Jadi Penghuni Baru IDX ESG Leaders, MTEL Kokohkan Visi di Bidang Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola yang Baik
“Berdasarkan hasil evaluasi terbaru BEI, MTEL jadi penghuni baru IDX ESG leaders mulai 21 September 2022”
JAKARTA, 16 September 2022 – Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan evaluasi terhadap indeks IDX ESG Leaders dimana saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau “Mitratel” masuk dalam daftar anggota baru indeks IDX ESG Leaders yang akan mulai berlaku pada 21 September 2022.
Indeks IDX ESG Leaders adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham yang memiliki penilaian Environmental, Social, dan Governance (ESG) yang baik dan tidak terlibat pada kontroversi secara signifikan, memiliki likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik. Penilaian ESG dan analisis kontroversi dilakukan oleh Sustainalytics.
Masuknya MTEL dalam daftar saham penghuni IDX ESG Leaders semakin mengokohkan visi misi perusahaan dalam pelestarian lingkungan, kepedulian sosial dan tata kelola yang baik (GCG). Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan, kiprah perusahaan selama ini telah membuktikan visi dan misinya dalam menerapkan prinsip ESG.
“Di bidang lingkungan, MTEL memiliki lebih dari 615 tower off grid dengan sumber listrik menggunakan panel tenaga surya. Lebih jauh saat ini MTEL juga telah membangun lokasi riset dan pengembangan solar panel sebagai sumber listrik untuk lokasi site on grid di 2 lokasi yaitu di Desa Sisalam, Wanasari, Brebes, Jawa Tengah dan di Bukit Tengah, Bali,” ungkap Hendra di Jakarta, Jumat (16/9/2022). Hendra mengungkapkan Mitratel juga memberikan bantuan dan dukungan selama pandemi Covid-19 diantaranya Program Sarapan dan Sembako gratis dan bantuan ventilator ke rumah sakit.
“Langkah ini kami lakukan sebagai bentuk kepedulian perusahaan untuk selalu berbagi dengan sesama, dan kami bisa tumbuh bersama masyarakat,” lanjut Hendra Purnama.
Dari sisi tata kelola perusahaan, Hendra menyatakan perusahaan telah meraih Sertifikasi ISO 31000 Risk Management, Sertifikasi ISO 45001 Occupational Health and Safety dan SMK3. “Saat ini kami sedang dalam proses evaluasi untuk meraih sertifikasi ISO 9001:2008 tentang sistem manajemen mutu/kualitas dan ISO 27000 tentang sistem manajemen keamanan informasi,” dia menambahkan.
Indeks IDX ESG Leaders dibangun berdasarkan penilaian risiko ESG yang mengukur sejauh manapenerapan ESG dilakukan oleh perusahaan tercatat berdasarkan eksposur risiko di masingmasing bidang usaha. BEI bekerjasama dengan Sustainalytics, lembaga independen terkemuka yang bergerak dalam bidang penelitian ESG dan tata kelola perusahaan, dalam penyediaan data ESG. Data ESG yang disediakan berupa penilaian risiko ESG dan analisis kontroversi yang akan menjadi dasar dalam penetapan konstituen Indeks IDX ESG Leaders.
Harga BBM Naik, Bisnis Menara Telekomunikasi Kena Dampak?
JAKARTA – Pemerintah akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Harga Pertalite naik dari Rp7.650 jadi Rp10,000 per liter, Solar dari Rp 5.150 jadi Rp6,800 per liter dan Pertamax dari Rp12.500 jadi Rp14,500 per liter yang mulai berlaku pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB.
Meskipun kenaikan harga BBM diprediksi bisa mendorong kenaikan inflasi dan suku bunga acuan Bank Indonesia, namun Henry Tedja, analis pasar modal PT Mandiri Sekuritas menilai dampaknya cukup terkendali bagi bisnis perusahaan menara telekomunikasi seperti PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel.
Prediksi itu dikarenakan MTEL memiliki kontrak jangka panjang dengan perusahaan telekomunikasi yang mempunya neraca keuangan yang kuat, terutama setelah dilakukan konsolidasi di industri.
“Secara struktur biaya, industri menara yang bersifat capital intensive (padat modal) juga memiliki pengeluaran yang relatif tetap. Hal ini tercermin dari pendapatan sebelum bunga, pajak depresiasi dan amortisasi (EBITDA) margin perusahaan menara yang cukup tinggi di kisaran 80% termasuk Mitratel. Karena itu kami melihat dampak kenaikan harga BBM terhadap kinerja perusahaan relatif terbatas,” ujar Henry di Jakarta, Rabu (7/9/2022).
Meski begitu, Henry mengingatkan kenaikan harga BBM bisa berpengaruh terhadap valuasi atau harga saham perusahaan. Sebab valuasi perusahaan menara seperti Mitratel, cenderung berbanding terbalik dengan inflasi atau suku bunga.
Hal ini karena relatif tingginya leverage yang dimiliki oleh perusahaan menara. Meskipun demikian, posisi Mitratel cukup baik mengingat tingkat leveragenya dibawah rata-rata industri.
“Akibatnya, kenaikan inflasi atau suku bunga akan memiliki pengaruh bagi saham industri menara telekomunikasi,” tuturnya.
Henry memperkirakan dalam jangka pendek, tingginya inflasi dan kenaikan suku bunga akan memberi sentimen bagi Mitratel. Namun dia memprediksi outlook perusahaan tetap positif dalam jangka menengah, terlebih setelah perusahaan mengakuisisi 6.000 menara milik Telkomsel.
“Hal ini akan mendukung pertumbuhan pendapatan dan EBITDA perusahaan dalam jangka menengah. Kami masih merekomendasikan BUY untuk saham Mitratel dengan target harga di Rp950 per saham,” ujar dia.
Pada penutupan perdagangan Senin (5/9/2022), harga saham MTEL di level Rp800 atau melemah 0,6% dibandingkan Jumat akhir pekan lalu. Namun dalam sepekan terakhir, saham MTEL naik 1,27% dan 6 bulan terakhir meningkat 3,23%.
Menurut Henry akuisisi tower yang dilakukan Mitratel terhadap 6.000 menara milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan, mengingat menara tersebut memiliki lokasi dan nilai strategis.
Akuisisi ini juga lebih cepat dari target awal yang dicanangkan, sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan cross-selling lebih cepat atas menara-menara tersebut kepada perusahaan telekomunikasi lainnya seperti Indosat Ooredoo Hutchison, XL Axiata, dan Smartfren. “Hal ini tentunya akan meningkatkan outlook pertumbuhan pendapatan dan EBITDA Mitratel dalam 2 tahun mendatang,” ungkap Henry.
Hingga akhir 2022, Henry memproyeksikan Mitratel berpeluang membukukan pertumbuhan pendapatan dan EBITDA 11-13% secara tahunan (YoY). Dia menilai akuisisi tower milik Telkomsel akan lebih berdampak positif bagi bisnis Mitratel pada 2023 dibandingkan di 2022, mengingat akuisisi ini baru terjadi pada kuartal III 2022.
Sehingga dampak penyewaan menara yang baru hanya akan berkontribusi dalam beberapa bulan di tahun ini. Selain itu, konsolidasi di industri telekomunikasi juga akan mempengaruhi permintaan menara tahun ini. Di sisi lain, pertumbuhan permintaan fiber yang cukup pesat di industri menara tentunya akan berdampak positif bagi bisnis Mitratel.
“Kami melihat adanya ruang bagi market untuk melakukan revisi target revenue dan EBITDA MTEL untuk tahun 2023 dengan adanya akuisisi 6.000 menara ini,” jelasnya.
Pada semester I 2022, Mitratel berhasil membukukan laba Rp891,54 miliar, naik 27,23% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp700,74 miliar. Laba itu sejalan dengan pendapatan yang naik 15,48% jadi Rp3,72 triliun pada semester I 2022. Laba bersih MTEL tumbuh kuat terutama berasal dari pendapatan operasional yang lebih tinggi seiring dengan pertumbuhan jumlah penyewa dan lokasi menara.
Untuk diketahui, awal Agustus 2022, Mitratel mengumumkan telah menandatangani Perjanjian Jual Beli (Sales & Purchase Agreement/SPA) untuk pengambilalihan 6.000 menara Telkomsel. Jumlah menara yang ditransaksikan ini jauh melebihi rencana aksi anorganik Mitratel yang tertuang di prospektus.
Sebanyak 6.000 menara yang diakuisisi Mitratel dari Telkomsel berada di lokasi – lokasi strategis yang tersebar di seluruh Indonesia, untuk mendukung percepatan penambahan potensi kolokasi dan pengembangan tower related business.
Mitratel juga telah menyiapkan infrastruktur telekomunikasi, baik itu menara, fiber optic dan power to tower yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di luar Jawa, yang akan memberikan kemudahan kepada operator-operator telekomunikasi, maupun non operator untuk memanfaatkan solusi terlengkap dan terintegrasi yang telah dimiliki oleh Mitratel.
(fik)
Sumber:
Okezone
Mitratel (MTEL) Akuisisi 6.000 Menara, Simak Analisa Mandiri Sekuritas
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel bulan lalu melakukan akuisisi 6.000 menara milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).
Bisnis.com, JAKARTA – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel bulan lalu melakukan akuisisi 6.000 menara milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). Analis menilai akuisisi ini akan berdampak positif terhadap kinerja MTEL. Analis Pasar Modal Mandiri Sekuritas Henry Tedja mengatakan, akuisisi ini akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan, mengingat menara tersebut memiliki lokasi dan nilai strategis. Selain itu, lanjut Henry, akuisisi ini juga lebih cepat dari target awal yang dicanangkan, sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan cross-selling lebih cepat atas menara-menara tersebut kepada perusahaan telekomunikasi lainnya seperti Indosat Ooredoo Hutchison, XL Axiata, dan Smartfren.
“Hal ini tentunya akan meningkatkan outlook pertumbuhan pendapatan dan EBITDA Mitratel dalam 2 tahun mendatang,” kata Henry, Rabu (7/9/2022).
Hingga akhir 2022, Henry memproyeksikan Mitratel berpeluang membukukan pertumbuhan pendapatan dan EBITDA 11-13 persen secara tahunan (YoY). Dia menilai akuisisi tower milik Telkomsel akan lebih berdampak positif bagi bisnis Mitratel pada 2023 dibandingkan di 2022, mengingat akuisisi ini baru terjadi pada kuartal III/2022.
Henry melihat dampak penyewaan menara yang baru hanya akan berkontribusi dalam beberapa bulan di tahun ini. Selain itu, konsolidasi di industri telekomunikasi juga akan mempengaruhi permintaan menara tahun ini. Di sisi lain, pertumbuhan permintaan fiber yang cukup pesat di industri menara tentunya akan berdampak positif bagi bisnis Mitratel.
“Kami melihat adanya ruang bagi market untuk melakukan revisi target revenue dan EBITDA MTEL untuk tahun 2023 dengan adanya akuisisi 6.000 menara ini,” ucapnya.
Henry menuturkan, pihaknya masih merekomendasikan beli untuk saham Mitratel, dengan target harga di Rp950 per saham.
Untuk diketahui, awal Agustus 2022, Mitratel mengumumkan telah menandatangani Perjanjian Jual Beli (Sales & Purchase Agreement/SPA) untuk pengambilalihan 6.000 menara Telkomsel. Jumlah menara yang ditransaksikan ini jauh melebihi rencana aksi anorganik Mitratel yang tertuang di prospektus.
Sebanyak 6.000 menara yang diakuisisi Mitratel dari Telkomsel berada di lokasi–lokasi strategis yang tersebar di seluruh Indonesia, untuk mendukung percepatan penambahan potensi kolokasi dan pengembangan tower related business.
Mitratel juga telah menyiapkan infrastruktur telekomunikasi, baik itu menara, fiber optic dan power to tower yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di luar Jawa. Hal ini diyakini akan memberikan kemudahan kepada operator-operator telekomunikasi, maupun non-operator untuk memanfaatkan solusi terlengkap dan terintegrasi yang telah dimiliki oleh Mitratel.
Sumber:
Bisnis.com
Fundamental Solid, Saham Mitratel Direkomendasi “Beli”
Jakarta, 15 Maret 2022. Prospek saham PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) Tbk (MTEL) memiliki potensi bagus untuk dikoleksi. Hal itu karena fundamental MTEL sangat solid. Kinerja MTEL sepanjang tahun 2021 mengesankan dan bahkan di atas ekspektasi analis.
Terkait hal ini, analis senior pasar modal PT Samuel Sekuritas Indonesia, Yosua Zisokhi, merekomendasikan “beli” (buy) saham MTEL. “Saham MTEL layak dikoleksi (“beli”) di harga sekarang,” katanya.
Yosua mengemukakan, secara fundamental MTEL cukup oke. “Kalau saya lihat, secara fundamental cukup oke dan masih ada ruang bagi saham MTEL bergerak naik. Itu karena saham MTEL cukup murah di harga sekarang secara valuasi,” ujar Yosua.
Tahun lalu, MTEL memperoleh dana initial public offering (IPO) sebesar Rp18,8 triliun. Dengan dana IPO sebesar itu, demikian Yosua, akan sangat mudah diolah oleh MTEL untuk memperoleh menara baru guna mendapatkan pundi-pundi revenue ke depan. “Menurut saya, ini membuat saham MTEL layak dikoleksi di harga sekarang,” katanya.
MTEL membukukan pertumbuhan pendapatan tahun 2021 sebesar 11% menjadi Rp6,87 triliun, jika dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp6,18 triliun. MTEL juga berhasil meningkatkan EBITDA pada 2021 mencapai Rp5,18 triliun, meningkat 23,9% dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp4,18 triliun.
Selain itu, MTEL juga melakukan banyak efisiensi, terutama dari depresiasi. Itu membuat laba bersih MTEL meningkat signifikan mendekati 130% menjadi Rp1,38 triliun, dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp602 miliar. Ini diikuti margin laba bersih MTEL yang meningkat mencapai 20,1% tahun lalu, dari sebesar 9,7% pada tahun 2020.
“Pencapaian kinerja MTEL tahun lalu itu melebihi ekspektasi kami. Karena kami perkirakan sedikit di bawah itu. Tapi secara umum sangat bagus bagi MTEL untuk memulai tahun 2022,” katanya.
Pada tahun 2022 ini, MTEL dikabarkan akan mengakuisisi menara lagi. “Itu yang kita tunggu-tunggu. Apalagi sekarang MTEL memiliki dana besar setelah IPO puluhan triliun, itu akan dipakai untuk akuisisi. Saya pikir, ini sangat baik dan bagus untuk kinerja MTEL,” pungkas Yosua.
MTEL tahun lalu mengakuisisi 8.139 menara Telkomsel dan 798 tower Telkom. Hal ini membuat pendapatannya tumbuh. Pendapatan itu didapat MTEL dari penyewaan kontrak menara dengan durasi sekitar 10 tahun. Ini sangat bagus untuk ke depannya.
“Jadi otomatis, dalam 10 tahun ke depan, MTEL mendapatkan pendapatan sebesar yang didapat tahun 2021. Nah, untuk menambah pendapatan dan laba bersih, MTEL cukup menambah sekitar 500 -750 menara baru per tahun. Itu sudah sangat oke,” katanya.
Yosua menambahkan, konsolidasi yang dilakukan oleh Grup Telkom membuat MTEL sangat kuat. Jika dibandingkan dengan yang lain, MTEL menjadi salah satu yang terbesar, sehingga daya beli dan daya tawar MTEL cukup kuat apalagi didukung oleh Grup Telkom, dimana Telkomsel menjadi tulang punggung dari pendapatan MTEL. “Kalau kita lihat ke depan dengan 5G yang masif, kebutuhan akan menara sangat tinggi,” tutup Yosua. (*)
Analis Prediksi Bisnis Mitratel Naik Usai Akuisisi 6.000 Menara Telkomsel
Aksi akuisisi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel terhadap 6.000 menara milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) diprediksi akan berdampak positif bagi kinerja MTEL. Sebab transaksi ini berpeluang mendorong pertumbuhan organik kinerja Mitratel tahun ini dan tahun depan.
Equity Research Analyst PT BCA Sekuritas Mohammad Fakhrul Arifin mengatakan akuisisi Mitratel terhadap menara Telkomsel dengan nilai transaksi mencapai Rp 10,28 triliun. Dalam transaksi ini juga disepakati perjanjian sewa kembali 6.000 menara oleh Mitratel kepada Telkomsel, komitmen Telkomsel untuk memesan 1.000 BTS dari Mitratel dalam 3 tahun ke depan, serta sewa 712 lahan milik Telkomsel tempat menara tersebut berada.
“Kami melihat akuisisi ini akan menjadi hal positif bagi prospek kinerja Mitratel. Akuisisi ini membutuhkan sekitar 73,4 persen dari proyeksi kami atas belanja modal Mitratel di 2022. Perlu dicatat bahwa rasio sewa menara yang diakuisisi mencapai 1 kali karena sebelumnya menara ini eksklusif hanya untuk Telkomsel,” ujar Fakhrul dalam keterangan, Rabu (31/8).
Fakhrul menilai Mitratel memiliki struktur permodalan yang kuat dengan alokasi belanja modal cukup besar yakni Rp 14 triliun. Kuatnya permodalan ini bisa mendorong Mitratel memperbesar skala perusahaan dan memperkuat ekspansi organik dan anorganik.
Menurutnya, Dengan memiliki total lebih dari 34.800 menara dan 49.900 penyewa, menyiratkan ada 1,43x rasio kolokasi. Penurunan ini pada dasarnya logis dalam pandangan kami, mengingat menara yang diperoleh dari akuisisi sebelumnya hanya dipakai oleh Telkomsel.
“Sebab transaksi ini pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan nilai perusahaan, sehingga memberikan potensi tambahan pertumbuhan sekitar 2-3 persen, sesuai dari prediksi terbaru perusahaan dan sejalan dengan perkiraan kami,” katanya.
Dari sisi operasional, menurut Fakhrul, dampak transaksi akuisisi menara Telkomsel ini akan bisa dilihat dalam kinerja Mitratel pada kuartal IV 2022 dan proyeksi kinerja 2023. Meskipun nantinya bisa berdampak rasio kinerja nonorganik, namun dia memprediksi penggerak utama pertumbuhan Mitratel di semester II 2022 ialah dari segmen organik yang berpotensi tumbuh lebih sehat dan mendongkrak rasio kolokasi.
“Oleh karena itu, kami mengubah prospek proyeksi kami atas rasio kolokasi Mitratel menjadi 1,46x dan 1,5x pada 2022 dan 2023,” dia menjelaskan.
BCA Sekuritas memberikan rekomendasi beli (buy) terhadap saham MTEL dengan target Rp 950 per saham. Target harga saham itu mempertimbangkan rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) pendapatan Mitratel pada 2021-2023 diprediksi 12,2 persen dan pendapatan perusahaan yang belum dikurangi bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) 14,2 persen di periode yang sama. Hal itu menyiratkan EV/EBITDA 13,4x.
Harga saham MTEL pada penutupan perdagangan Jumat (26/8/2022) di level Rp 795 per saham. Sepekan dan 6 bulan terakhir, harga saham MTEL meroket 15 persen, serta setahun terakhir, melesat 30 persen.
Kinerja Semester I 2022
Dalam risetnya, Fakhrul mengungkapkan MTEL membukukan laba bersih di semester I 2022 senilai Rp 892 miliar, atau tumbuh 27 persen secara tahunan. Laba bersih MTEL yang tumbuh kuat terutama berasal dari pendapatan operasional yang lebih tinggi seiring dengan pertumbuhan jumlah penyewa dan lokasi menara.
“Perusahaan telah berhasil mempertahankan posisi leverage-nya di tingkat yang sehat, jauh di bawah perjanjian utangnya. Meskipun rencana akuisisi MTEL mungkin butuh modal besar, namun kami melihat perusahaan tidak akan butuh banyak utang. Sebab perusahaan masih mengantongi cukup dana dari IPO,” dia menjelaskan.
Fakhrul percaya kebutuhan serat optik sangat penting di tengah digitalisasi. Mitratel yang telah merealisasi 89 persen dari target serat optik di 2022, perseoran berpeluang meraih keuntungan di era jaringan 5G. “Ke depan, momentum pertumbuhan yang lebih sehat pasca konsolidasi, seharusnya terjamin,” kata dia.
Sumber:
Kumparan BISNIS
Konsolidasi Menara Grup Telkom Bawa Berkah bagi Mitratel (MTEL) dan Operator Seluler
NUSA DUA, investor.id – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel optimistis konsolidasi menara Telkom Group dan operator yang terjadi di industri seluler saat ini akan membawa dampak positif bagi perusahaan penyedia menara.
Bagi Mitratel sebagai market leader kepemilikan menara telekomunikasi yang terbesar di Asia Tenggara, langkah konsolidasi tersebut akan membantu dan membuka kesempatan bagi semua operator dalam melakukan ekspansi bisnisnya.
“Tumbuhnya kebutuhan mobile data, berkembangnya teknologi 5G dan IoT (Internet of Things) serta aksi merger operator seluler membawa dampak semakin berkembangnya industri menara telekomunikasi di Indonesia. Hal ini merupakan potensi pasar yang cukup bagus untuk terus bertumbuh,” kata Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko dalam acara Telkom Group Investor Day 2022 di Nusa Dua, Bali, baru-baru ini.
Mitratel kini memiliki 34.800 menara, setelah mengakuisisi 6.000 menara Telkomsel yang lokasinya strategis, tersebar di seluruh Indonesia, dan mayoritas berada di luar Jawa. Mitratel juga menyediakan solusi total melalui skema bundling, yang terdiri atas tower leasing, connectivity, dan power to tower, sehingga menjadikan Mitratel memiliki kekuatan penuh dalam menjawab peluang tersebut.
“Dengan mapping tersebut, kami optimistis strategi ini akan disambut positif oleh semua operator. Apalagi, ditambah 32% menara Mitratel merupakan prioritas utama tenant dari operator seluler,” kata Teddy Hartoko, panggilan akrabnya.
Dia menegaskan, setelah akuisisi menara Telkomsel, pihaknya lebih agresif meningkatkan tenancy ratio dan perluasan layanan termasuk bisnis pendukung agar dapat meningkatkan nilai lebih bagi bisnis pelanggan. “Skema bisnis dan total solusi yang kami tawarkan kepada para operator tidak memerlukan investasi yang besar, sehingga customer menjadi dimudahkan dan efisien,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Ririek Adriansyah mengatakan, konsolidasi bisnis konektivitas akan memperbesar valuasi anak-anak usaha Telkom. Hal itu sudah dilakukan dengan bisnis menara telekomunikasi yakni menggabungkan menara Telkomsel ke dalam Mitratel. “Dengan penggabungan ini, unlocking bisnis sektor telekomunikasi di bawah Telkom Group dapat terlaksana,” ujarnya.
Ririek menambahkan langkah mengkonsolidasikan bisnis anak usaha TLKM merupakan realisasi dari 5 strategi besar yang dikenal dengan Five Bold Moves, untuk menjadi industri telekomunikasi kelas dunia dengan target antara lain mendorong transformasi bisnis, meningkatkan kapitalisasi pasar (market cap) dengan valuasi Rp 500-700 triliun, unlocking bisnis, serta EBITDA yang harus terus bertumbuh.
Pada kesempatan tersebut, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan langkah penggabungan bisnis menara di anak usaha Telkom dinilai tepat. Ia menjelaskan strategi bisnis akusisi menara Telkomsel oleh Mitratel tersebut justru membuat efisien dan meningkatkan valuasi, serta daya saing perusahaan.
Hal ini terlihat ke depan pengelolaan menara telekomunikasi milik Mitratel bisa disewakan ke semua operator seluler. Selain itu, langkah bisnis akuisisi menara yang dilakukan oleh Mitratel menjadi revenue stream baru bagi Telkom Group serta ditambah masuknya permodalan (Mitratel) dari investor. “Pengelolaan menara yang tadinya cost center, saat ini bisa jadi profit centerkarena juga bisa diisi oleh operator lain,” paparnya.
Tiko juga menyatakan UU Cipta Kerja memungkinkan dan mendorong penggunaan infrastruktur menara untuk layanan bersama (infrastructure sharing). Selain menara, fiber optik juga bisa digunakan bersama oleh operator. Menurutnya, level persaingannya saat ini bukan lagi di penguasaan infrastruktur, tapi kualitas layanan kepada pelanggan.
Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Sumber:
Investor.ID
Akuisisi 6.000 Menara Telkomsel, Mitratel Tingkatkan Valuasi
JAKARTA – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) optimistis konsolidasi menara Telkom Group dan operator yang terjadi di industri seluler saat ini akan membawa dampak positif bagi perusahaan penyedia menara.
Bagi Mitratel sebagai market leader kepemilikan menara telekomunikasi yang terbesar di Asia Tenggara, langkah konsolidasi tersebut akan membantu dan membuka kesempatan bagi semua operator dalam melakukan ekspansi bisnisnya.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan bahwa tumbuhnya kebutuhan mobile data, berkembangnya teknologi 5G dan IoT (Internet of Things) serta aksi merger operator seluler membawa dampak semakin berkembangnya industri Menara telekomunikasi di Indonesia. Hal ini merupakan potensi pasar yang cukup bagus untuk terus bertumbuh.
Dengan kepemilikan 34.800 menara yang diraih setelah akuisisi 6.000 menara Telkomsel yang lokasinya strategis, tersebar di seluruh Indonesia dan mayoritas berada di luar Jawa ditambah Mitratel menyediakan solusi total melalui skema bundling yang terdiri dari tower leasing, connectivity, dan power to tower menjadikan Mitratel memiliki kekuatan penuh dalam menjawab peluang tersebut.
“Dengan mapping tersebut, kami optimistis strategi ini akan disambut positif oleh semua operator. Apalagi, ditambah 32% menara Mitratel merupakan prioritas utama tenant dari operator seluler,” kata Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/8/2022).
Teddy Hartoko panggilan akrabnya menambahkan pasca akuisisi menara Telkomsel, pihaknya lebih agresif meningkatkan tenancy ratio dan perluasan layanan termasuk bisnis pendukung agar dapat meningkatkan nilai lebih bagi bisnis pelanggan.
“Skema bisnis dan total solusi yang kami tawarkan kepada para operator tidak memerlukan investasi yang besar sehingga customer menjadi dimudahkan dan efisien,” jelasnya.
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Ririek Adriansyah mengatakan konsolidasi bisnis konektivitas akan memperbesar valuasi anak-anak usaha Telkom. Hal itu sudah dilakukan dengan bisnis menara telekomunikasi yakni menggabungkan menara Telkomsel ke dalam Mitratel.
“Dengan penggabungan ini, unlocking bisnis sektor telekomunikasi di bawah Telkom Group dapat terlaksana,” ujarnya.
Ririek menambahkan langkah mengkonsolidasikan bisnis anak usaha Telkom merupakan realisasi dari 5 strategi besar yang dikenal dengan Five Bold Moves, untuk menjadi industri telekomunikasi kelas dunia dengan target antara lain mendorong transformasi bisnis, meningkatkan kapitalisasi pasar (market cap) dengan valuasi Rp 500-700 triliun, unlocking bisnis serta EBITDA yang harus terus bertumbuh.
Pada kesempatan tersebut, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan langkah penggabungan bisnis menara di anak usaha Telkom dinilai tepat.
Ia menjelaskan strategi bisnis akusisi menara Telkomsel oleh Mitratel tersebut justru membuat efisien dan meningkatkan valuasi, serta daya saing perusahaan.
Hal ini terlihat ke depan pengelolaan menara telekomunikasi milik Mitratel bisa disewakan ke semua operator seluler. Selain itu, langkah bisnis akuisisi menara yang dilakukan oleh Mitratel, menjadi revenue stream baru bagi Telkom Group serta ditambah masuknya permodalan (Mitratel) dari investor.
“Pengelolaan Menara yang tadinya cost center, saat ini bisa jadi profit center karena juga bisa diisi oleh operator lain,” paparnya.
Tiko juga menyatakan UU Cipta Kerja memungkinkan dan mendorong penggunaan infrastruktur menara untuk layanan bersama (infrastruktur sharing). Selain menara, juga fiber optik bisa digunakan bersama oleh operator. Menurutnya, level persaingannya saat ini bukan lagi di penguasaan infrastruktur, tapi kualitas layanan kepada pelanggan.
Sumber:
Okezone
Telkom Kejar Market Cap Rp700 T, Bakal Salip BRI Nih!
Jakarta, CNBC Indonesia – TelkomGroup tengah melakukan konsolidasi. Konsolidasi yang dilakukan berupa penggabungan menara Telkomsel ke PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel.
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Ririek Adriansyah mengatakan konsolidasi bisnis konektivitas akan memperbesar valuasi anak-anak usaha Telkom. “Dengan penggabungan ini, unlocking bisnis sektor telekomunikasi di bawah Telkom Group dapat terlaksana,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (24/8/2022).
Ririek menyebut, langkah mengkonsolidasikan bisnis anak usaha Telkom merupakan realisasi dari 5 strategi besar, yang mana salah satunya untuk menjadi industri telekomunikasi kelas dunia dengan target antara lain mendorong transformasi bisnis, meningkatkan kapitalisasi pasar (market cap) dengan valuasi Rp 500-700 triliun, unlocking bisnis, serta EBITDA yang harus terus bertumbuh.
Sementara, Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, tumbuhnya kebutuhan mobile data, berkembangnya teknologi 5G dan IoT (Internet of Things), serta aksi merger operator seluler membawa dampak semakin berkembangnya industri Menara telekomunikasi di Indonesia. Hal ini merupakan potensi pasar yang cukup bagus untuk terus bertumbuh.
Menurutnya, dengan kepemilikan 34.800 menara yang diraih setelah akuisisi 6000 menara Telkomsel, Mitratel memiliki peluang yang besar.
“Dengan mapping tersebut, kami optimistis strategi ini akan disambut positif oleh semua operator. Apalagi, ditambah 32% menara Mitratel merupakan prioritas utama tenant dari operator seluler,” tuturnya.
Pasca akuisisi menara Telkomsel, pihaknya lebih agresif meningkatkan tenancy ratio dan perluasan layanan termasuk bisnis pendukung agar dapat meningkatkan nilai lebih bagi bisnis pelanggan. “Skema bisnis dan total solusi yang kami tawarkan kepada para operator tidak memerlukan investasi yang besar sehingga customer menjadi dimudahkan dan efisien,” jelasnya.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, langkah penggabungan bisnis menara di anak usaha Telkom dinilai tepat. Ia menjelaskan strategi bisnis akuisisi menara Telkomsel oleh Mitratel tersebut justru membuat efisien dan meningkatkan valuasi, serta daya saing perusahaan.
Hal ini terlihat dari pengelolaan menara telekomunikasi milik Mitratel bisa disewakan ke semua operator seluler. Selain itu, langkah bisnis akuisisi menara yang dilakukan oleh Mitratel, menjadi revenue stream baru bagi Telkom Group serta ditambah masuknya permodalan (Mitratel) dari investor. “Pengelolaan Menara yang tadinya cost center, saat ini bisa jadi profit center karena juga bisa diisi oleh operator lain,” ucapnya.
Tiko juga menyatakan UU Cipta Kerja memungkinkan dan mendorong penggunaan infrastruktur menara untuk layanan bersama (infrastruktur sharing). Selain menara, juga fiber optik bisa digunakan bersama oleh operator. Menurutnya, level persaingannya saat ini bukan lagi di penguasaan infrastruktur, tapi kualitas layanan kepada pelanggan.
Market cap di atas Rp 100 triliun sudah tergolong big cap. Untuk saat ini, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memiliki market cap Rp 964 triliun, disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan market cap Rp 645 triliun. Adapun market cap TLKM saat ini Rp 462 triliun.
Sumber:
CNBC Indonesia
Mitratel Tawarkan Skema Bisnis yang Atraktif untuk Semua Operator Telekomunikasi
Jakarta, 5 Agustus 2022 – PT Dayamitra Telekomunikasi, Tbk (MTEL) atau Mitratel semakin memantapkan langkah menuju Digital Infrastructure Company dan siap menawarkan skema bisnis yang atraktif untuk seluruh operator telekomunikasi. Skema bisnis yang dimaksud adalah solusi total yang terdiri dari tower leasing, connectivity dan power to tower.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko atau akrab disapa Teddy mengatakan bahwa Mitratel telah menyediakan skema bisnis yang atraktif berupa tower leasing, connectivity dan power yang bisa ditawarkan kepada operator telekomunikasi dengan skema bundling dan total solution. Jadi operator telekomunikasi hanya perlu menentukan tower yang diinginkan dan kami akan menyiapkan semua sarana penunjangnya. Hal ini diharapkan dapat memudahkan operator untuk meningkatkan layanannya kepada masyarakat di seluruh Indonesia.
“Setelah akuisisi 6.000 menara maka jumlah kepemilikan menara Mitratel sampai 31 Juli 2022 menjadi lebih dari 34.800 menara atau menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Pengalihan kepemilikan ini memberikan dampak potensi yang sangat besar kepada operator telekomunikasi untuk memperkuat dan memperluas layanannya karena tower-tower tersebut sebelumnya eksklusif hanya untuk Telkomsel dan sekarang dapat dimanfaatkan oleh semua operator dan skema bisnis yang sangat menarik” ujar Teddy.
Teddy melanjutkan bahwa pasca akuisisi menara ini Mitratel akan meningkatkan tenancy ratio secara agresif dan perluasan layanan termasuk portfolio bisnis pendukung (tower ecosystem) agar dapat menciptakan nilai yang lebih besar bagi pelanggan. Mitratel berinisiatif untuk mengimplementasikan marketing analytics dalam aktivitas pemasaran dan penjualan, memanfaatkan solusi small cell untuk 5G, serta memperkuat kemitraan dengan pemilik lahan. Pada akhirnya hal ini akan mendorong Mitratel sebagai Tower Provider pilihan utama pelanggan bukan hanya karena ketersediaan tower di setiap titik kebutuhan pelanggan tetapi juga karena memberikan nilai lebih dalam mendukung bisnis pelanggan dan juga lingkungan sekitar menara.
“Dengan semakin luas jangkauan dari layanan operator yang memanfaatkan tower Mitratel, maka pada akhirnya akan memacu pemanfaatannya untuk menggerakkan perekonomian nasional, termasuk pengembangan start up dan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di seluruh Indonesia,” pungkas Teddy
Mitratel Akuisisi 6.000 Menara Telkomsel
Jakarta, 2 Agustus 2022, PT Dayamitra Telekomunikasi, Tbk (Mitratel) dan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) telah menandatangani Perjanjian Jual Beli (Sales & Purchase Agreement/SPA) untuk pengalihan kepemilikan 6.000 menara telekomunikasi milik Telkomsel kepada Mitratel, (29/7). Skema pengalihan berupa Penjualan dan Penyewaan Kembali (Sales & Leased Back ) dengan pengalihan 6.000 unit menara telekomunikasi, sehingga total menara telekomunikasi yang dimiliki Mitratel mencapai lebih dari 34.800 menara. Selain kesepakatan pengalihan kepemilikan menara telekomunikasi, disepakati juga Komitmen Pesanan Pembangunan Menara baru dari Telkomsel kepada Mitratel sejumlah 1.000 menara dalam tiga tahun ke depan serta beberapa inisiatif bisnis lainnya seperti penggunaan IoT (Internet of Thing), layanan Green Energy dan New Ecosystem Tower Business lainnya.
Kesepakatan kedua perusahaan ini menyusul aksi korporasi sebelumnya yang telah diselesaikan pada tahun 2020 dan 2021 total sebanyak 10.050 unit menara telekomunikasi.
Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam mengatakan “Dengan disepakatinya perjanjian jual beli untuk pengalihan kepemilikan 6.000 menara telekomunikasi kepada Mitratel, Telkomsel semakin memantapkan upaya transformasi perusahaan melalui pengembangan portofolio perusahaan di bisnis digital secara lebih konsisten, menyeluruh dan memperkuat komitmen perusahaan dalam menghadirkan inovasi layanan yang lebih beragam, guna membuka lebih banyak peluang bernilai tambah bagi ekosistem gaya hidup digital masyarakat Indonesia secara lebih inklusif. Telkomsel sebagai perusahaan telekomunikasi digital terdepan di Indonesia juga berharap dapat lebih mendorong akselerasi penguatan struktur perusahaan yang lebih ideal dalam memastikan implementasi tiga pilar digital yang sedang dijalankan, yakni sebagai penyedia digital connectivity, digital platform dan digital service yang andal dan selalu relevan dengan perkembangan ekosistem digital yang lebih customer-centric.”
Direktur Strategic Portfolio PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom), Budi Setyawan Wijaya menambahkan “Aksi korporasi ini merupakan salah satu upaya TelkomGroup untuk memperkuat posisi di bisnis menara telekomunikasi demi memperkuat competitive advantages perusahaan dan meningkatkan value creation bagi stakeholder.”
“Pengalihan 6.000 menara telekomunikasi ini dapat menjadi modal utama untuk market expansion dan mendukung akselerasi implementasi jaringan 5G di Indonesia, menambah alat produksi Mitratel dan menegaskan Mitratel sebagai perusahaan Tower Provider terbesar di Asia Tenggara,” jelas Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko, atau yang biasa akrab disapa Teddy Hartoko.
Sebagai bagian dari perjanjian, Mitratel akan menerapkan layanan IoT dan Data Analytic Telkomsel untuk menyediakan manajemen operasional menara telekomunikasi secara real time dan optimalisasi konsumsi daya secara proaktif. Kemitraan ini diharapkan dapat lebih berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dan dampak yang ditimbulkan. Hal tersebut merupakan wujud komitmen Telkomsel terhadap inisiatif Environment, Social and Governance (ESG).
Lebih lanjut Teddy Hartoko menyampaikan sejalan dengan visi dan misi Mitratel menjadi Digital Infrastruktur Company terdepan yang selalu mendukung customer dan bisnis partnernya dalam memperkuat dan memperluas layanannya, Mitratel telah menyiapkan infrastruktur telekomunikasi, baik itu menara, fiber optic, dan power to tower yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di luar Jawa, yang akan memberikan kemudahan bagi operator-operator telekomunikasi maupun non operator untuk memanfaatkan solusi terlengkap dan terintegrasi yang telah dimiliki oleh Mitratel.
Sebanyak 6.000 menara yang diakuisisi oleh Mitratel berada di lokasi – lokasi strategis yang tersebar di seluruh Indonesia untuk mendukung percepatan penambahan potensi kolokasi dan pengembangan Tower Related Business. Hal ini didukung dengan posisi Telkomsel sebagai penyewa utama jangka panjang dan memiliki potensi kolokasi yang tinggi dari operator-operator telekomunikasi lainnya. Kesepakatan ini diyakini memberikan manfaat bagi pertumbuhan bisnis menara Mitratel yang berkelanjutan di atas rata-rata industri dan memastikan menjadi Leading Sustainable Growth.
Saat ini Mitratel memiliki menara telekomunikasi yang tersebar di berbagai wilayah, sehingga memantapkan posisinya sebagai market leader dalam hal kepemilikan menara telekomunikasi di Asia Tenggara, dengan pelanggan terbesarnya adalah Telkomsel yang juga merupakan market leader di industri operator seluler. Bergerak di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi, Mitratel berupaya terus melayani semua operator seluler di Indonesia dengan menyediakan skema bisnis yang atraktif.
“Aksi korporasi berkelanjutan dari Telkomsel dan Mitratel ini diharapkan memperkuat momentum kedua perusahaan dalam memastikan terciptanya pengelolaan aset dan perluasan lini bisnis yang dapat mendorong pertumbuhan kinerja perusahaan yang semakin ideal, produktif, efektif, efisien, dan relevan dengan setiap perkembangan teknologi,” pungkas Teddy Hartoko.