal dan selalu relevan dengan perkembangan ekosistem digital yang lebih customer-centric.”
Direktur Strategic Portfolio PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom), Budi Setyawan Wijaya menambahkan “Aksi korporasi ini merupakan salah satu upaya TelkomGroup untuk memperkuat posisi di bisnis menara telekomunikasi demi memperkuat competitive advantages perusahaan dan meningkatkan value creation bagi stakeholder.”
“Pengalihan 6.000 menara telekomunikasi ini dapat menjadi modal utama untuk market expansion dan mendukung akselerasi implementasi jaringan 5G di Indonesia, menambah alat produksi Mitratel dan menegaskan Mitratel sebagai perusahaan Tower Provider terbesar di Asia Tenggara,” jelas Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko, atau yang biasa akrab disapa Teddy Hartoko.
Sebagai bagian dari perjanjian, Mitratel akan menerapkan layanan IoT dan Data Analytic Telkomsel untuk menyediakan manajemen operasional menara telekomunikasi secara real time dan optimalisasi konsumsi daya secara proaktif. Kemitraan ini diharapkan dapat lebih berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dan dampak yang ditimbulkan. Hal tersebut merupakan wujud komitmen Telkomsel terhadap inisiatif Environment, Social and Governance (ESG).
Lebih lanjut Teddy Hartoko menyampaikan sejalan dengan visi dan misi Mitratel menjadi Digital Infrastruktur Company terdepan yang selalu mendukung customer dan bisnis partnernya dalam memperkuat dan memperluas layanannya, Mitratel telah menyiapkan infrastruktur telekomunikasi, baik itu menara, fiber optic, dan power to tower yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di luar Jawa, yang akan memberikan kemudahan bagi operator-operator telekomunikasi maupun non operator untuk memanfaatkan solusi terlengkap dan terintegrasi yang telah dimiliki oleh Mitratel.
Sebanyak 6.000 menara yang diakuisisi oleh Mitratel berada di lokasi – lokasi strategis yang tersebar di seluruh Indonesia untuk mendukung percepatan penambahan potensi kolokasi dan pengembangan Tower Related Business. Hal ini didukung dengan posisi Telkomsel sebagai penyewa utama jangka panjang dan memiliki potensi kolokasi yang tinggi dari operator-operator telekomunikasi lainnya. Kesepakatan ini diyakini memberikan manfaat bagi pertumbuhan bisnis menara Mitratel yang berkelanjutan di atas rata-rata industri dan memastikan menjadi Leading Sustainable Growth.
Saat ini Mitratel memiliki menara telekomunikasi yang tersebar di berbagai wilayah, sehingga memantapkan posisinya sebagai market leader dalam hal kepemilikan menara telekomunikasi di Asia Tenggara, dengan pelanggan terbesarnya adalah Telkomsel yang juga merupakan market leader di industri operator seluler. Bergerak di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi, Mitratel berupaya terus melayani semua operator seluler di Indonesia dengan menyediakan skema bisnis yang atraktif.
“Aksi korporasi berkelanjutan dari Telkomsel dan Mitratel ini diharapkan memperkuat momentum kedua perusahaan dalam memastikan terciptanya pengelolaan aset dan perluasan lini bisnis yang dapat mendorong pertumbuhan kinerja perusahaan yang semakin ideal, produktif, efektif, efisien, dan relevan dengan setiap perkembangan teknologi,” pungkas Teddy Hartoko.
Masuk Indeks IDX80, Mitratel: Bukti Investor Mempercayai Kinerja Perusahaan
Masuknya Mitratel ke dalam Indeks IDX80 adalah bukti kepercayaan terhadap fundamental perusahaan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Saham anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel, berhasil menjadi penghuni baru dalam daftar saham indeks IDX80 dan Kompas100 untuk periode tersebut Agustus 2002-2023. Chief Investment Officer Mitratel Hendra Purnama mengatakan hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan investor yang tinggi terhadap fundamental dan kinerja keuangan perusahaan.
Hal itu terungkap dalam hasil penilaian Bursa Efek Indonesia Juli 2022 yang merombak komposisi saham indeks acuan bursa pada Senin (25/7). BEI mengindikasikan bahwa hasil evaluasi ini akan berlaku efektif pada 1 Agustus 2022.
Hendra mengatakan saham Mitratel termasuk di antara 11 penghuni baru IDX80, sedangkan dalam daftar Kompas100, saham Mitratel termasuk di antara 21 saham penduduk baru menggantikan penghuni sebelumnya.
Masuknya Mitratel sebagai penghuni indeks IDX80 dan Kompas100 menunjukkan bahwa pencatatan saham anak usaha Telkom yang bergerak di bidang infrastruktur telekomunikasi itu sangat likuid dan bernilai tinggi, kata Hendra dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (26/7).
Hendra menjelaskan IDX80 merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari 80 saham yang sangat likuid dan memiliki kapitalisasi pasar yang besar, serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik. Sedangkan Kompas100 merupakan indeks harga saham yang terdiri dari 100 saham dengan likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar yang besar, serta fundamental dan kinerja keuangan yang baik.
“Saya berterima kasih atas kepercayaan investor dan otoritas terhadap perusahaan kami,” kata Hendra.
Hendra menambahkan, pada 20 Juni lalu, saham Mitratel juga masuk dalam daftar saham FTSE Global Index untuk seri Mid-Cap, FTSE All-World, FTSE All-Cap dan FTSE Total Cap. Hendra mengatakan saham Mitratel merupakan satu-satunya saham di pasar modal Indonesia yang masuk dalam empat kategori tersebut sekaligus.
Menurut Hendra, FTSE Equity Global Index atau FTSE GEIS merupakan salah satu indeks global yang digunakan sebagai benchmark untuk investasi internasional. Hendra berharap masuknya Mitratel dalam daftar penduduk baru IDX80, Kompas100 dan FTSE Global Index menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga sahamnya.
“Harga saham Mitratel melonjak 20 persen pada bulan lalu, ditutup pada Rp 725 pada Senin (25/7). Pekan lalu, saham Mitratel juga naik 10 persen. Saham Mitratel naik didukung oleh kinerja bisnis perusahaan yang memuaskan,” lanjut Hendra. .
Hendra mengatakan Mitratel merupakan perusahaan menara telekomunikasi dengan pertumbuhan menara dan pelanggan tertinggi selama periode 2018 hingga 2021 dibandingkan para pesaingnya. Lebih lanjut, lanjut Hendra, Mitratel memiliki anchor customer terbesar yang merupakan operator seluler terbesar dengan rating kredit terbaik, yang tidak dimiliki oleh kompetitor dari perusahaan menara lainnya.
Hendra mengatakan Mitratel tidak hanya menjadi pemimpin di industri menara telekomunikasi, tetapi juga salah satu pemain utama, baik dari segi jumlah maupun jangkauan menara telekomunikasi.
“Keunggulan Mitratel dalam hal jumlah dan luasnya cakupan menara inilah yang menarik perusahaan kami untuk bersaing dengan perusahaan lain dan mendukung fundamental bisnis kami yang kuat,” tambah Hendra.
Sumber : www.republika.co.id
Fundamental Kuat dan Solid, Mitratel Bukukan Pendapatan Rp 3,72 Triliun dan Laba Bersih Meroket 27,2%
JAKARTA – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk “MTEL” berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 3,72 triliun pada semester I-2022, meningkat 15,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan pendapatan ini turut memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan laba bersih perusahaan pada periode sama sebesar 27,2% menjadi Rp 892 miliar.
“Pada semester I 2022 ini, kami telah meletakkan fundamental yang kuat dan solid pasca-IPO untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Hal ini didorong oleh strategi pertumbuhan organik, memperkuat pendapatan dari tower-related business, inovasi produk dan efisiensi biaya” jelas Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko yang biasa dipanggil Teddy Hartoko melalui siaran persnya, di Jakarta, Kamis (28/7).
Lebih lanjut Teddy memaparkan, marjin EBITDA dan marjin laba bersih dalam semester pertama tahun ini masing-masing tercatat meningkat menjadi 77,5% dan 23,9%. Kontributor utama dari peningkatan laba ini diakibatkan oleh marjin EBITDA dari portfolio penyewaan Menara yang bertumbuh menjadi 85,2%, dimana hal ini sudah menunjukkan setara dengan industri. Pencapaian ini berhasil dilakukan berkat efisiensi biaya dan lebih selektif dalam meraih pendapatan dari tower-related business dengan marjin yang lebih tinggi untuk profitabilitas yang lebih tinggi dari industri.
Selama semester I-2022, mayoritas kontribusi pendapatan berasal dari pendapatan sewa menara yang mengalami pertumbuhan sebesar 13,5%, dari Rp 2,93 triliun menjadi Rp 3,33 triliun. Kontribusi lainnya berasal dari tower-related business yang meningkat 35,4% menjadi Rp 399 miliar.
Jumlah menara yang dimiliki Mitratel tercatat sebanyak 28.787 atau bertambah 5.555 menara atau 23,9% dari semester I-2021. Jumlah tenant meningkat 20,3%, dari 36.507 pada menjadi 43.900 tenant.
Total aset perusahaan tercatat sebesar Rp 55,06 triliun dengan ekuitas sebesar Rp 33,49 triliun. Total liabilitas pada semester I-2022 mengalami penurunan sebesar 10,4% menjadi Rp 21,56 triliun seiring pembayaran utang pinjaman jangka panjang senilai Rp 5,1 triliun, termasuk pembayaran lebih awal utang jangka panjang sebesar Rp 4,3 triliun dengan menggunakan kelebihan kas dari aktivitas operasi dan melakukan pendanaan kembali pinjaman dengan tingkat bunga yang lebih rendah.
Mitratel merupakan perusahaan menara telekomunikasi dengan pertumbuhan menara dan pelanggan terbesar selama periode 2017-2021 dibandingkan para kompetitornya. Selain itu Mitratel memiliki pelanggan jangkar terbesar yaitu Telkomsel yang merupakan operator seluler terbesar dengan kredit rating terbaik, hal ini juga menjadi peluang yang sangat baik untuk operator telekomunikasi dan tenant non operator dalam memperluas jangkauan layanannya termasuk Bisnis penunjang lainnya. Kemudian Mitratel tidak memiliki eksposur risiko fluktuasi mata uang asing mengingat seluruh pinjaman dalam denominasi rupiah. Rasio utang terhadap ekuitas dan rasio utang bersih terhadap EBITDA juga relatif terkendali masing-masing pada level 44,3% dan -0,4x. “Kami akan terus memastikan menjadi perusahaan menara telekomunikasi unggul dengan pertumbuhan terbesar baik dari sisi kinerja operasional maupun keuangan melalui agresivitas kegiatan organik, inorganik dan pengembangan bisnis lainnya menuju Digital Infrastructure Company”.
Ke depan, beberapa langkah strategis akan terus dilakukan Mitratel antara lain mempertahankan posisi kepemimpinan pasar, memperkuat portofolio bisnis baru, mempercepat pertumbuhan inorganik dengan target 6.000 menara pada tahun ini, meningkatkan profitabilitas dan arus kas melalui efisiensi biaya.
“Kami menargetkan margin EBITDA lebih dari 80% dalam jangka menengah melalui serangkaian program yang memberikan kemudahan bagi para operator telekomunikasi di Indonesia untuk meningkatkan dan memperluas jangkauannya melalui kolokasi di menara-menara Mitratel. Kami telah menyiapkan solusi terlengkap untuk seluruh operator telekomunikasi dengan skema Bisnis menarik yaitu memberikan bundling solution berupa menara, konektivitas dan power. Konektivitas yang diberikan berupa akses fiber (dark fiber, capacity leased dan hybrid) dan akses non fiber (satelit). Inilah keunggulan Mitratel yang memberikan kemudahan kepada seluruh operator untuk mengembangkan jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia khususnya diluar Jawa,” jelas Teddy.
Mitratel (MTEL) Naikkan Target Ekspansi Fiber Optik Lebih dari 6.000 Km
Bisnis.com, JAKARTA – Emiten menara PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel bersiap meningkatkan target pembangunan jaringan fiber optik perseroan. Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan, tahun ini pihaknya sempat menyebutkan menargetkan pembangunan 6.000 kilometer (km) jaringan fiber optik. “Untuk target tahun ini, kami sempat menyebut [pembangunan fiber optik] 6.000 km. Tapi, permintaan fiber optik ini sangat tinggi,” kata Hendra dalam webinar dengan Henan Putihrai Sekuritas, Selasa (5/7/2022).
Hendra melanjutkan, saat ini Mitratel tengah melakukan peninjauan kembali mengenai pembangunan jaringan fiber optik perseroan. Menurutnya, emiten berkode saham MTEL ini memiliki rencana untuk merevisi target pembangunan fiber optik menjadi lebih tinggi. “Jadi kami akan lebih agresif lagi,” ucapnya.
Dia menyebut, saat ini MTEL lebih efisien dan efektif dibandingkan operator menara lain dari sisi pembangunan fiber optik. MTEL tidak perlu membangun backbone, karena bisa menggunakan backbone milik induknya, yakni PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM). Sebelumnya, Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, saat ini pihaknya telah mulai menjalankan pembangunan jaringan fiber optik kurang lebih sepanjang 2.000 km. Secara rata-rata, pembangunan jaringan fiber optik ini telah selesai 30 persennya
“Kami targetkan dalam waktu yang tidak terlalu lama pembangunan tersebut sudah selesai dan bisa segera digunakan oleh seluruh mobile network operator (MNO),” ujar Theodorus dalam paparan publik Mitratel, Jumat (22/4/2022).
Pembangunan jaringan fiber optik ini akan sepenuhnya menggunakan dana proceed IPO MTEL, sesuai perhitungan kelayakan yang ada di market. Sementara itu, Direktur Bisnis Mitratel Noorhayati Candrasuci menuturkan, pembangunan jaringan fiber optik ini akan memerlukan investasi hingga Rp1 triliun. “Total investasi sekitar di level Rp500 miliar hingga Rp1 triliun untuk pendanaan dari seluruh program fiber optik di 2022,” ucapnya.
Transformasi Menjadi Perusahaan Digital Infrastructure, Ini yang Dilakukan Mitratel

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten menara, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel berencana bertransformasi menjadi perusahaan digital infrastructure. Salah satunya dengan mengembangkan jaringan fiber optik.
Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama menjelaskan Mitratel berencana membangun ekosistem sebagai digital infratructure company, bukan hanya sekadar sebagai perusahaan menara.
Tahun ini, anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk ini mengenalkan produk baru yakni fiber optik. Hendra bilang segmen ini dipilih lantaran elemen penting dalam perkembangan jaringan 5G.
“Untuk target tahun ini, kita sempat menyebut guideline mencapai 6.000 km, tapi permintaan atas fiber optic sangat tinggi,” jelas Hendra dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Henan Putihrai Sekuritas, Selasa (5/7).
Dia menyampaikan dengan kuartal pertama tahun ini, Mitratel telah mengantongi kontrak fiber optic sebesar 2,117 kilometer (km). Oleh karena itu, pihaknya sedang melakukan peninjauan kembali.
“Kita sekarang lagi peninjauan kembali dan kami akan umumkan lagi. Kita berencana merevisi target kami untuk jadi lebih tinggi. Kita akan lebih agresif lagi,” ucap dia.
Memang secara EBITDA margin, lanjut Hendra, tidak akan setinggi dari menara. Namun prospek perkembangan fiber optik ini cukup bagus di pasar untuk mendukung 5G. Dalam pemberitaan sebelumnya, Hendra menjelaskan seluruh fiber optik yang dibangun saat ini merupakan pesanan dari mobile network operator (MNO) alias operator seluler.
Untuk membangun fiber optik tersebut, Mitratel menyiapkan alokasi belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 500 miliar. Secara total, alokasi capex untuk tahun 2022 adalah sebesar Rp 9,9 triliun.
Saat ini, fiber optik tersebut tengah dibangun di Sumatra Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Bali, dan Kepulauan Riau.
Reporter: Yuliana Hema | Editor: Handoyo .
Sumber :
https://investasi.kontan.co.id/news/transformasi-menjadi-perusahaan-digital-infrastructure-ini-yang-dilakukan-mitratel
Masuk FTSE Index, Pergerakan Saham Mitratel (MTEL) dapat Sentimen Positif
JAKARTA, Investor.id – Masuknya saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel dalam FTSE Equity Global Index menjadi sentimen positif terhadap pergerakan harganya. Hal ini bisa menarik lebih banyak investor asing membeli saham perusahaan menara telekomunikasi tersebut.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, indeks FTSE Equity Global atau FTSE GEIS ini merupakan salah satu indeks global yang dijadikan acuan untuk investasi secara internasional. MTEL termasuk dalam FTSE Global Indeks untuk series Mid-Cap, FTSE All-World, FTSE All-Cap, dan FTSE Total Cap, satu-satunya saham bursa indonesia yang masuk kedalam 4 kategori ini pada 20 Juni 2022 kemarin.
“Masuknya saham tersebut dalam FTSE Indeks bisa menjadi sentimen positif bagi pergerakan saham MTEL. Isu tersebut juga mendorong pemodal asing untuk mengakumulasi saham perusahaan,” jelas Reza Priyambada.
Reza mengatakan, secara fundamental Mitratel tergolong perusahaan yang kuat, dilihat kas bersih yang kuat, pertumbuhan kinerja keuangan yang positif, serta potensi bisnis yang sangat menarik di tengah ekspansi industri telekomunikasi di Indonesia. MTEL juga sedang mengadakan buyback senilai maksimal Rp 1 triliun dengan harga maksimal pembelian di Rp 801/saham, tentunya ini merupakan salah satu katalis positif dari kepercayaan diri manajemen terhadap valuasi Perusahaan. Reza merekomendasikan beli saham MTEL dengan target harga Rp 900 per saham.
Tren Tumbuh
Sementara itu, analis Samuel Sekuritas Indonesia Yosua Zisokhi mengatakan, kinerja keuangan Mitratel diprediksi terus bertumbuh dalam beberapa tahun ke depan. Pertumbuhan tersebut terlihat dari realisasi kinerja keuangan perseroan pada kuartal I-2022.
Mitratel mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 21,4% didukung penambahan tenant baru serta minimnya kenaikan beban operasi. “Kami memperkirakan potensi pertumbuhan MTEL ke depan masih besar, didukung dengan jumlah menaranya yang banyak (28.577 unit) dan tenancy ratio yang baru mencapai 1,51x. Kami tetap mempertahankan rekomendasi buy saham MTEL dengan target harga Rp 915,” ujarnya dalam riset yang diterbitkan di Jakarta.
Pertumbuhan kinerja keuangan, ungkap dia, juga bakal didukung berlanjutnya penambahan menara telekomunikasi dan tenant tahun ini. Perusahaan menganggarkan pendapatan untuk dapat tumbuh 10-11% yoy, dengan pertumbuhan EBITDA di angkat 13%.
Editor : Parluhutan (parluhutan@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Penyerahan Bantuan kepada Korps Marinir TNI AL
Mitratel melakukan penyerahan bantuan Pembangunan sarana telekomunikasi kepada Korps Marinir TNI AL untuk mendukung kegiatan operasional di Pulau Berhala, Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Hal ini merupakan wujud dan kontribusi perusahaan dalam membantu menjaga tapal batas kedaulatan NKRI.