Resmi masuk Jakarta Islamic Index, MTEL Kukuhkan Komitmen Tata Kelola Perusahaan dan Menjadi Acuan Reksadana Syariah

“Saham MTEL juga tercatat sebagai penghuni baru ISSI dan JII 70”
Jakarta, 1 Desember 2022 – Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan evaluasi atas penghuni Jakarta Islamic Index (JII) pada 29 November 2022. Saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau “Mitratel” resmi masuk sebagai jajaran penghuni indeks yang juga biasa disebut sebagai JII30. Indeks itu berisikan top 30 emiten yang memenuhi kriteria sebagai perusahaan yang menerapkan prinsip syariah, serta memiliki kinerja fundamental bisnis baik, tata kelola dan likuiditas terbaik.
Selain di JII, dalam pengumuman BEI No. Peng-00302/BEI.POP/11-2022, saham MTEL juga tercatat sebagai penghuni baru Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index 70 (JII 70). BEI menyatakan periode efektif konstituen saham penghuni JII, ISSI dan JII 70 berlaku mulai Desember 2022 hingga Mei 2023.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko atau yang biasa disapa Teddy mengapresiasi sangat baik masuknya saham MTEL jadi penghuni indeks saham syariah sekaligus. Menurut dia, hal itu menunjukkan komitmen perusahaan dalam mengedepankan tata kelolaan perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
“Kami mengucapkan terimakasih atas kepercayaan BEI dalam memasukkan MTEL jadi penghuni baru JII30. Harapan kami hal ini dapat mendorong kinerja saham MTEL lebih baik lagi di masa mendatang dan memberikan value terbaik bagi pemegang saham,” ujarnya dalam keterangannyaa di Jakarta, Kamis (1/12/2022).
Sebelumnya pada 21 September, BEI juga memasukkan saham MTEL sebagai anggota baru indeks IDX ESG Leaders. Selain itu, saham MTEL sebelumnya juga masuk dalam FTSE Global Indeks untuk series Mid-Cap, FTSE All-World, FTSE All-Cap, dan FTSE Total Cap. MTEL jadi satu-satunya saham dari bursa Indonesia yang masuk ke dalam 4 kategori ini pada 20 Juni 2022.
Teddy mengungkapkan, JII yang beranggotan 30 saham yang dinilai sesuai prinsip syariah, merupakan acuan bagi seluruh reksadana syariah di Indonesia. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Oktober 2022 nilai dana kelolaan reksadana syariah di Tanah Air mencapai Rp40,33 triliun dengan 271 produk reksadana syariah.
Pangsa pasar reksadana syariah mencapai 7,78% dibandingkan reksadana konvensional. Seiring positifnya prospek produk investasi syariah mempertimbangkan Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi penduduk Muslim terbesar di dunia, maka prospek reksadana syariah akan semakin positif ke depannya. Dengan begitu, saham-saham yang jadi underlying produk reksadana syariah, seperti MTEL juga memiliki prospek cerah.
Pada penutupan perdagangan, Rabu (30/11/2022), saham MTEL tercatat menguat 2,07% di level Rp740 per saham. Sepekan terakhir, saham MTEL juga tercatat melonjak 4,23%. Tercatat baru setahun Anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang bergerak di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi ini mencatatkan sahamnya di BEI pada 22 November 2021. Namun MTEL telah berkembang menjadi perusahaan tower (towerco) terbesar di Asia Tenggara yang tercatat memiliki 35.051 tower telekomunikasi.
Hingga kuartal III 2022, Mitratel berhasil membukukan pendapatan yang melesat 11,5% menjadi Rp5,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp5,02 triliun. Pertumbuhan bisnis perusahaan tercatat terus konsisten lebih tinggi dari pertumbuhan industri. Hal inilah yang menjadikan profitabilitas Mitratel naik signifikan dengan Laba Bersih tumbuh 18,1% dibandingkan tahun lalu.
“Mitratel terus menyiapkan roadmap menuju Digital Infraco untuk pengembangan portofolio yang berfokus pada penyediaan infrastruktur berbasis fiber optic/tower fiberisation untuk memenuhi kebutuhan para operator telekomunikasi,” Teddy menjelaskan.
Konektivitas Satelit Menjadikan Layanan Mitratel Terlengkap, Permudah Ekspansi Operator

Jakarta, 30 November 2022 – PT Dayamitra Telekomunikasi, Tbk (MTEL) atau “Mitratel” menandatangani kontrak Perjanjian Kerja Sama (PKS) Jasa Layanan Konektivitas Satelit (Satelit Backhaul) dengan PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat). Sinergi dua anak perusahaan PT Telkom Indonesia, Tbk (TLKM) tersebut direalisasikan dalam bentuk kerja sama pemanfaatan infrastruktur dan sumber daya yang dimiliki masing-masing pihak secara bersama-sama.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama Mitratel Theodorus A Hartoko dengan Direktur Utama Telkomsat Lukman Hakim Abd. Rauf pada Kamis, 24 November 2022.
Mitratel sebagai penyedia infrastruktur telekomunikasi menyediakan solusi layanan lengkap (tower, connectivity dan power to tower) bagi para operator telekomunikasi untuk memperluas jaringan dan layananya dalam rangka mendukung keberhasilan pemerataan jaringan telekomunikasi di seluruh wilayah Indonesia termasuk area rural.
Dalam kaitannya dengan penyediaan konektivitas tersebut Mitratel bersinergi dengan Telkomsat, anak perusahaan Telkom group yang memiliki kompetensi dan kapabilitas dalam mengoperasikan, memelihara danmengendalikan sistem komunikasi satelit di Indonesia, serta memiliki stasiun bumi yang tersebar di seluruh Ibukota Daerah Tingkat II di Indonesia.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko menjelaskan bahwa perjanjian kerja sama yang ditandatangani diyakini dapat mempercepat program transformasi dan pemerataan digital di seluruh wilayah Indonesia. Konektivitas satelit ini melengkapi portfolio layanan konektivitas serat optik yang telah dimiliki Mitratel. Konektivitas satelit akan memberikan solusi bagi operator telekomunikasi untuk memperluas jangkauan layanan di wilayah yang belum terjangkau serat optik dan terkendala kondisi geografis.
“Sejalan dengan Visi Mitratel menjadi #1 Digital Infraco, Kami mendukung transformasi digital di seluruh tanah air melalui pembangunan jaringan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di seluruh wilayah Indonesia. Solusi layanan dengan menggunakan satelit yang ditempatkan pada tower Mitratel dapat dimanfaatkan oleh seluruh operator seluler di Indonesia tanpa adanya kendala geografis,” Teddy menjelaskan.
Kemitraan kedua perusahaan mencakup penyediaan menara dan sistem komunikasi satelit sebagai jaringan penghubung antara BTS dengan pusat kontrol operator telekomunikasi. Selain itu juga disepakati skema pemasaran bersama, hingga pengoperasian dan pemeliharaan perangkat satelit.
Sementara itu Direktur Utama Telkomsat, Lukman Hakim Abd. Rauf menyambut baik kerja sama kedua perusahaan.
“Kami menyambut positif sinergi ini. Kami yakin kolaborasi kedua perusahaan akan mendukung program pemerintah dalam mempercepat transformasi digital di seluruh Tanah Air,” dia menjelaskan.
Menurut Lukman, kerja sama kedua perusahaan juga akan memperkuat bisnis Telkom Group yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh operator telekomunikasi dalam mengembangkan layanan dan akses internet untuk masyarakat Indonesia. Ini akan menjadi bundling infrastruktur menara telekomunikasi dengan sistem komunikasi satelit yang memiliki potensi sekitar 11.000 tower.
“Bagi Mitratel dengan adanya kerjasama dengan Telkomsat akan memperkuat posisi Mitratel untuk bertransformasi menjadi penyedia digital infrastruktur. Dengan adanya sistem komunikasi satelit di tower Mitratel, operator telekomunikasi hanya perlu menunjukkan lokasi yang akan menjadi target perluasannya dan Mitratel mampu memberikan total solusi berupa tower, konektivitas satelit dan power to tower,” pungkas Teddy.
(*)
Satu Tahun Melantai Di Bursa, Mitratel Berhasil Menjadi Yang Terbesar Di Asia Tenggara

Jakarta, 23 November 2022 – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau “Mitratel” perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan infrastruktur digital dan telekomuikasi telah genap 1 (satu) tahun melantai di Bursa Efek Indonesia. Mitratel terus menjaga pertumbuhan dan berkembang menjadi perusahaan tower (towerco) terbesar di regional yang adaptif terhadap perubahan.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko atau yang biasa disapa Teddy mengatakan ada empat capaian yang berhasil diraih perseroan dalam masa setahun pasca mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (IPO) pada 22 November 2021. Di antaranya pertama, Mitratel kini menjadi perusahaan tower telekomunikasi independent terbesar di Asia Tenggara dengan 28% saham kepemilikan publik yang memiliki layanan terlengkap.
“Mitratel telah menyiapkan insfrastruktur telekomunikasi, baik itu menara, connectivity (fiber dan satellite) dan power to tower yang tersebar di seluruh Indonesia untuk memberikan solusi yang terlengkap dan terintegrasi untuk seluruh operator telekomunikasi,” ungkap Teddy di Jakarta, Rabu (23/11/2022).
Menurut Teddy, secara global tren bisnis menara telekomunikasi bergeser dari Towerco menjadi Digital Infraco di masa depan, untuk menyediakan layanan seluler dan menumbuhkan ekosistem digital.
Di Indonesia, Towerco telah bergerak untuk menangkap potensi pertumbuhan penyediaan infrastruktur digital, guna mendorong pertumbuhan bisnis di masa depan. Terutama terkait penyediaan infrastruktur fiber optic untuk mendukung layanan seluler (4G/5G) dan ekosistem digital.
“Mitratel, sebagai bagian dari Telkom Group akan senantiasa mengambil peran dalam menyiapkan roadmap ke Digital Infraco untuk pengembangan portofolio yang berfokus pada penyediaan infrastruktur fiber optic/tower fiberisation,” Teddy menjelaskan.
Kedua, perseroan kini menjadi perusahaan provider menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara dari sisi kepemilikan menara, melalui berbagai pembangunan tower dan aksi korporasi. “Tenancy ratio MTEL 1,44x dan 58% tower di luar Jawa menjadi ruang pertumbuhan dengan perluasan layanan operator seluler ke seluruh Indonesia,” Teddy mengungkapkan.
Hingga kuartal III 2022, Mitratel tercatat total memiliki 35.051 tower telekomunikasi, setelah perseroan sukses mengakuisisi 6.000 tower milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) beberapa waktu lalu.
Ketiga, menurut Teddy, Mitratel memiliki leverage rendah dan tanpa eksposur terhadap risiko nilai tukar mata uang asing. Perseroan cukup tangguh terhadap eksposur makro ekonomi dengan catatan net-debt to EBITDA 1,7x, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 100% dan seluruh utang dalam mata uang rupiah.
“Keempat, MTEL juga jadi perusahaan terdepan di industri dengan tingkat investasi yang sangat baik,” ujar Teddy.
Teddy menjelaskan MTEL telah meraih peringkat investment grade yang sangat baik dari PEFINDO yaitu peringkat IdAAA dengan outlook stabil. Saham MTEL juga masuk dalam daftar FTSE Global Equty IDX80, Kompas 100, IDX ESG Leaders dan ISSI Index.
Pada periode Januari – September 2022, MTEL berhasil membukukan pendapatan melesat 11,5% secara tahunan menjadi Rp5,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp5,02 triliun. Lonjakan pendapatan itu mendongkrak laba bersih Perusahaan 18,1% menjadi Rp1,22 triliun dibandingkan sebelumnya Rp1,03 triliun.
Teddy menyatakan pertumbuhan perusahaan yang konsisten berhasil mencatatkan EBITDA (earning before interest, taxes, depreciation) meningkat menjadi 15,7%. “EBITDA diharapkan semakin meningkat seiring peningkatan kolokasi, terutama karena luasnya coverage tower di luar Jawa,” ungkap Teddy.
Menurut Teddy, pertumbuhan bisnis perusahaan di periode kuartal I – III 2022 tercatat terus konsisten lebih besar dari pertumbuhan industri. Hal inilah yang menjadikan profitabilitas Mitratel naik lebih signifikan dibandingkan tahun lalu.
Kinerja Terus bertumbuh
Sementara itu Senior Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji memproyeksikan kinerja Mitratel akan terus bertumbuh. Nafan mengatakan pertumbuhan anak usaha Telkom tersebut mulai menampakkan hasil setelah genap setahun melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (23/11/2022).
“MTEL masih mengalami bearish consolidation dalam jangka pendek. MTEL memiliki support pada Rp 680 per lembar saham dan resistance pada Rp 740. Ini analisa teknikal. Bullish consolidation mulai berlaku jika MTEL konsisten bertahan di atas Rp 705. Saat ini di Rp 710,” ujar Nafan.
Meski begitu, Nafan meyakini tren Mitratel akan terus meningkat hingga akhir tahun. Hal ini tak lepas dari sejumlah ekspansi bisnis Mitratel dalam sektor menara. Ia menyebut peningkatan kinerja Mitratel juga ditopang dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang impresif dengan fundamental makro ekonomi domestik yang relatif solid.
“Hal ini bisa menjadi katalis terhadap peningkatan kinerja fundamental top line maupun bottom line dari Mitratel,” lanjutnya.
Nafan mengatakan pertumbuhan ekonomi yang positif mendorong peningkatan kebutuhan layanan konektivitas internet. Tak hanya itu, lanjut Nafan, aksi Mitratel dalam mendukung pengembangan fiber optik juga akan kian meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang.
“Permintaan konektivitas ke depan pasti mengalami peningkatan dengan pengembangan teknologi yang makin cepat, walaupun kinerja fundamental masih bertolak belakang dengan kinerja harga saham tapi secara teknikal lebih baik kalau konsisten di atas Rp 750,” kata Nafan. (*)
Kuartal III 2022 Laba Bersih Mitratel Melesat 18,1% menjadi Rp. 1.22 Triliun

“Mitratel membuktikan kinerjanya dengan menjaga kepemimpinan di pasar menara melalui kinerja unggul danpertumbuhan berkelanjutan”.
Jakarta 31 Oktober 2022 – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel yang bergerak di bidang penyediaan infrastruktur digital dan telekomunikasi independen, berhasil mencatatkan kinerja cemerlang dan di atas rata-rata industri pada periode Januari – September 2022.
Pendapatan Perseroan selama periode 9 bulan pertama tahun 2022 ini naik 11,5% secara tahunan menjadi Rp5,6triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp5,02 triliun. Lonjakan pendapatan itu mendongkrak laba bersih perusahaan melesat 18,1% menjadi Rp1,22 triliun dibandingkan sebelumnya Rp1,03 triliun. Begitu juga dengan EBITDA yang mengalami kenaikan sebesar 15.7% menjadi Rp.4.4 triliun.
Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk, Theodorus Ardi Hartoko, menyatakan bahwa Mitratel terbukti memiliki track record yang baik dalam pengembangan bisnis tower sejak tahun 2010 baik secara organik maupun inorganik. Pertumbuhan bisnis perusahaan di periode kuartal I – III 2022 tercatat terus konsisten tumbuh lebih besar dari pertumbuhan industri dengan menorehkan rata-rata pendapatan selama 5 tahun atau Compound Annual GrowthRate 2017-2021 (CAGR) sebesar 14%. Hal inilah yang menjadikan profitabilitas Mitratel naik lebih signifikan dibandingkan tahun lalu. Ke depan kami meyakini EBITDA semakin meningkat seiring besarnya peluang pertumbuhan kolokasi di menara Mitratel, terutama di luar Jawa,” ungkap Theodorus yang biasa disapa Teddy dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (31/10/2022).
Teddy menjelaskan, margin EBITDA dan margin laba bersih pada kuartal III perseroan tahun ini meningkat masing-masing menjadi 78,5% dan 21,9%. Kontributor utama dari peningkatan laba ini adalah margin EBITDA dari portofolio penyewaan menara yang meningkat 85,1% dan margin laba bersihnya meningkat 23,4%. Adapun pendapatan dari sewa menara di periode Januari-September 2022 melesat 12,9% menjadi Rp5,07 triliun.
“Mitratel memastikan kinerja bisnis penyewaan menara perseroan kompetitif dibandingkan industri. Selain itu, Mitratel terus meningkatkan profitabilitas di bisnis lainnya,” Lanjut Teddy.
Seiring positifnya kinerja pendapatan dan laba perusahaan, aset perusahaan tercatat meningkat 37% menjadi Rp54,9 triliun dan ekuitas juga meningkat 124% menjadi Rp33,2 triliun. Adapun liabilitas MTEL pada September2022 berhasil turun 14,1% menjadi Rp21,7 triliun.
Perusahaan Independen Menara Terbesar di Asia Tenggara
Positifnya kinerja keuangan Mitratel hinggal kuartal III 2022 didukung oleh fundamental bisnis perusahaan, terutama dari sisi kinerja operasional. Teddy menjelaskan pada kuartal III ini perusahaan telah berhasil mengakuisisi 6.000 tower milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). Aksi korporasi ini telah menjadikan Mitratel sebagai perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara dengan kepemilikan 35.051 tower 50.390 tenant.
Aksi inorganik yang agresif dibarengi dengan perkembangan organik membuat Mitratel mengalami pertumbuhan tower dan tenant terbesar di Indonesia.
Teddy menjelaskan penambahan jumlah tower ini menjadi modal kuat bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi dan mendukung akselerasi implementasi jaringan 5G di Indonesia. Langkah ini juga memberikan peluang positif bagi operator telekomunikasi dan para tenant untuk memperluas jangkauan layanannya, termasuk bisnis penunjang lainnya.
“Untuk bisnis jaringan fiber optik, kami menargetkan dapat menyelesaikan pembangunan jaringan sepanjang 9.000 kilometer hingga akhir tahun 2022. Jaringan fiber optik merupakan solusi connectivity berkapasitas tinggi untuk mendukung implementasi jaringan 5G. Hal ini sejalan dengan pengembangan bisnis kami menuju Digital Infrastructure Company, “tutur Teddy.
Teddy menambahkan bahwa Mitratel telah menyiapkan solusi terlengkap untuk seluruh operator telekomunikasi di Indonesia dengan skema bisnis yang menarik, yakni memberikan bundling solution berupa tower, konektivitas, edge computing dan power to tower. Apalagi, ditambah 58% lokasi tower Mitratel berada di luar Jawa dan remote area yang memiliki peluang perluasan jangkauan bagi operator telekomunikasi. Diharapkan keunggulan Mitratel ini dapat memberikan kemudahan kepada seluruh operator untuk mengembangkan jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia, khususnya di luar Jawa.
Mitratel Fokus Kembangkan Ekosistem Bisnis Tower
Nusa Dua, 20 Oktober 2022 – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau “Mitratel” akan fokus mengembangkan ekosistem menara telekomunikasi (tower) mulai dari bisnis pembangunan tower, fiber optic, penyediaan power supply dari tenaga panel surya serta masuk ke area edge computing untuk mendukung layanan 5G. Langkah pengembangan bisnis tersebut dinilai akan meningkatkan revenue dan laba perusahaan dibandingkan jika hanya mengoperasikan dan membangun bisnis tower.
Hal ini disampaikan Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama dalam pertemuan dengan investor pada acara SOE International Conference yang merupakan bagian dari agenda Roa to G20 yang berlangsung di Nusa Dua Bali tanggal 17-18 Oktober 2022. Hendra menambahkan Mitratel yang saat ini didukung Telkom Group memiliki tim yang kuat di seluruh Indonesia sehingga memiliki kemampuan lebih dibanding perusahaan sejenis lainnya.
“Hal ini merupakan kesempatan baik tahun 2023, dengan bisnis tower dan didukung fiber optic, edge computing, dan power to tower, margin yang didapat dari industri tower menjadi lebih menarik dibandingkan hanya tower saja,” ungkap Hendra. Lebih jauh, Hendra menjelaskan, dari sisi performa keuangan revenue Mitratel tahun ini diharapkan meningkat sekitar 12%, dan EBITDA diharapkan mengalami peningkatan sekitar
15%. Mitratel secara organik menargetkan ekspansi 1.000 tower, dan sekitar 2.500 untuk kolokasi, di samping juga menggelar 9.000 km fiber optic untuk mendukung connectivity berkualitas dan berkapasitas tinggi.
Ia menambahkan saat ini Mitratel memiliki beberapa keunggulan kompetitif. Pertama, dari sisi coverage Mitratel memiliki tower mencapai 35.000 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dimana sekitar 58% berada di luar Jawa. Hal ini akan menambahkan daya tarik bagi operator selular jika ingin melakukan ekspansi di luar jawa.
“Mereka (operator selular) tidak perlu bangun tower lagi cukup menempati (kolokasi) ke tower kami yang telah tersedia, karena kalau bangun tower makan waktu cukup lama. Itu kelebihan tower kita yang tersebar di seluruh Indonesia,” tambahnya. Selain itu, sebagian besar menara Mitratel telah terkoneksi dengan menggunakan jaringan fiber optic. “Fiber optic merupakan solusi untuk meningkatkan kapasitas bandwidth dan
menurunkan latency,” jelasnya.
Solusi berikutnya, lanjut Hendra, Mitratel bekerja sama dengan Telkomsat untuk memberikan solusi connectivity menggunakan layanan satelit. Menurutnya, dengan dukungan connectivity melalui satelit itu, pembangunan tower dapat dilakukan dimanapun termasuk di lokasi remote area, dengan kualitas cukup baik . “Layanan 4G tetap dapat dinikmati, bisa menikmati untuk video conferencing, video streaming dan lain-lain, karena memiliki bandwith yang tinggi dan latensi yang rendah,” jelas Hendra.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama Hendra mengatakan kiprah perusahaan selama ini telah membuktikan visi dan misinya dalam menerapkan prinsip tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan (ESG).
Ia menjelaskan di bidang lingkungan, Mitratel memiliki lebih dari 600 tower off-grid yang menggunakan panel tenaga surya. Lebih jauh, saat ini perseroan juga tengah melakukan riset dan pengembangan untuk menggunakan solar panel sebagai sumber daya di lokasi-lokasi ongrid dengan model hybrid.
Dengan dikembangkannya layanan tambahan tadi, hal tersebut mengukuhkan Mitratel tidak hanya menjadi perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia tetapi juga merupakan perusahaan menara dengan layanan terlengkap di Indonesia. Mitratel siap menjadi market leader perusahaa menara telekomunikasi dalam menyongsong era 5G di Indonesia.
Jadi Penghuni Baru IDX ESG Leaders, MTEL Kokohkan Visi di Bidang Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola yang Baik
“Berdasarkan hasil evaluasi terbaru BEI, MTEL jadi penghuni baru IDX ESG leaders mulai 21 September 2022”
JAKARTA, 16 September 2022 – Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan evaluasi terhadap indeks IDX ESG Leaders dimana saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau “Mitratel” masuk dalam daftar anggota baru indeks IDX ESG Leaders yang akan mulai berlaku pada 21 September 2022.
Indeks IDX ESG Leaders adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham yang memiliki penilaian Environmental, Social, dan Governance (ESG) yang baik dan tidak terlibat pada kontroversi secara signifikan, memiliki likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik. Penilaian ESG dan analisis kontroversi dilakukan oleh Sustainalytics.
Masuknya MTEL dalam daftar saham penghuni IDX ESG Leaders semakin mengokohkan visi misi perusahaan dalam pelestarian lingkungan, kepedulian sosial dan tata kelola yang baik (GCG). Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan, kiprah perusahaan selama ini telah membuktikan visi dan misinya dalam menerapkan prinsip ESG.
“Di bidang lingkungan, MTEL memiliki lebih dari 615 tower off grid dengan sumber listrik menggunakan panel tenaga surya. Lebih jauh saat ini MTEL juga telah membangun lokasi riset dan pengembangan solar panel sebagai sumber listrik untuk lokasi site on grid di 2 lokasi yaitu di Desa Sisalam, Wanasari, Brebes, Jawa Tengah dan di Bukit Tengah, Bali,” ungkap Hendra di Jakarta, Jumat (16/9/2022). Hendra mengungkapkan Mitratel juga memberikan bantuan dan dukungan selama pandemi Covid-19 diantaranya Program Sarapan dan Sembako gratis dan bantuan ventilator ke rumah sakit.
“Langkah ini kami lakukan sebagai bentuk kepedulian perusahaan untuk selalu berbagi dengan sesama, dan kami bisa tumbuh bersama masyarakat,” lanjut Hendra Purnama.
Dari sisi tata kelola perusahaan, Hendra menyatakan perusahaan telah meraih Sertifikasi ISO 31000 Risk Management, Sertifikasi ISO 45001 Occupational Health and Safety dan SMK3. “Saat ini kami sedang dalam proses evaluasi untuk meraih sertifikasi ISO 9001:2008 tentang sistem manajemen mutu/kualitas dan ISO 27000 tentang sistem manajemen keamanan informasi,” dia menambahkan.
Indeks IDX ESG Leaders dibangun berdasarkan penilaian risiko ESG yang mengukur sejauh manapenerapan ESG dilakukan oleh perusahaan tercatat berdasarkan eksposur risiko di masingmasing bidang usaha. BEI bekerjasama dengan Sustainalytics, lembaga independen terkemuka yang bergerak dalam bidang penelitian ESG dan tata kelola perusahaan, dalam penyediaan data ESG. Data ESG yang disediakan berupa penilaian risiko ESG dan analisis kontroversi yang akan menjadi dasar dalam penetapan konstituen Indeks IDX ESG Leaders.
Harga BBM Naik, Bisnis Menara Telekomunikasi Kena Dampak?

JAKARTA – Pemerintah akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Harga Pertalite naik dari Rp7.650 jadi Rp10,000 per liter, Solar dari Rp 5.150 jadi Rp6,800 per liter dan Pertamax dari Rp12.500 jadi Rp14,500 per liter yang mulai berlaku pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB.
Meskipun kenaikan harga BBM diprediksi bisa mendorong kenaikan inflasi dan suku bunga acuan Bank Indonesia, namun Henry Tedja, analis pasar modal PT Mandiri Sekuritas menilai dampaknya cukup terkendali bagi bisnis perusahaan menara telekomunikasi seperti PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel.
Prediksi itu dikarenakan MTEL memiliki kontrak jangka panjang dengan perusahaan telekomunikasi yang mempunya neraca keuangan yang kuat, terutama setelah dilakukan konsolidasi di industri.
“Secara struktur biaya, industri menara yang bersifat capital intensive (padat modal) juga memiliki pengeluaran yang relatif tetap. Hal ini tercermin dari pendapatan sebelum bunga, pajak depresiasi dan amortisasi (EBITDA) margin perusahaan menara yang cukup tinggi di kisaran 80% termasuk Mitratel. Karena itu kami melihat dampak kenaikan harga BBM terhadap kinerja perusahaan relatif terbatas,” ujar Henry di Jakarta, Rabu (7/9/2022).
Meski begitu, Henry mengingatkan kenaikan harga BBM bisa berpengaruh terhadap valuasi atau harga saham perusahaan. Sebab valuasi perusahaan menara seperti Mitratel, cenderung berbanding terbalik dengan inflasi atau suku bunga.
Hal ini karena relatif tingginya leverage yang dimiliki oleh perusahaan menara. Meskipun demikian, posisi Mitratel cukup baik mengingat tingkat leveragenya dibawah rata-rata industri.
“Akibatnya, kenaikan inflasi atau suku bunga akan memiliki pengaruh bagi saham industri menara telekomunikasi,” tuturnya.
Henry memperkirakan dalam jangka pendek, tingginya inflasi dan kenaikan suku bunga akan memberi sentimen bagi Mitratel. Namun dia memprediksi outlook perusahaan tetap positif dalam jangka menengah, terlebih setelah perusahaan mengakuisisi 6.000 menara milik Telkomsel.
“Hal ini akan mendukung pertumbuhan pendapatan dan EBITDA perusahaan dalam jangka menengah. Kami masih merekomendasikan BUY untuk saham Mitratel dengan target harga di Rp950 per saham,” ujar dia.
Pada penutupan perdagangan Senin (5/9/2022), harga saham MTEL di level Rp800 atau melemah 0,6% dibandingkan Jumat akhir pekan lalu. Namun dalam sepekan terakhir, saham MTEL naik 1,27% dan 6 bulan terakhir meningkat 3,23%.
Menurut Henry akuisisi tower yang dilakukan Mitratel terhadap 6.000 menara milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan, mengingat menara tersebut memiliki lokasi dan nilai strategis.
Akuisisi ini juga lebih cepat dari target awal yang dicanangkan, sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan cross-selling lebih cepat atas menara-menara tersebut kepada perusahaan telekomunikasi lainnya seperti Indosat Ooredoo Hutchison, XL Axiata, dan Smartfren. “Hal ini tentunya akan meningkatkan outlook pertumbuhan pendapatan dan EBITDA Mitratel dalam 2 tahun mendatang,” ungkap Henry.
Hingga akhir 2022, Henry memproyeksikan Mitratel berpeluang membukukan pertumbuhan pendapatan dan EBITDA 11-13% secara tahunan (YoY). Dia menilai akuisisi tower milik Telkomsel akan lebih berdampak positif bagi bisnis Mitratel pada 2023 dibandingkan di 2022, mengingat akuisisi ini baru terjadi pada kuartal III 2022.
Sehingga dampak penyewaan menara yang baru hanya akan berkontribusi dalam beberapa bulan di tahun ini. Selain itu, konsolidasi di industri telekomunikasi juga akan mempengaruhi permintaan menara tahun ini. Di sisi lain, pertumbuhan permintaan fiber yang cukup pesat di industri menara tentunya akan berdampak positif bagi bisnis Mitratel.
“Kami melihat adanya ruang bagi market untuk melakukan revisi target revenue dan EBITDA MTEL untuk tahun 2023 dengan adanya akuisisi 6.000 menara ini,” jelasnya.
Pada semester I 2022, Mitratel berhasil membukukan laba Rp891,54 miliar, naik 27,23% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp700,74 miliar. Laba itu sejalan dengan pendapatan yang naik 15,48% jadi Rp3,72 triliun pada semester I 2022. Laba bersih MTEL tumbuh kuat terutama berasal dari pendapatan operasional yang lebih tinggi seiring dengan pertumbuhan jumlah penyewa dan lokasi menara.
Untuk diketahui, awal Agustus 2022, Mitratel mengumumkan telah menandatangani Perjanjian Jual Beli (Sales & Purchase Agreement/SPA) untuk pengambilalihan 6.000 menara Telkomsel. Jumlah menara yang ditransaksikan ini jauh melebihi rencana aksi anorganik Mitratel yang tertuang di prospektus.
Sebanyak 6.000 menara yang diakuisisi Mitratel dari Telkomsel berada di lokasi – lokasi strategis yang tersebar di seluruh Indonesia, untuk mendukung percepatan penambahan potensi kolokasi dan pengembangan tower related business.
Mitratel juga telah menyiapkan infrastruktur telekomunikasi, baik itu menara, fiber optic dan power to tower yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di luar Jawa, yang akan memberikan kemudahan kepada operator-operator telekomunikasi, maupun non operator untuk memanfaatkan solusi terlengkap dan terintegrasi yang telah dimiliki oleh Mitratel.
(fik)
Sumber:
Okezone
Mitratel (MTEL) Akuisisi 6.000 Menara, Simak Analisa Mandiri Sekuritas

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel bulan lalu melakukan akuisisi 6.000 menara milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).
Bisnis.com, JAKARTA – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel bulan lalu melakukan akuisisi 6.000 menara milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). Analis menilai akuisisi ini akan berdampak positif terhadap kinerja MTEL. Analis Pasar Modal Mandiri Sekuritas Henry Tedja mengatakan, akuisisi ini akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan, mengingat menara tersebut memiliki lokasi dan nilai strategis. Selain itu, lanjut Henry, akuisisi ini juga lebih cepat dari target awal yang dicanangkan, sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan cross-selling lebih cepat atas menara-menara tersebut kepada perusahaan telekomunikasi lainnya seperti Indosat Ooredoo Hutchison, XL Axiata, dan Smartfren.
“Hal ini tentunya akan meningkatkan outlook pertumbuhan pendapatan dan EBITDA Mitratel dalam 2 tahun mendatang,” kata Henry, Rabu (7/9/2022).
Hingga akhir 2022, Henry memproyeksikan Mitratel berpeluang membukukan pertumbuhan pendapatan dan EBITDA 11-13 persen secara tahunan (YoY). Dia menilai akuisisi tower milik Telkomsel akan lebih berdampak positif bagi bisnis Mitratel pada 2023 dibandingkan di 2022, mengingat akuisisi ini baru terjadi pada kuartal III/2022.
Henry melihat dampak penyewaan menara yang baru hanya akan berkontribusi dalam beberapa bulan di tahun ini. Selain itu, konsolidasi di industri telekomunikasi juga akan mempengaruhi permintaan menara tahun ini. Di sisi lain, pertumbuhan permintaan fiber yang cukup pesat di industri menara tentunya akan berdampak positif bagi bisnis Mitratel.
“Kami melihat adanya ruang bagi market untuk melakukan revisi target revenue dan EBITDA MTEL untuk tahun 2023 dengan adanya akuisisi 6.000 menara ini,” ucapnya.
Henry menuturkan, pihaknya masih merekomendasikan beli untuk saham Mitratel, dengan target harga di Rp950 per saham.
Untuk diketahui, awal Agustus 2022, Mitratel mengumumkan telah menandatangani Perjanjian Jual Beli (Sales & Purchase Agreement/SPA) untuk pengambilalihan 6.000 menara Telkomsel. Jumlah menara yang ditransaksikan ini jauh melebihi rencana aksi anorganik Mitratel yang tertuang di prospektus.
Sebanyak 6.000 menara yang diakuisisi Mitratel dari Telkomsel berada di lokasi–lokasi strategis yang tersebar di seluruh Indonesia, untuk mendukung percepatan penambahan potensi kolokasi dan pengembangan tower related business.
Mitratel juga telah menyiapkan infrastruktur telekomunikasi, baik itu menara, fiber optic dan power to tower yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di luar Jawa. Hal ini diyakini akan memberikan kemudahan kepada operator-operator telekomunikasi, maupun non-operator untuk memanfaatkan solusi terlengkap dan terintegrasi yang telah dimiliki oleh Mitratel.
Sumber:
Bisnis.com
Fundamental Solid, Saham Mitratel Direkomendasi “Beli”
Jakarta, 15 Maret 2022. Prospek saham PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) Tbk (MTEL) memiliki potensi bagus untuk dikoleksi. Hal itu karena fundamental MTEL sangat solid. Kinerja MTEL sepanjang tahun 2021 mengesankan dan bahkan di atas ekspektasi analis.
Terkait hal ini, analis senior pasar modal PT Samuel Sekuritas Indonesia, Yosua Zisokhi, merekomendasikan “beli” (buy) saham MTEL. “Saham MTEL layak dikoleksi (“beli”) di harga sekarang,” katanya.
Yosua mengemukakan, secara fundamental MTEL cukup oke. “Kalau saya lihat, secara fundamental cukup oke dan masih ada ruang bagi saham MTEL bergerak naik. Itu karena saham MTEL cukup murah di harga sekarang secara valuasi,” ujar Yosua.
Tahun lalu, MTEL memperoleh dana initial public offering (IPO) sebesar Rp18,8 triliun. Dengan dana IPO sebesar itu, demikian Yosua, akan sangat mudah diolah oleh MTEL untuk memperoleh menara baru guna mendapatkan pundi-pundi revenue ke depan. “Menurut saya, ini membuat saham MTEL layak dikoleksi di harga sekarang,” katanya.
MTEL membukukan pertumbuhan pendapatan tahun 2021 sebesar 11% menjadi Rp6,87 triliun, jika dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp6,18 triliun. MTEL juga berhasil meningkatkan EBITDA pada 2021 mencapai Rp5,18 triliun, meningkat 23,9% dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp4,18 triliun.
Selain itu, MTEL juga melakukan banyak efisiensi, terutama dari depresiasi. Itu membuat laba bersih MTEL meningkat signifikan mendekati 130% menjadi Rp1,38 triliun, dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp602 miliar. Ini diikuti margin laba bersih MTEL yang meningkat mencapai 20,1% tahun lalu, dari sebesar 9,7% pada tahun 2020.
“Pencapaian kinerja MTEL tahun lalu itu melebihi ekspektasi kami. Karena kami perkirakan sedikit di bawah itu. Tapi secara umum sangat bagus bagi MTEL untuk memulai tahun 2022,” katanya.
Pada tahun 2022 ini, MTEL dikabarkan akan mengakuisisi menara lagi. “Itu yang kita tunggu-tunggu. Apalagi sekarang MTEL memiliki dana besar setelah IPO puluhan triliun, itu akan dipakai untuk akuisisi. Saya pikir, ini sangat baik dan bagus untuk kinerja MTEL,” pungkas Yosua.
MTEL tahun lalu mengakuisisi 8.139 menara Telkomsel dan 798 tower Telkom. Hal ini membuat pendapatannya tumbuh. Pendapatan itu didapat MTEL dari penyewaan kontrak menara dengan durasi sekitar 10 tahun. Ini sangat bagus untuk ke depannya.
“Jadi otomatis, dalam 10 tahun ke depan, MTEL mendapatkan pendapatan sebesar yang didapat tahun 2021. Nah, untuk menambah pendapatan dan laba bersih, MTEL cukup menambah sekitar 500 -750 menara baru per tahun. Itu sudah sangat oke,” katanya.
Yosua menambahkan, konsolidasi yang dilakukan oleh Grup Telkom membuat MTEL sangat kuat. Jika dibandingkan dengan yang lain, MTEL menjadi salah satu yang terbesar, sehingga daya beli dan daya tawar MTEL cukup kuat apalagi didukung oleh Grup Telkom, dimana Telkomsel menjadi tulang punggung dari pendapatan MTEL. “Kalau kita lihat ke depan dengan 5G yang masif, kebutuhan akan menara sangat tinggi,” tutup Yosua. (*)
Analis Prediksi Bisnis Mitratel Naik Usai Akuisisi 6.000 Menara Telkomsel

Aksi akuisisi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel terhadap 6.000 menara milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) diprediksi akan berdampak positif bagi kinerja MTEL. Sebab transaksi ini berpeluang mendorong pertumbuhan organik kinerja Mitratel tahun ini dan tahun depan.
Equity Research Analyst PT BCA Sekuritas Mohammad Fakhrul Arifin mengatakan akuisisi Mitratel terhadap menara Telkomsel dengan nilai transaksi mencapai Rp 10,28 triliun. Dalam transaksi ini juga disepakati perjanjian sewa kembali 6.000 menara oleh Mitratel kepada Telkomsel, komitmen Telkomsel untuk memesan 1.000 BTS dari Mitratel dalam 3 tahun ke depan, serta sewa 712 lahan milik Telkomsel tempat menara tersebut berada.
“Kami melihat akuisisi ini akan menjadi hal positif bagi prospek kinerja Mitratel. Akuisisi ini membutuhkan sekitar 73,4 persen dari proyeksi kami atas belanja modal Mitratel di 2022. Perlu dicatat bahwa rasio sewa menara yang diakuisisi mencapai 1 kali karena sebelumnya menara ini eksklusif hanya untuk Telkomsel,” ujar Fakhrul dalam keterangan, Rabu (31/8).
Fakhrul menilai Mitratel memiliki struktur permodalan yang kuat dengan alokasi belanja modal cukup besar yakni Rp 14 triliun. Kuatnya permodalan ini bisa mendorong Mitratel memperbesar skala perusahaan dan memperkuat ekspansi organik dan anorganik.
Menurutnya, Dengan memiliki total lebih dari 34.800 menara dan 49.900 penyewa, menyiratkan ada 1,43x rasio kolokasi. Penurunan ini pada dasarnya logis dalam pandangan kami, mengingat menara yang diperoleh dari akuisisi sebelumnya hanya dipakai oleh Telkomsel.
“Sebab transaksi ini pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan nilai perusahaan, sehingga memberikan potensi tambahan pertumbuhan sekitar 2-3 persen, sesuai dari prediksi terbaru perusahaan dan sejalan dengan perkiraan kami,” katanya.
Dari sisi operasional, menurut Fakhrul, dampak transaksi akuisisi menara Telkomsel ini akan bisa dilihat dalam kinerja Mitratel pada kuartal IV 2022 dan proyeksi kinerja 2023. Meskipun nantinya bisa berdampak rasio kinerja nonorganik, namun dia memprediksi penggerak utama pertumbuhan Mitratel di semester II 2022 ialah dari segmen organik yang berpotensi tumbuh lebih sehat dan mendongkrak rasio kolokasi.
“Oleh karena itu, kami mengubah prospek proyeksi kami atas rasio kolokasi Mitratel menjadi 1,46x dan 1,5x pada 2022 dan 2023,” dia menjelaskan.
BCA Sekuritas memberikan rekomendasi beli (buy) terhadap saham MTEL dengan target Rp 950 per saham. Target harga saham itu mempertimbangkan rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) pendapatan Mitratel pada 2021-2023 diprediksi 12,2 persen dan pendapatan perusahaan yang belum dikurangi bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) 14,2 persen di periode yang sama. Hal itu menyiratkan EV/EBITDA 13,4x.
Harga saham MTEL pada penutupan perdagangan Jumat (26/8/2022) di level Rp 795 per saham. Sepekan dan 6 bulan terakhir, harga saham MTEL meroket 15 persen, serta setahun terakhir, melesat 30 persen.
Kinerja Semester I 2022
Dalam risetnya, Fakhrul mengungkapkan MTEL membukukan laba bersih di semester I 2022 senilai Rp 892 miliar, atau tumbuh 27 persen secara tahunan. Laba bersih MTEL yang tumbuh kuat terutama berasal dari pendapatan operasional yang lebih tinggi seiring dengan pertumbuhan jumlah penyewa dan lokasi menara.
“Perusahaan telah berhasil mempertahankan posisi leverage-nya di tingkat yang sehat, jauh di bawah perjanjian utangnya. Meskipun rencana akuisisi MTEL mungkin butuh modal besar, namun kami melihat perusahaan tidak akan butuh banyak utang. Sebab perusahaan masih mengantongi cukup dana dari IPO,” dia menjelaskan.
Fakhrul percaya kebutuhan serat optik sangat penting di tengah digitalisasi. Mitratel yang telah merealisasi 89 persen dari target serat optik di 2022, perseoran berpeluang meraih keuntungan di era jaringan 5G. “Ke depan, momentum pertumbuhan yang lebih sehat pasca konsolidasi, seharusnya terjamin,” kata dia.
Sumber:
Kumparan BISNIS