Masuk Indeks IDX80, Mitratel: Bukti Investor Mempercayai Kinerja Perusahaan
Masuknya Mitratel ke dalam Indeks IDX80 adalah bukti kepercayaan terhadap fundamental perusahaan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Saham anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel, berhasil menjadi penghuni baru dalam daftar saham indeks IDX80 dan Kompas100 untuk periode tersebut Agustus 2002-2023. Chief Investment Officer Mitratel Hendra Purnama mengatakan hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan investor yang tinggi terhadap fundamental dan kinerja keuangan perusahaan.
Hal itu terungkap dalam hasil penilaian Bursa Efek Indonesia Juli 2022 yang merombak komposisi saham indeks acuan bursa pada Senin (25/7). BEI mengindikasikan bahwa hasil evaluasi ini akan berlaku efektif pada 1 Agustus 2022.
Hendra mengatakan saham Mitratel termasuk di antara 11 penghuni baru IDX80, sedangkan dalam daftar Kompas100, saham Mitratel termasuk di antara 21 saham penduduk baru menggantikan penghuni sebelumnya.
Masuknya Mitratel sebagai penghuni indeks IDX80 dan Kompas100 menunjukkan bahwa pencatatan saham anak usaha Telkom yang bergerak di bidang infrastruktur telekomunikasi itu sangat likuid dan bernilai tinggi, kata Hendra dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (26/7).
Hendra menjelaskan IDX80 merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari 80 saham yang sangat likuid dan memiliki kapitalisasi pasar yang besar, serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik. Sedangkan Kompas100 merupakan indeks harga saham yang terdiri dari 100 saham dengan likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar yang besar, serta fundamental dan kinerja keuangan yang baik.
“Saya berterima kasih atas kepercayaan investor dan otoritas terhadap perusahaan kami,” kata Hendra.
Hendra menambahkan, pada 20 Juni lalu, saham Mitratel juga masuk dalam daftar saham FTSE Global Index untuk seri Mid-Cap, FTSE All-World, FTSE All-Cap dan FTSE Total Cap. Hendra mengatakan saham Mitratel merupakan satu-satunya saham di pasar modal Indonesia yang masuk dalam empat kategori tersebut sekaligus.
Menurut Hendra, FTSE Equity Global Index atau FTSE GEIS merupakan salah satu indeks global yang digunakan sebagai benchmark untuk investasi internasional. Hendra berharap masuknya Mitratel dalam daftar penduduk baru IDX80, Kompas100 dan FTSE Global Index menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga sahamnya.
“Harga saham Mitratel melonjak 20 persen pada bulan lalu, ditutup pada Rp 725 pada Senin (25/7). Pekan lalu, saham Mitratel juga naik 10 persen. Saham Mitratel naik didukung oleh kinerja bisnis perusahaan yang memuaskan,” lanjut Hendra. .
Hendra mengatakan Mitratel merupakan perusahaan menara telekomunikasi dengan pertumbuhan menara dan pelanggan tertinggi selama periode 2018 hingga 2021 dibandingkan para pesaingnya. Lebih lanjut, lanjut Hendra, Mitratel memiliki anchor customer terbesar yang merupakan operator seluler terbesar dengan rating kredit terbaik, yang tidak dimiliki oleh kompetitor dari perusahaan menara lainnya.
Hendra mengatakan Mitratel tidak hanya menjadi pemimpin di industri menara telekomunikasi, tetapi juga salah satu pemain utama, baik dari segi jumlah maupun jangkauan menara telekomunikasi.
“Keunggulan Mitratel dalam hal jumlah dan luasnya cakupan menara inilah yang menarik perusahaan kami untuk bersaing dengan perusahaan lain dan mendukung fundamental bisnis kami yang kuat,” tambah Hendra.
Sumber : www.republika.co.id
Fundamental Kuat dan Solid, Mitratel Bukukan Pendapatan Rp 3,72 Triliun dan Laba Bersih Meroket 27,2%
JAKARTA – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk “MTEL” berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 3,72 triliun pada semester I-2022, meningkat 15,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan pendapatan ini turut memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan laba bersih perusahaan pada periode sama sebesar 27,2% menjadi Rp 892 miliar.
“Pada semester I 2022 ini, kami telah meletakkan fundamental yang kuat dan solid pasca-IPO untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Hal ini didorong oleh strategi pertumbuhan organik, memperkuat pendapatan dari tower-related business, inovasi produk dan efisiensi biaya” jelas Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko yang biasa dipanggil Teddy Hartoko melalui siaran persnya, di Jakarta, Kamis (28/7).
Lebih lanjut Teddy memaparkan, marjin EBITDA dan marjin laba bersih dalam semester pertama tahun ini masing-masing tercatat meningkat menjadi 77,5% dan 23,9%. Kontributor utama dari peningkatan laba ini diakibatkan oleh marjin EBITDA dari portfolio penyewaan Menara yang bertumbuh menjadi 85,2%, dimana hal ini sudah menunjukkan setara dengan industri. Pencapaian ini berhasil dilakukan berkat efisiensi biaya dan lebih selektif dalam meraih pendapatan dari tower-related business dengan marjin yang lebih tinggi untuk profitabilitas yang lebih tinggi dari industri.
Selama semester I-2022, mayoritas kontribusi pendapatan berasal dari pendapatan sewa menara yang mengalami pertumbuhan sebesar 13,5%, dari Rp 2,93 triliun menjadi Rp 3,33 triliun. Kontribusi lainnya berasal dari tower-related business yang meningkat 35,4% menjadi Rp 399 miliar.
Jumlah menara yang dimiliki Mitratel tercatat sebanyak 28.787 atau bertambah 5.555 menara atau 23,9% dari semester I-2021. Jumlah tenant meningkat 20,3%, dari 36.507 pada menjadi 43.900 tenant.
Total aset perusahaan tercatat sebesar Rp 55,06 triliun dengan ekuitas sebesar Rp 33,49 triliun. Total liabilitas pada semester I-2022 mengalami penurunan sebesar 10,4% menjadi Rp 21,56 triliun seiring pembayaran utang pinjaman jangka panjang senilai Rp 5,1 triliun, termasuk pembayaran lebih awal utang jangka panjang sebesar Rp 4,3 triliun dengan menggunakan kelebihan kas dari aktivitas operasi dan melakukan pendanaan kembali pinjaman dengan tingkat bunga yang lebih rendah.
Mitratel merupakan perusahaan menara telekomunikasi dengan pertumbuhan menara dan pelanggan terbesar selama periode 2017-2021 dibandingkan para kompetitornya. Selain itu Mitratel memiliki pelanggan jangkar terbesar yaitu Telkomsel yang merupakan operator seluler terbesar dengan kredit rating terbaik, hal ini juga menjadi peluang yang sangat baik untuk operator telekomunikasi dan tenant non operator dalam memperluas jangkauan layanannya termasuk Bisnis penunjang lainnya. Kemudian Mitratel tidak memiliki eksposur risiko fluktuasi mata uang asing mengingat seluruh pinjaman dalam denominasi rupiah. Rasio utang terhadap ekuitas dan rasio utang bersih terhadap EBITDA juga relatif terkendali masing-masing pada level 44,3% dan -0,4x. “Kami akan terus memastikan menjadi perusahaan menara telekomunikasi unggul dengan pertumbuhan terbesar baik dari sisi kinerja operasional maupun keuangan melalui agresivitas kegiatan organik, inorganik dan pengembangan bisnis lainnya menuju Digital Infrastructure Company”.
Ke depan, beberapa langkah strategis akan terus dilakukan Mitratel antara lain mempertahankan posisi kepemimpinan pasar, memperkuat portofolio bisnis baru, mempercepat pertumbuhan inorganik dengan target 6.000 menara pada tahun ini, meningkatkan profitabilitas dan arus kas melalui efisiensi biaya.
“Kami menargetkan margin EBITDA lebih dari 80% dalam jangka menengah melalui serangkaian program yang memberikan kemudahan bagi para operator telekomunikasi di Indonesia untuk meningkatkan dan memperluas jangkauannya melalui kolokasi di menara-menara Mitratel. Kami telah menyiapkan solusi terlengkap untuk seluruh operator telekomunikasi dengan skema Bisnis menarik yaitu memberikan bundling solution berupa menara, konektivitas dan power. Konektivitas yang diberikan berupa akses fiber (dark fiber, capacity leased dan hybrid) dan akses non fiber (satelit). Inilah keunggulan Mitratel yang memberikan kemudahan kepada seluruh operator untuk mengembangkan jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia khususnya diluar Jawa,” jelas Teddy.
Mitratel (MTEL) Raises Fiber Optic Expansion Target to More than 6,000 Km
Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) has a plan to revise the optical fiber development target to be higher.
Bisnis.com , JAKARTA – The tower issuer is PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) or Mitratel is preparing to increase the company’s fiber optic network development target. Mitratel Investment Director Hendra Purnama said this year his party had mentioned the target for the construction of 6,000 kilometers (km) of fiber optic networks . “For this year’s target, we mentioned 6,000 km [of fiber optic construction]. However, the demand for this optical fiber is very high,” Hendra said in a webinar with Henan Putihrai Sekuritas, Tuesday (5/7/2022).
Hendra continued, currently Mitratel is reviewing the construction of the company’s fiber optic network. According to him, the issuer with the stock code MTEL has plans to revise the fiber optic development target to be higher. “So we will be more aggressive,” he said.
He said that currently MTEL is more efficient and effective than other tower operators in terms of fiber optic development. MTEL does not need to build a backbone , because it can use the backbone of its parent, namely PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM). Previously, Mitratel President Director Theodorus Ardi Hartoko said that currently his party has started the construction of a fiber optic network of approximately 2,000 km. On average, the construction of this fiber optic network has been completed by 30 percent.
“We are targeting that in the not too distant future the construction will be completed and can be used by all mobile network operators (MNO),” said Theodorus in Mitratel’s public expose, Friday (22/4/2022).
The construction of this fiber optic network will fully use the proceeds from MTEL’s IPO, according to the calculation of the feasibility on the market . Meanwhile, Mitratel Business Director Noorhayati Candrasuci said that the construction of this fiber optic network would require an investment of up to IDR 1 trillion. “The total investment is around IDR 500 billion to IDR 1 trillion for funding for all fiber optic programs in 2022,” he said.
Mitratel (MTEL) Naikkan Target Ekspansi Fiber Optik Lebih dari 6.000 Km
Bisnis.com, JAKARTA – Emiten menara PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel bersiap meningkatkan target pembangunan jaringan fiber optik perseroan. Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan, tahun ini pihaknya sempat menyebutkan menargetkan pembangunan 6.000 kilometer (km) jaringan fiber optik. “Untuk target tahun ini, kami sempat menyebut [pembangunan fiber optik] 6.000 km. Tapi, permintaan fiber optik ini sangat tinggi,” kata Hendra dalam webinar dengan Henan Putihrai Sekuritas, Selasa (5/7/2022).
Hendra melanjutkan, saat ini Mitratel tengah melakukan peninjauan kembali mengenai pembangunan jaringan fiber optik perseroan. Menurutnya, emiten berkode saham MTEL ini memiliki rencana untuk merevisi target pembangunan fiber optik menjadi lebih tinggi. “Jadi kami akan lebih agresif lagi,” ucapnya.
Dia menyebut, saat ini MTEL lebih efisien dan efektif dibandingkan operator menara lain dari sisi pembangunan fiber optik. MTEL tidak perlu membangun backbone, karena bisa menggunakan backbone milik induknya, yakni PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM). Sebelumnya, Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, saat ini pihaknya telah mulai menjalankan pembangunan jaringan fiber optik kurang lebih sepanjang 2.000 km. Secara rata-rata, pembangunan jaringan fiber optik ini telah selesai 30 persennya
“Kami targetkan dalam waktu yang tidak terlalu lama pembangunan tersebut sudah selesai dan bisa segera digunakan oleh seluruh mobile network operator (MNO),” ujar Theodorus dalam paparan publik Mitratel, Jumat (22/4/2022).
Pembangunan jaringan fiber optik ini akan sepenuhnya menggunakan dana proceed IPO MTEL, sesuai perhitungan kelayakan yang ada di market. Sementara itu, Direktur Bisnis Mitratel Noorhayati Candrasuci menuturkan, pembangunan jaringan fiber optik ini akan memerlukan investasi hingga Rp1 triliun. “Total investasi sekitar di level Rp500 miliar hingga Rp1 triliun untuk pendanaan dari seluruh program fiber optik di 2022,” ucapnya.
Transformation into a Digital Infrastructure Company, This is what Mitratel has done
KONTAN.CO.ID – JAKARTA . The tower issuer, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk ( MTEL ) or Mitratel plans to transform into a digital infrastructure company . One of them is by developing a fiber optic network.
Mitratel Investment Director Hendra Purnama explained that Mitratel plans to build an ecosystem as a digital infrastructure company , not just a tower company.
This year, a subsidiary of PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk introduced a new product, namely fiber optics. Hendra said this segment was chosen because it was an important element in the development of the 5G network.
“For this year’s target, we mentioned the guidelines reaching 6,000 km, but the demand for fiber optic is very high,” explained Hendra in a virtual discussion held by Henan Putihrai Sekuritas, Tuesday (5/7).
He said that in the first quarter of this year, Mitratel has pocketed a fiber optic contract of 2,117 kilometers (km). Therefore, it is currently conducting a review.
“We are currently reviewing it and we will announce it again. We are planning to revise our target to be even higher. We will be more aggressive,” he said.
Indeed, the EBITDA margin, continued Hendra, will not be as high as the tower. However, the prospect of fiber optic development is quite good in the market to support 5G. In a previous report, Hendra explained that all the fiber optics currently being built are orders from mobile network operator (MNO) aka cellular operator.
To build the optical fiber, Mitratel has prepared a capital expenditure allocation ( capex) of around Rp 500 billion. In total, the capex allocation for 2022 is IDR 9.9 trillion.
Currently, the optical fiber is being built in North Sumatra, DKI Jakarta, West Java, Central Java, East Java, West Kalimantan, North Sulawesi, West Sulawesi, South Sulawesi, Bali and the Riau Islands.
Saat ini, fiber optik tersebut tengah dibangun di Sumatra Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Bali, dan Kepulauan Riau.
Reporter: Yuliana Hema | Editor: Handoyo .
Sumber :
https://investasi.kontan.co.id/news/transformasi-menjadi-perusahaan-digital-infrastructure-ini-yang-dilakukan-mitratel
Transformasi Menjadi Perusahaan Digital Infrastructure, Ini yang Dilakukan Mitratel
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten menara, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel berencana bertransformasi menjadi perusahaan digital infrastructure. Salah satunya dengan mengembangkan jaringan fiber optik.
Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama menjelaskan Mitratel berencana membangun ekosistem sebagai digital infratructure company, bukan hanya sekadar sebagai perusahaan menara.
Tahun ini, anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk ini mengenalkan produk baru yakni fiber optik. Hendra bilang segmen ini dipilih lantaran elemen penting dalam perkembangan jaringan 5G.
“Untuk target tahun ini, kita sempat menyebut guideline mencapai 6.000 km, tapi permintaan atas fiber optic sangat tinggi,” jelas Hendra dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Henan Putihrai Sekuritas, Selasa (5/7).
Dia menyampaikan dengan kuartal pertama tahun ini, Mitratel telah mengantongi kontrak fiber optic sebesar 2,117 kilometer (km). Oleh karena itu, pihaknya sedang melakukan peninjauan kembali.
“Kita sekarang lagi peninjauan kembali dan kami akan umumkan lagi. Kita berencana merevisi target kami untuk jadi lebih tinggi. Kita akan lebih agresif lagi,” ucap dia.
Memang secara EBITDA margin, lanjut Hendra, tidak akan setinggi dari menara. Namun prospek perkembangan fiber optik ini cukup bagus di pasar untuk mendukung 5G. Dalam pemberitaan sebelumnya, Hendra menjelaskan seluruh fiber optik yang dibangun saat ini merupakan pesanan dari mobile network operator (MNO) alias operator seluler.
Untuk membangun fiber optik tersebut, Mitratel menyiapkan alokasi belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 500 miliar. Secara total, alokasi capex untuk tahun 2022 adalah sebesar Rp 9,9 triliun.
Saat ini, fiber optik tersebut tengah dibangun di Sumatra Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Bali, dan Kepulauan Riau.
Reporter: Yuliana Hema | Editor: Handoyo .
Sumber :
https://investasi.kontan.co.id/news/transformasi-menjadi-perusahaan-digital-infrastructure-ini-yang-dilakukan-mitratel
Entering FTSE Index, Mitratel (MTEL) Stock Movement gets Positive Sentiment
JAKARTA, Investor.id – The inclusion of PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) or Mitratel shares in the FTSE Equity Global Index is a positive sentiment towards price movements. This could attract more foreign investors to buy shares in the telecommunications tower company.
CSA Research Institute Senior Analyst Reza Priyambada said the FTSE Equity Global index or FTSE GEIS is one of the global indices that is used as a reference for investment internationally. MTEL is included in the FTSE Global Index for the Mid-Cap series, FTSE All-World, FTSE All-Cap, and FTSE Total Cap, the only Indonesian stock exchange that was included in these 4 categories on 20 June 2022 yesterday.
“The inclusion of these shares in the FTSE Index can be a positive sentiment for MTEL stock movements. This issue also encourages foreign investors to accumulate company shares,” explained Reza Priyambada.
Reza said that Mitratel is fundamentally a strong company, seen from its strong net cash, positive financial performance growth, and very attractive business potential amid the expansion of the telecommunications industry in Indonesia. MTEL is also holding a buyback worth a maximum of Rp 1 trillion with a maximum purchase price of Rp 801/share, of course this is a positive catalyst for management’s confidence in the Company’s valuation. Reza recommends buying MTEL shares with a target price of Rp 900 per share.
Growing Trend
Meanwhile, Samuel Sekuritas Indonesia analyst Yosua Zisokhi said that Mitratel’s financial performance is predicted to continue to grow in the next few years. This growth can be seen from the realization of the company’s financial performance in the first quarter of 2022.
Mitratel recorded a net profit growth of 21.4% supported by the addition of new tenants and the minimal increase in operating expenses. “We estimate that MTEL’s growth potential in the future is still large, supported by the large number of towers (28,577 units) and the tenancy ratio which has only reached 1.51x. We still maintain the recommendation to buy MTEL shares with a target price of Rp 915,” he said in research published in Jakarta.
The growth in financial performance, he said, will also be supported by the continued addition of telecommunication towers and tenants this year. The company budgets revenue to grow 10-11% yoy, with EBITDA growth lifting 13%.
Editor : Parluhutan (parluhutan@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Masuk FTSE Index, Pergerakan Saham Mitratel (MTEL) dapat Sentimen Positif
JAKARTA, Investor.id – Masuknya saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel dalam FTSE Equity Global Index menjadi sentimen positif terhadap pergerakan harganya. Hal ini bisa menarik lebih banyak investor asing membeli saham perusahaan menara telekomunikasi tersebut.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, indeks FTSE Equity Global atau FTSE GEIS ini merupakan salah satu indeks global yang dijadikan acuan untuk investasi secara internasional. MTEL termasuk dalam FTSE Global Indeks untuk series Mid-Cap, FTSE All-World, FTSE All-Cap, dan FTSE Total Cap, satu-satunya saham bursa indonesia yang masuk kedalam 4 kategori ini pada 20 Juni 2022 kemarin.
“Masuknya saham tersebut dalam FTSE Indeks bisa menjadi sentimen positif bagi pergerakan saham MTEL. Isu tersebut juga mendorong pemodal asing untuk mengakumulasi saham perusahaan,” jelas Reza Priyambada.
Reza mengatakan, secara fundamental Mitratel tergolong perusahaan yang kuat, dilihat kas bersih yang kuat, pertumbuhan kinerja keuangan yang positif, serta potensi bisnis yang sangat menarik di tengah ekspansi industri telekomunikasi di Indonesia. MTEL juga sedang mengadakan buyback senilai maksimal Rp 1 triliun dengan harga maksimal pembelian di Rp 801/saham, tentunya ini merupakan salah satu katalis positif dari kepercayaan diri manajemen terhadap valuasi Perusahaan. Reza merekomendasikan beli saham MTEL dengan target harga Rp 900 per saham.
Tren Tumbuh
Sementara itu, analis Samuel Sekuritas Indonesia Yosua Zisokhi mengatakan, kinerja keuangan Mitratel diprediksi terus bertumbuh dalam beberapa tahun ke depan. Pertumbuhan tersebut terlihat dari realisasi kinerja keuangan perseroan pada kuartal I-2022.
Mitratel mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 21,4% didukung penambahan tenant baru serta minimnya kenaikan beban operasi. “Kami memperkirakan potensi pertumbuhan MTEL ke depan masih besar, didukung dengan jumlah menaranya yang banyak (28.577 unit) dan tenancy ratio yang baru mencapai 1,51x. Kami tetap mempertahankan rekomendasi buy saham MTEL dengan target harga Rp 915,” ujarnya dalam riset yang diterbitkan di Jakarta.
Pertumbuhan kinerja keuangan, ungkap dia, juga bakal didukung berlanjutnya penambahan menara telekomunikasi dan tenant tahun ini. Perusahaan menganggarkan pendapatan untuk dapat tumbuh 10-11% yoy, dengan pertumbuhan EBITDA di angkat 13%.
Editor : Parluhutan (parluhutan@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Pefindo Sematkan Peringkat idAAA ke Mitratel (MTEL)
Bisnis.com, JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo menyematkan peringkat idAAA kepada PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel, dengan outlook stabil untuk peringkat perusahaan. Pefindo menuturkan, peringkat idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh Pefindo kepada obligor. Menurut Pefindo, kemampuan obligor untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya superior dibanding obligor Indonesia lainnya. “Peringkat perusahaan mencerminkan posisi pasar Perusahaan yang sangat kuat, visibilitas pendapatan yang kuat dengan kontrak jangka panjang yang berasal dari pihak klien dengan profil bisnis, dan profil keuangan yang sangat kuat,” tulis Pefindo dalam rilisnya, dikutip Minggu (22/5/2022).
Namun, lanjut Pefindo, peringkat tersebut dibatasi oleh rasio tenancy yang relatif lebih rendah jika dibandingkan perusahaan sejenis.
Pefindo melanjutkan, peringkat perusahaan dapat diturunkan jika posisi pasar MTEL melemah secara signifikan. Peringkat juga dapat diturunkan jika pendapatan dan/atau EBITDA secara signifikan lebih rendah dari yang ditargetkan perusahaan, atau apabila posisi utang perusahaan secara substansial lebih besar daripada yang diproyeksikan tanpa dikompensasi oleh peningkatan EBITDA yang lebih besar. Kondisi itu dapat memperburuk struktur permodalan dan proteksi arus kas anak usaha Telkom tersebut.
Sebagai informasi, berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2022, Mitratel memiliki utang usaha jangka pendek ke pihak berelasi sebesar Rp27,28 miliar, dan ke pihak ketiga sebesar Rp1,15 triliun. Sementara itu, liabilitas jangka panjang perseroan yang jatuh tempo dalam satu tahun berjumlah Rp2,06 triliun. Sebelumnya, Direktur Investasi dan Corporate Secretary Mitratel Hendra Purnama mengatakan, tahun ini pihaknya telah melakukan pelunasan di awal sebagian utang milik perseroan melalui kas milik perseroan.
Menurutnya, Mitratel saat ini memiliki kecukupan kas yang dapat menyelesaikan seluruh kewajiban pelunasan pinjaman yang akan jatuh tempo.
“Di bulan ini kami sudah melakukan pelunasan yang nilainya lebih dari Rp2 triliun, jadi cukup banyak yang kami lunasi karena kami memiliki arus kas yang cukup kuat,” ujar Hendra kepada Bisnis, Sabtu (12/3/2022).
Dia melanjutkan, untuk mengurangi beban, emiten berkode saham MTEL ini melakukan refinancing yang dananya berasal dari arus kas. Perseroan melakukan refinancing dengan mengantisipasi peningkatan JIBOR, karena pinjaman perseroan sebagian besar JIBOR ditambah margin.
“Jadi kami melakukan diskusi dengan bank, mengkonversi variabel menjadi fixed rate,” tuturnya.
https://pefindo.com/pageman/page/repdesc?t=desc&id=13256
Mitratel (MTEL) Didorong Jadi Infrastruktur Digital, Ini Rencana Erick Thohir
IDXChannel – PT Telkom Indonesia didorong BUMN untuk bertransfomasi dengan fokus ke arah bisnis digital. Hal ini selaras dengan misi yang diutarakan Menteri BUMN Erick Thohir yang menargetkan Telkom menjadi perusahaan digital telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara.
Misi itu diimplementasikan PT Telkom Indonesia dengan mengubah model bisnisnya yang kini fokus dalam menggarap dunia digital. Salah satu bentuk implementasinya adalah anak usaha Telkom, yakni PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel), yang terus membangun menara operator untuk mendukung jaringan 5G se-Indonesia.
Erick Thohir mengatakan, langkah strategis Telkom lewat Mitratel yang menargetkan pembangunan 6.000 menara operator jaringan komunikasi dalam 3 tahun kedepan adalah sangat krusial. Sebab ini selaras dengan misi besar pemerintah untuk meratakan akses digital di seluruh nusantara.
“Yang dilakukan PT Telkom lewat Mitratel adalah tugas besar karena akan menumbuhkan akses komunikasi masyarakat di seluruh wilayah untuk bisa mengakses jaringan digital dan mewujudkan Indonesia Digital. Ini akan menghasilkan efek yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi, pelayanan publik serta membawa multiplier effect terhadap UMKM dan juga pembangunan Sumber Daya Manusia ” kata Erick lewat keterangan tertulisnya, Jumat (11/2/2022).
Erick pun mengapresiasi langkah cepat Telkom yang merespons tantangan yang pernah disampaikannya saat awal menjadi menteri. Erick sempat menyinggung bagaimana Telkom dengan infrastruktur besar yang dimilikinya masih mengandalkan model bisnis yang lama.
Padahal, perubahan digital di saat yang sama telah menggerus bisnis telekomunikasi analog. Kini, perubahan model bisnis Telkom ke arah digital telah terlihat secara signifikan perkembangannya.
“Perubahan model bisnis Telkom ke platform digital sangat terlihat perkembangannya dalam tiga tahun terakhir. Saya optimistis, dengan perencanaan sekaligus implementasi dari pembangunan infrastruktur menara komunikasi ini, dalam tiga tahun terbesar Telkom dapat menjadi perusahaan digital telco terbesar di Asia Tenggara,” kata Erick.
Namun, dia menggaris bawahi perubahan model bisnis ke arah digital Telkom harus terus ditingkatkan kualitasnya pada level implementasi. Sebab perubahan model bisnis yang baik tak hanya sekadar mengkreasi suatu nilai baru (new value creation).
“Tetapi tugas Telkom kini bagaimana nilai baru lewat bisnis menara telekomunikasi digital Mitratel bisa menangkap nilai baru yang menunjang pemasukan perusahaan (new value capture). Dan bagaimana pula infrastruktur digital ini dapat menghasilkan preposisi nilai yang baru bagi perusahaan (new value preposition). Begitulah perubahan model bisnis perusahaan yang efektif,” tutur dia.
Menurutnya, pengembangan Mitratel sejalan dengan agenda pemegang saham dalam membangun ekosistem 5G. Dimana, saat ini dimulai dengan proyek 5G Mining antara PT Freeport Indonesia dengan Telkom.
Selain itu, Kementerian BUMN sudah melakukan program inisiatif lainnya untuk mendukung digitalisasi, antara lain di sektor finansial (penggunaan artificial intelligence), kesehatan (melalui telemedicine), logistik (integrated logistic system), dan transportasi (ekosistem untuk autonomous vehicle).
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan, Telkom terus mempercepat transformasi dan penataan portofolio demi value creation yang optimal bagi TelkomGroup, stakeholder serta bangsa dan negara.
Fokus pada peningkatan bisnis tower, data center, infrastructure manage service, komputasi awan (cloud), big data, dan services yang sifatnya ritel akan memperkuat posisi Telkom sebagai partner penyedia bisnis digital connectivity, digital platform dan digital service untuk domestik maupun regional.
“Ketertarikan investor yang kian meningkat terhadap saham Telkom dapat menjadi salah satu parameter bahwa apa yang dilakukan saat ini sudah pada jalur yang tepat. Kami optimistis langkah transformasi ini akan memberikan dampak positif yang lebih banyak lagi,” kata Ririek.